Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh yang tak tampak.
Jhon memandangi setumpuk kertas yang ada diatas mejanya dan mulai memperlajari lembar demi lembar kertas yang ada didepannya itu.
Setelah dari club malam dia tidak kembali kerumah Samantha karena asistennya mengatakan jika ada dokument penting yang harus dia tanda tangani.
Jhon terpaksa kembali kerumah pribadinya padahal dia sangat ingin mengatakan pada Samantha jika dia akan pergi untuk beberapa waktu tapi dia sudah tidak ada waktu.
Bahkan untuk menghubungi ponsel wanita itupun dia tidak bisa karena selama ini Samantha tidak mau memberitahukan nomor ponselnya.
Jhon berharap Edward tidak menangis saat mengetahui dirinya tidak ada, dia harus meninggalkan mereka untuk segera menyembuhkan ingatannya.
Dia tidak mau menunda lagi karena sangat berbahaya jika dia lupa dengan orang-orang disekitarnya.
"Master, ini dokument yang harus anda tanda tangani." Billy menyodorkan beberapa dokument didepannya.
Jhon mengambil dokument yang diberikan Billy dan mulai melihatnya.
"Jam berapa keberangkatanku?" tanyanya.
"Jam tiga pagi bos."
"Apa? Kenapa tidak sekalian jam dua belas malam" katanya kesal.
"Maaf master, lebih baik berangkat jam tiga pagi supaya orang-orang tidak tahu jika anda pergi. Jika sampai musuh anda ada yang tahu maka akan sangat berbahaya. Master belum bisa mengingat siapa saja musuh yang ada dan saat ini mereka seperti musuh yang tak tampak bagi Master. Aku juga terpaksa membelikan bos tiket ekonomi dengan nama palsu agar tidak mengundang perhatian."
Billy menyodorkan sebuah tanda pengenal palsu padanya.
"Menurut pengamatanku akhir-akhir ini, semenjak kecelakaan mobil yang master alami, dua anggota geng gelap dari australia mulai bergerak dan mencari keberadaan anda. Mereka percaya master masih hidup setidaknya dalam kondisi kritis dan bersembunyi di suatu tempat jadi saat ini sangat berbahaya jika master pergi menggunakan pesawat pribadi karena mereka memiliki mata-mata dimana-mana." jelas Billy panjang lebar.
"Memangnya apa yang telah aku lakukan pada mereka?" tanyanya.
"Mungkin anda tidak ingat, waktu itu master menggagalkan bisnis mereka menyeludupkan senjata ilegal kenegara lain dan merampas gudang senjata mereka. Itulah sebabnya mereka sangat membenci dan ingin membunuhmu." jelas Billy lagi.
"Jadi kau sudah tahu siapa pembunuhitu?" tanyanya.
Billy menggeleng, sangat sulit mencari tahu apalagi, kedua mayat itu dibawa oleh pihak berwajib.
Jhon menarik nafasnya dengan berat, inilah kenapa dia ingin cepat menyembuhkan ingatannya, ika terus begini kondisinya maka akan sangat sulit. Tidak mungkin bukan dia bersembunyi terus menerus?
Selama ini dia hanya berdiam diri dirumah Samantha dan menemani Edward tanpa pergi kemanapun, dia hanya keluar dua kali untuk membeli baju dan kekantornya waktu itu.
Waktu keclub malam saja Billy membawa segerombolan pengawal untuk mengikuti dan menjaganya.
"Billy, dengar kan aku!" pintanya.
"Yes master."
"Selama aku pergi, kau harus mengutus para pengawal untuk kerumahnya dan laporkan padaku apapun yang terjadi disana. Jika memang para gangster itu memiliki mata-mata dimana-mana, aku khawatir ada yang melihatku disana dan mencelakai mereka. Kau harus pastikan ibu dan anak itu baik-baik saja sampai aku kembali." perintahnya.
Billy mengangguk, dia mengerti dengan maksud bosnya.
"Tapi master."
"Apa lagi?"
"Tidak...tidak ada."
Billy ragu untuk bertanya pada bosnya dan dalam hatinya bertanya-tanya, apa bosnya tidak menyadari sesuatu tentang anak itu?
Seharusnya bosnya tahu saat melihat wajah Frans yang sangat mirip dengan anak yang dia bawa kemarin?
Tapi Billy tidak berani menanyakannya, bukan saja dia takut pada bosnya tapi dia juga berpikir saat ini bosnya belum bisa mengingat siapapun.
Jika nanti ingatannya sudah kembali pasti dengan sendirinya bosnya itu akan menyadari kemiripan kedua orang itu.
Setelah mendapat perintah Billy segera pergi sedangkan Jhon kembali mengecek dokumennya, dia harus menyelesaikan pekerjaannya karena dia harus pergi ke New York jam tiga pagi.
Dia berharap saat dia pergi nanti, Samantha dan Edward baik-baik saja.
Dan keesokkan harinya.
Edward sudah siap untuk pergi kesekolah pagi itu, dia sudah sarapan dan siap pergi kesekolah bersama dengan bibi Ann.
"Mommy." Edward berlari kearah Samantha dan memeluknya, dia juga mencium pipi ibunya.
"Edward sayang, jangan nakal ya disekolah." pesan ibunya.
"Of course mom." Samantha memeluk tubuh Edward dengan erat.
Dia sangat bersyukur Edward tidak menangis saat mengetahui Jhon tidak ada, tadinya Edward sempat bertanya kemana Jhon pergi tapi Samantha menjelaskan jika Jhon pergi bekerja lagi dan Edward dapat memahaminya.
Samantha juga tidak tahu kemana perginya Jhon dan dia terpaksa membohongi Edward agar anak itu tidak menangis.
"Ayo sayang, nanti kita terlambat." ajak aunty Ann.
Edward segera melepaskan pelukannya dan kembali menciumi wajah Samantha.
"I love you mom." bisik anak itu.
"Oh boy, mommy love you honey."
Samantha mencium pipi Edward dan mengusap kepala Edward dengan lembut sedangkan sebuah senyuman menghiasi wajahnya.
Edward segera berlari kearah Anne yang telah menunggunya didepan pintu, wanita itu telah siap dengan tas sekolah Edward ditangannya.
"Kami pergi ya." kata Anne.
"ya, hati-hati." Samantha berdiri didepan pintu rumahnya dan memperhatikan mereka juga melambaikan tangannya kepada mereka.
Setelah itu dia menutup pintu rumahnya kembali dan hendak berjalan menuju kedalam dapurnya.
Tapi belum juga kakinya melangkah jauh tiba-tiba dia mendengar suara teriakan Edward dan Anne diluar sana.
Samantha segera memutar tubuhnya dan berlari dengan panik saat mendengar suara mereka. Apa yang telah terjadi? Dia berharap mereka baik-baik saja diluar sana.
Dengan cepat wanita itu membuka pintu rumahnya dengan kasar dan sangat kaget saat melihat Edward dan Anne yang belum begitu jauh dari rumahnya.
Tampak Anne sedang tersungkur dijalanan dan tubuhnya sedang di tahan oleh seorang pria bertampang menyeramkan sedangkan Edward berada ditangan pria lainnya dan Edward tampak sudah tidak sadarkan diri karena orang itu menempelkan sesuatu dihidungnya.
Wajah Samantha langsung pucat saat melihat keadaan Edward dan dia langsung panik. Samantha segera berlari kearah mereka tanpa memperdulikan hal lainnya karena yang dia khawatirkan adalah Edward. Dia bahkan berteriak meminta tolong dan berharap ada yang mendengar teriakannya.
Samantha berharap ada orang yang mau menolong dan mencegah para pria itu agar tidak membawa Edward pergi darinya
Dia berlari sekuat tenaga tapi tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti dibelakang orang yang sedang menggendong Edward.
Samantha menahan nafasnya saat melihat beberapa orang pria keluar dari dalam mobil itu dan sungguh, dia semakin takut, takut Edward diambil darinya begitu saja.
Dia semakin berlari dengan kencang dan dia berharap dia segera sampai untuk melawan orang-orang itu dan menyelamatkan Edward.
not i'm promise