[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Ditempa oleh Tekad: Awal Pelatihan Shen Yan dan Yao Yao
Beberapa hari setelah Liang Fei setuju untuk melatih Shen Yan, kehidupan bocah itu berubah drastis.
Latihan yang diberikan Liang Fei bukanlah latihan biasa. Setiap hari dimulai sebelum matahari terbit, ketika embun pagi masih terasa dingin menusuk kulit.
Liang Fei membawa Shen Yan ke sebuah hutan terpencil, jauh dari desa, di mana suara burung dan aliran sungai menjadi satu-satunya irama yang menemani mereka.
Di tempat itu, Shen Yan diperkenalkan pada Tempering Qi Through Nature, latihan pertama yang dirancang untuk menempa tubuh dan mentalnya.
Latihan itu dimulai dengan meditasi di atas batu besar di tengah sungai berarus deras. Shen Yan harus duduk diam di sana, fokus pada aliran Qi dalam tubuhnya, sambil menahan dinginnya air yang terus menghantam tubuhnya tanpa henti.
"Aku tidak bisa melakukannya!" teriak Shen Yan setelah satu jam mencoba. Tubuhnya menggigil, giginya bergetar, dan pikirannya dipenuhi keraguan.
Liang Fei, yang berdiri di tepi sungai dengan tangan terlipat, tidak menunjukkan sedikit pun belas kasihan. Ekspresi datarnya tetap tak tergoyahkan.
"Jika kau tidak bisa mengatasi dingin dan ketidaknyamanan itu, bagaimana kau akan mengendalikan Qi-mu di tengah tekanan hidup dan mati? Kembali ke batu itu."
Shen Yan menelan ludah. Meski ragu dan ketakutan menyelimuti dirinya, tekad yang lahir dari hinaan Guan Mu terus mendorong langkahnya. Dengan tubuh gemetar, ia kembali ke batu.
Latihan berikutnya jauh lebih berat. Liang Fei memperkenalkan serangkaian tantangan fisik ekstrem: membawa batu besar di punggung saat mendaki bukit, menahan posisi kuda selama berjam-jam, dan melawan boneka kayu berat yang diprogram untuk menyerang secara acak.
Boneka itu, yang dibeli Liang Fei dari seorang pengrajin dengan harga mahal, dihidupkan melalui mantra dan formasi sihir.
Ukiran rune pada kayunya menciptakan pola energi yang memungkinkan gerakan mekanis dan semi-otonom.
Setiap malam, Shen Yan kembali ke penginapan di kota Huisan dengan tubuh penuh luka. Otot-ototnya terasa seperti terbakar, dan ia hampir tidak mampu bergerak.
Berkali-kali, ia bertanya pada dirinya sendiri, "Kenapa dia sekejam ini?"
Saat menatap tangannya yang penuh kapalan dan darah, rasa frustrasi dan keraguan membayanginya. Ia mulai bertanya-tanya apakah semua ini sepadan.
Keraguan itu memuncak hingga Shen Yan mulai meragukan ideologinya sendiri: 'Batu kerikil dapat menjadi sebatang emas jika ditempa dengan benar'.
Namun, di dalam pikirannya kini muncul perdebatan baru. Bagaimana jika batu kerikil selamanya hanya akan menjadi batu? Seberapa keras pun ditempa, yang ada ia hanya akan hancur dan lenyap.
Namun, perlahan-lahan, ia mulai merasakan perubahan kecil.
Seminggu berlalu, dan Shen Yan menyadari tubuhnya mulai beradaptasi. Kakinya lebih kuat, memungkinkan dia melompat lebih tinggi.
Napasnya lebih panjang, membuatnya mampu berlari lebih jauh tanpa kelelahan. Bahkan, meditasi di atas batu sungai yang dulu terasa menyiksa kini menjadi lebih mudah.
Air yang dulu dingin dan menyakitkan kini seolah menjadi bagian dari dirinya.
Hari itu, saat Liang Fei memintanya melawan boneka kayu, Shen Yan mampu menghindari serangan dengan luwes dan menyerang balik dengan tepat.
Boneka itu terjungkal, sesuatu yang tidak pernah bisa ia lakukan sebelumnya.
"Aku melakukannya!" serunya, napas terengah-engah namun matanya berbinar penuh kemenangan.
Liang Fei, yang berdiri tak jauh darinya, untuk pertama kalinya setelah menjadi Master, tersenyum kecil. "Kau mulai memahami esensinya," katanya singkat.
Meski singkat, bagi Shen Yan itu adalah pujian terbesar dari sang Master.
Malam itu, saat Shen Yan duduk di bawah pohon dan menatap bintang-bintang, ia merasa penuh emosi.
Semua rasa sakit, tangisan yang tertahan, dan keraguan yang menghantuinya terasa tidak berarti dibandingkan rasa puas yang ia rasakan sekarang.
"Aku bisa menjadi lebih kuat," pikir Shen Yan, menggenggam tangannya yang penuh luka namun terasa lebih kokoh dari sebelumnya.
Batu kerikil sungguh bisa menjadi emas.
...
Tiga minggu berlalu, dan pelatihan Shen Yan semakin berat. Liang Fei, dengan metode pelatihannya yang seolah tak pernah habis, terus menguji ketahanan fisik, konsentrasi, dan pengendalian Qi muridnya.
Pagi dimulai dengan lari lima belas kilometer melintasi hutan sambil membawa kantung pasir berat.
Setelah itu, Shen Yan berlatih Precision Qi Control, di mana ia harus menyalurkan Qi ke daun yang rapuh tanpa menghancurkannya.
Kekuatan dan tingkat kultivasi Shen Yan meningkat pesat semenjak dilatih oleh Liang Fei. Dari yang awalnya hanya berada di tahap Pembentukan Tubuh tingkat 5, sekarang dia berada di tahap Penyempurnaan Qi tingkat 6. Tapi kekuatannya jauh melampaui tahapan kultivasinya.
Di tengah rutinitas latihan sore itu, Liang Fei tiba-tiba menghentikan kegiatan mereka.
"Kita diawasi," katanya pelan, menatap tajam ke arah semak-semak.
Shen Yan menoleh waspada, tetapi sebelum ia sempat bereaksi, seorang gadis kecil muncul dari balik semak-semak.
Dia adalah Yao Yao, seorang gadis kecil berusia sekitar 13 tahun dengan rambut panjang yang diikat menjadi dua kepang.
Matanya yang besar menatap penuh rasa ingin tahu, meskipun wajahnya sedikit cemas karena ketahuan mengintip.
"Kak Liang," panggilnya dengan suara pelan, menunduk seolah merasa bersalah.
Liang Fei menghela napas dan melipat tangannya. "Apa yang kau lakukan di sini, Yao Yao? Bukankah orang tuamu melarangmu keluar ke hutan sendirian?"
Yao Yao menundukkan kepala lebih dalam. "Aku… aku hanya penasaran, Kak. Aku melihat kalian berlatih setiap hari dari kejauhan. Aku ingin tahu… bisakah aku ikut belajar?"
Shen Yan memandang Yao Yao dengan bingung, sementara Liang Fei hanya terdiam sejenak, menatap gadis itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Kau tahu orang tuamu tidak akan setuju," kata Liang Fei akhirnya. "Mereka sudah menegaskan bahwa dunia kultivasi terlalu berbahaya untukmu."
"Aku sudah memutuskan ini, lagipula orang tuaku sedang berada di kota Linghua. Jadi tidak masalah." Yao Yao mendongak dengan tekad di matanya.
Satu minggu lalu, Liang Fei bertemu dengan orang tua Yao Yao. Mereka menitipkan gadis itu kepadanya karena mereka ingin kembali ke kota Linghua. Menjadi pedagang memang membuat mereka sangat sibuk.
"Kakak Liang, aku tidak ingin selalu dilindungi! Aku ingin bisa melindungi diriku sendiri… dan orang-orang yang aku sayangi!" lanjut Yao Yao masih dengan tekad besar.
Liang Fei menatapnya dengan tajam, mencoba mencari keraguan di balik tekad gadis itu. Namun, Yao Yao tetap berdiri tegak, meskipun tangannya sedikit gemetar. Akhirnya, Liang Fei menghela napas panjang.
"Baiklah," katanya singkat. "Tapi kau harus tahu bahwa pelatihan ini tidak mudah. Jika kau memutuskan untuk ikut, aku tidak akan memberikan perlakuan istimewa. Kau akan mulai dari awal, dan semua keputusan ada di tanganmu. Setuju?"
Yao Yao mengangguk cepat, wajahnya bercahaya meskipun jelas ia sedikit gugup. "Aku setuju, Kak Liang!"
Liang Fei menghela napas panjang, 'Semoga aku tidak dimarahi oleh Paman Guan dan Bibi Yao,' pikirnya.
Keesokan harinya, Yao Yao memulai pelatihan pertamanya. Liang Fei memintanya melakukan meditasi dasar tanpa tekanan air terjun.
Namun, karena Yao Yao belum pernah berlatih sebelumnya, ia kesulitan menenangkan pikirannya dan fokus pada aliran Qi.
"Kenapa ini begitu sulit?" keluh Yao Yao, membuka matanya dengan frustrasi setelah gagal berkali-kali.
Shen Yan, yang sedang beristirahat di dekatnya, tersenyum kecil. "Aku juga dulu seperti itu. Tapi percayalah, jika kau terus mencoba, semuanya akan menjadi lebih mudah."
Yao Yao menatap Shen Yan sejenak, lalu mengangguk. "Aku akan mencobanya lagi," katanya dengan tekad.
Hari-hari berikutnya, Yao Yao berjuang keras melalui latihan-latihan dasar seperti posisi kuda, mengendalikan napas, dan latihan keseimbangan di atas balok kayu yang mengapung di air.
Awalnya, ia sering terjatuh, bahkan menangis ketika tubuhnya terasa lelah. Namun, setiap kali ia hampir menyerah, Shen Yan yang lebih berpengalaman memberinya dorongan semangat, mengingatkan bahwa setiap proses sulit akan membawa hasil.
Pada minggu kedua, Yao Yao berhasil menyalurkan Qi-nya untuk pertama kali. Meskipun jumlahnya sangat kecil, itu cukup untuk membuatnya melompat kegirangan.
"Aku berhasil, Master! Lihat, aku bisa!" serunya dengan senyum lebar.
Liang Fei, seperti biasa, hanya mengangguk kecil. "Kerja bagus, tapi ini baru permulaan. Jangan terlalu puas."
Meskipun komentar itu terdengar dingin, Yao Yao tidak peduli. Ia tahu bahwa mencapai titik ini adalah awal dari mimpinya menjadi lebih kuat.
Shen Yan, yang melihat semangat Yao Yao, merasa kagum sekaligus termotivasi.
Kini, mereka berdua melanjutkan pelatihan bersama, saling mendukung dalam perjalanan panjang mereka menuju kekuatan sejati...