Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Abi
Pagi ini, Salwa dan Tristan tengah bersiap-siap. Salwa pun meminta bantuan Encus untuk menyiapkan kebutuhan Khumairah.
"Kita mau kemana, Bunda?"
"Kita akan pergi jenguk Kakek!"
"Horee!"
"Ayo sekarang Ira ganti baju dulu!"
Tristan menemui Bi Eni selaku kepala ART.
"Bi, tolong jaga rumah! Pesan sama satpam utama, jangan biarkan tamu siapa pun masuk! Kecuali Iyan! Faham, Bi?"
"Faham, Den! Kira-kira Aden ke Singapur berapa lama?"
"Insyaallah 2-3 hari!"
"Baik, Den! Semoga selamat sampai tujuan!"
Tidak lama kemudian Iyan datang untuk menjemput mereka bertiga. Mang Jaka memasukkan barang-barang mereka ke dalam mobil yang dibawa Iyan.
"Sudah semua, Den!"
"Terima kasih, Mang! Titip rumah ya!"
"Baik, Den!"
Akhirnya mereka pun berangkat menuju bandara pribadi milik teman Tristan. Mereka melakukan penerbangan kurang lebih selama satu jam. Di dalam jet, Khumairah banyak bertanya kepada Bundanya.
"Bunda, apa benar kalau punya adik orang tua kita akan lebih sayang kepada adik?"
"Kata siapa?"
"Kata temanku!"
"Itu tidak benar! Adik kan masih kecil, belum bisa apa-apa sendiri, jadi wajar kalau lebih banyak diperhatikan! Tapi orang tua tentu tidak akan membeda-bedakan anaknya! Sayangnya pasti sama!"
"Oh begitu! Kalau Ira punya adik, apa Bunda juga akan tetap sayang sama Ira?"
"Tentu, Ira adalah anak pertama Bunda! Meskipun Ira tidak lahir dari rahim Bunda!"
Salwa mengecup pipi Khumairah dengan gemas.
"Ira mau adik?"Tristan menimpali.
"Mau, Bi!"
"Nanti Abi buatkan!"
"Emang gimana cara buatnya, Bi?"
Sontak Salwa melotot kepada suaminya. Tristan menepuk dahinya sendiri.
"Maksud Abi, Ira berdo'a supaya di dalam perut Bunda segera ada adiknya Ira!"
"Ira selalu berdo'a kok, Bi!"
"Pintar! Ira mau adik laki apa perempuan?"
"Dua-duanya boleh, Bi! Hehe..."
Obrolan mereka terhenti, karena pesawat jet akan landing. Setelahvturun dari pesawat mereka dijemput oleh Pak Danang asisten Pribadi Pak Ferdi.
"Bagaimana perjalanannya, Den?"
"Alhamdulillah lancar, Om!"
"Mari masuk! Kita langsung ke rumah sakit saja ya? Karena itu pesan dari Pak Ferdi!"
"Abi baik-baik saja kan, Om?"
"Iya, baik! Tidak perlu khawatir, Den!"
Perjalanan dari bandara ke rumah sakit membutuhkan waktu sekitar 40 menit.
Setibanya di rumah sakit, mereka sudah disambut Bu Ratna dan Tita. Salwa, Tristan, dan Khumairah mencium punggung tangan Bu Ratna. Bu Ratna mencium pipi kiri dan pipi kanan menantu dan cucunya. Tita pun mencium punggung tangan Kakak dan Kakak iparnya.
"Kalian sehat?"
"Alhamdulillah sehat, Ummi!"
"Gimana, belum ada tanda-tanda?" Bu Ratna mengelus perut menantunya yang rata.
"Do'akan saja, Ummi!"
"Ayo langsung ke dalam! Dari kemarin Abi tanya kalian terus! Sudah aku bilang untuk vidio call saja, tapi dia maunya ketemu langsung."
Mereka pun masuk ke ruang inap Pak Ferdi.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Tristan mencium punggung tangan Abinya, diikuti Salwa dan Khumairah.
"Abi, gimana keadaannya?"
"Abi bosan di sini!"
"Abi yang sabaraha ya? Tinggal satu kali jalan, Abi pasti bisa sembuh total!"
"Abi akan sehat kalau kalian juga ada di sini!"
"Kalau aku sih mau saja di sini nemenin Abi! Terus gimana dengan perusahaan kita?"
"Huh... ya, ya, Abi tahu itu! Abi hanya merindukan kalian! Apalagi menantu dan cucu Abi ini! Salwa, maafkan Abi! Resepsi kalian harus ditunda karena Abi!"
"Salwa tidak masalah, Bi! Tidak ada resepsi pun Salwa tidak apa-apa!"
"Tidak, tidak! Harus ada! Abi ingin semua orang tahu kalau Tristan sudah memiliki istri!"
"Ya sudah! Kalau begitu, Abi harus cepat sembuh! Kan Abi harus mendampingi kami di resepsi nanti! Sahut Tristan.
"Tristan, Abi sudah meminta Danang untuk mengatur semuanya! Resep kalian akan diadakan satu bulan lagi!"
"Baiklah, terserah Abi! Yang penting Abi harus sehat dan semangat!"
"Abi semangat kok! Nih lihat Abi sehat!"
Pak Ferdi menunjukkan lengannya layaknya seorang binaragawan.
Semua keluarga yang melihaynya ikut senang melihat semangat Pak Ferdi.
Tita, Bu Ratna, dan Khumairah pulang ke apartemen untuk beristirahat. Saat ini di ruang Pak Ferdi hanya ada Tristan dan Salwa.
Saat ini Oak Ferdi sangat bersemangat bercerita tentang Salwa kecil. Sakwa dan Tristan mendengarkan dengan seksama.
"Dulu waktu kita umroh bareng, kamu dan Salman masih berusia 2,5 tahun. Dan Tristan sudah berusia 8 tahun. Waktu itu Tita belum ada. Tita lahir setelah dua tahun kemudian. Tristan bahkan sangat menyayangimu seperti adiknya sendiri. Bahkan Tristan meminta agar Salwa dibwa pulang ke rumah. Pernah suatu hari, saat kita sedang berada di Jabal Rahmah, Tristan berkata kepadaku. Abi, kalau sudah besar aku ingin menikah dengan dek Salwa! Abi kira itu hanya omongan anak kecil, jadi kami hanya menertawai ucapan Tristan pada saat itu!Tapi sekarang hal itu menjadi kenyataan, meskipun sebelumnya Tristan harus menikah dengan Nabila.Dari kecil kamu itu memang sudah kelihatan cantik, pintar, dan sholehah! Ummi ingin sekali memiliki anak perempuan! Beruntung kami memiliki Tita yang usianya berbeda 10 tahun dengan Tristan."
"Maaf,, Bi! Lalu kenapa saya tidak pernah ketemu Abi dan keluarga? Padahal Abi dan Ayah berteman sangat akrab?"
"Abi dulu tidak tinggal di Jawa! Abi tinggal di Kalimantan! Orang tua Abi asli sana! Makanya kita tidak pernah bertemu. Tapi setelah Tristan lulus SMA, kami pindah ke Jawa. Karena Ummi ingin menghabiskan sisa usianya di tanah kelahirannya. Rumah di Kalimantan masih ada, tapi untuk perusahaan semua saham di sana sudah dijual dan kami fokus di sini. Lagian orang tua Abi juga sudah tidak ada!"
Sebenarnya Salwa masih penasaran dengan cerita Nabila, karena sepertinya Pak Ferdi nampak kecewa saat menyebut nama Nabila. Namun Salwa tidak berani buka suara, karena Tristan menghentikan Abinya.
"Abi, sudah jangan terlalu banyak bicara! Sekarang Abi istirahat dulu!" Ujar Tristan.
"Iya, iya, Abi akan istirahat! Tapi Abi mau tanya sesuatu dulu sama menantu Abi!"
"Apa itu, Bi?" Tanya Salwa.
"Apa kamu bahagia menikah dengan Tristan?"
Deg
Salwa menunduk, ia malu intuk menjawabnya.
"Kenapa Abi bertanya begitu? Abi tidak yakin kalau anak Abi ini bisa membahagiakan istrinya?"
"Huh, bukan begitu! Kamu kan, orangnya kaku! Kulkas dua pintu saja kalah sama kamu! Abi tidak ingin menantu Abi tertekan!"
Salwa tersenyum di balik cadarnya mendengar ucapan sang mertua.
"Salwa bahagia kok, Bi! Abi tidak perlu khawatir!"
"Alhamdulillah kalau begitu... Abi harap Allah memberikan umur panjang untuk Abi. Supaya Abi bisa menggendong cucu dari kalian!"
"Amin..." Salwa dan Tristan mengaminkan do'a Abinya.
Waktunya makan siang, Salwa menyuapi Pak Ferdi.
"Abi bosan dengan makanan di sini!"
"Ditahan dulu ya, Bi! Nanti juga bisa makan enak!"
Pak Ferdi melanjutkan makan siangnya. Setelah merawat mertuanya, Salwa pun makan siang dengan Tristan di restoran dekat rumah sakit. Sedangkan Pak Ferdi waktunya tidur siang.
Di restoran, Salwa dan Tristan memesan makanan Indonesia. Setelah makan siang, mereka berdua dijemput oleh Pak Danang dan diantarkan ke apartemen Bu Ratna. Di perjalanan Salwa tertidur di bahu suaminya. Tristan memegang kepala Salwa agar tidak terjatuh. Pak Danang memperhatikan mereka dari balik kaca depan.
"Tidak salah Pak Ferdi memilih Non Salwa sebagai menantunya! Den Tristan sepertinya sangat menyayanginya. Mereka berdua sepertinya sudah bisa menerima satu sama lain." Batin Pak Danang.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗