Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Mengakui kesalahan
Al keluar dari restoran dengan tersenyum puas. Dari kejauhan, dia melihat Elora tengah berdiri bersandar pada mobilnya, di bawah terik matahari siang, dengan wajah masih emosi.
"Ayo masuk," titahnya, yang langsung diikuti oleh El
Di sepanjang jalan, El hanya melihat ke arah luar jendela, dia tidak menoleh ke arah bos nya sedikitpun. Alden juga tidak ingin membuka percakapan, dan membiarkan agar sekretarisnya itu bisa lebih tenang.
Begitu sampai di kantor, dia baru teringat akan dokumen kerjasamanya. "Pak, dimana berkasnya?" Alden tidak bersuara, dia hanya mengedikkan bahunya dan terus berlalu ke ruangannya.
Karena bosnya tidak peduli, El juga tidak ingin bertanya lebih jauh, dia malas berurusan dengan pria brengsek seperti tadi. "Dasar tua bangka," umpatnya, mengeluarkan emosi yang bergemuruh di dada
"Kamu kenapa El, sampai emosi seperti ini?" Tanya Dani kebingungan
"Nggak kenapa-napa, cuma kesel aja abis ketemu anjing," ucap nya penuh penekanan
"Hah..? Anjing.?" Dani semakin tidak mengerti, "bukannya kamu ke resto, emang ketemu anjingnya dimana?"
El sontak terkekeh, melihat keluguan temannya. "Udah cukup gosipnya, aku mau kerja dulu," ujarnya seraya mengibaskan tangannya, mengusir Dani
Sore itu, sebelum pulang El dan Dani tengah bergurau di depan ruangan bosnya.
"Oh ya Dan, kamu tinggal dimana?"
"Aku indekos, di daerah mawar. Memangnya kenapa?"
"Cukup jauh juga ya. Aku lagi nyari apartemen deket-deket sini, soalnya capek kalo bolak-balik, rumahku jauh. Belum lagi kalo kesiangan,"
"Di sebelah kantor ini kan gedung apartemen, kamu coba tanya disana aja,"
"Boleh juga, besok temenin aku tanya-tanya kesana ya,"
"Siap! Kamu mau nyewa bulanan apa tahunan?" Tanya Dani
"Nyewa ya.. Kalau misal beli, kira-kira berapa harganya?"
"Astaga! Kamu kerja belum sebulan udah mau beli apartemen? Ortumu tajir ya El?"
"Nggak, aku cuma asal nanya aja," elaknya. Karena walaupun dia meminta, papanya yang pelit, belum tentu menurutinya. "Jadi, kalau misal setahun berapa?"
"Aku nggak tahu sih, kita lihat besok aja,"
***
Dani dan El makan siang secepat kilat, lalu mereka bergegas pergi ke sebelah, komplek gedung apartemen. Mereka langsung mencari agen marketingnya, untuk tanya-tanya.
"Jadi, anda mau yang seperti apa?" Tanya staff marketingnya, yang seorang perempuan paruh baya
"Saya mau yang full furnished, terus di lantai atas supaya bisa lihat pemandangan. Lalu, saya mau yang luas dan kamar tidurnya satu aja,"
"Baiklah, kebetulan ada yang sangat cocok dengan deskripsi anda. Mari saya antar untuk melihat-lihat,"
El dan Dani langsung mengangguk setuju, untuk mengikuti wanita itu. Lift berhenti di lantai 40, yang merupakan lantai paling atas. Mereka lalu di bawa masuk ke sebuah unit.
El langsung berdecak kagum melihat isi apartemen itu, karena sangat sesuai dengan kriterianya. Tempatnya luas, jadi dia bisa bermain dengan ketiga temannya. Begitu pula dengan kamarnya. Dan Furniture nya juga pas sekali dengan gayanya.
"Deal buk, saya ambil ini aja," ucap El langsung
Namun Dani buru-buru menarik tangannya, mengajaknya berbicara berdua. "Main deal aja, kamu nggak nanya dulu berapa harganya, kalau mahal gimana? Atau seenggaknya kamu bisa nawar kan.."
El tidak berpikiran sampai sejauh itu, baginya, kalau memang suka ya tinggal ambil. Lalu Dani yang maju, "jadi sewa pertahunnya berapa ya bu?"
"Ini unit khusus, dan hanya ada satu ini. Karena pemiliknya sudah berpesan, dia tidak menarik sewa mahal, asalkan rumahnya dirawat dengan baik. Sewa pertahunnya hanya 15 juta," pungkasnya
Dani terbelalak tidak percaya, "bagaimana bisa apartemen sebagus ini, biaya sewanya semurah ini.? Bu, saya juga mau dong, kira-kira bisa dicarikan lagi nggak?"
Ibu itu tertawa pelan, "maaf, sudah nggak ada. Saya tadi kan bilang, hanya ada satu unit ini saja,"
"El, lo beruntung banget sih. Dapet hunian sebagus ini dengan harga sangat murah,"
Elora langsung terkekeh pelan, "rejeki anak soleh," ujarnya dengan bangga
"Jadi, anda sudah setuju?" Tanya si ibu
"Tentu saja buk, sekarang juga saya bayar," ujar El. Lalu mereka dibawa ke kantor untuk melengkapi beberapa berkas.
Setelah menyelesaikan transaksi, kini El resmi memilik sebuah tempat tinggal yang dekat kantornya. Tapi dia jadi penasaran dengan pemiliknya.
"Oh ya buk, yang punya apartemen itu siapa ya?"
"Maaf, ini privasi. Kami tidak bisa memberitahu,"
"Emmm.. apa orangnya pindah ke luar negri?"
"Maaf, soal itu saya tidak tahu,"
"Jadi, apa yang ibu ketahui?" El masih bersikukuh ingin tahu
Dani akhirnya menyela, "ibunya tadi udah bilang privasi kan, jadi, dia nggak akan pernah ngasih tahu kamu," El hanya bisa mengangguk paham. Lalu mereka segera pamit untuk kembali ke kantor.
Selepas El dan Dani keluar, ibu itu langsung menghubungi seseorang.
"Halo pak,"
"Bagaimana apa dia mau?" Tanya seseorang di dalam telepon
"Iya, dia mau. Bahkan dia telihat sangat menyukainya. Semua yang anda minta, sangat sesuai dengan yang dia inginkan,"
"Baguslah kalau dia suka. Dan terima kasih atas bantuannya,"
"Iya, sama-sama," lalu pangilan terputus
Sementara itu, El dan Dani dengan santainya mereka berjalan memasuki kantor, bahkan sambil bercanda. Mereka tidak menyadari, kalau sudah lewat jam istirahat. Begitu sampai di meja, mereka sangat terkejut melihat Al yang tengah duduk di kursi El.
Dani menyikut lengan El, sambil menunduk dengan keringat dingin mengucur. "Habislah," dia baru menyadari kalau sekarang sudah jam setengah 2. Mereka sudah telat setengah jam.
"Dari mana saja?" Tanya Al dengan nada tegas, auranya menakutkan.
"Kami habis melihat ap.." Dani tidak melanjutkan perkataannya karena El langsung menyenggolnya sambil memelototinya.
"Apa?" Tanya Al penuh penekanan
"Kami terlalu asik bercanda di kafe pak, jadi nggak tahu kalau sudah lewat jam istirahat," ucap El bohong, dia tidak mau kalau bosnya sampai tahu, dia tinggal di dekat kantor
"Jadi, siapa yang akan bertanggung jawab?" Tanya Al dengan tegas
"Saya pak," jawab El tanpa ragu
"Baiklah," Al menyuruh Dani untuk kembali ke mejanya. Sementara itu, dia mengajak El masuk ke ruangannya. Dia memberikan setumpuk berkas pada El. "Selesaikan semuanya hari ini juga," titahnya
"Baik pak," El mengambil semua berkas itu, dan langsung membawa ke mejanya. Meja kerja El berada tepat di depan ruangan Al, terpisah dengan pegawai yang lain.
Waktu berputar dengan sangat cepat, mentari perlahan-lahan kembali ke peraduannya. Para pegawai, satu-persatu telah meninggalkan kantor, menyisakan ruangan kosong. Kini hanya menyisakan El dan Alden
Walaupun merasa lelah, dia tidak mengeluh. Karena memang dia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat. Berkas masih tersisa setengah. Namun waktu sudah semakin larut.
Cklek,
Al keluar dari ruangannya dengan langkah lebar, dan cepat.
"Pak Al, anda mau kemana?" Sayangnya Al tidak menjawab dan terus melangkah pergi. "Ck, mau kemana sih dia,?" Gerutunya, sambil meraskan perutnya yang sudah keroncongan
Suasana semakin sunyi, hanya suara detik jam yang terdengar. Tiba-tiba saja, El merasa bulu kuduk nya merinding. Dia baru menyadari, tidak ada seorangpun di kantor saat itu. Dia melihat sekeliling dengan ketakutan. Lalu segera berlari, ingin cepat keluar dari kantor.
El terus berlari, menggunakan sepatu hak tingginya. Namun tiba-tiba kakinya terkilir, hampir saja dia terjungkal, untung saja Al langsung menangkapnya.
"Kenapa kau.." Al tidak melanjutkan perkataannya, saat tiba-tiba El memeluknya dengan erat.
*
*