Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Melamar Annisa
...Untuk keburukan yang saat ini menimpamu, Dan untuk rasa sakit yang sampai saat ini belum sembuh, Percayalah bahwa semua luka akan kering pada masanya, Selama kau gantungkan harapanmu hanya kepad Nya...
...🍁...
Annisa merebahkan tubuhnya di sandaran tempat tidur berukuran minimalis tersebut.
Menatap langit langit kamar, sejenak ingatan Annisa kembali pada sosok gadis kecil yang selalu memanggilnya dengan kata Mommy, ya dialah Yasmine yang saat ini sedang Annisa pikirkan.
Ingin rasanya Annisa menghubungi gadis kecil tersebut, untuk mengatakan betapa dia sangat merindukannya, namun mengingat Handphone miliknya yang hilang, Annisa pun hanya tertunduk lesu.
Akses satu satunya diantara mereka telah hilang sewaktu Annisa ke pasar tadi pagi.
"Semoga Kamu baik-baik saja sayang, Maaf mommy tidak sempat berpamitan" Gumam Annisa lirih.
Tanpa terasa sudut mata Annisa menghangat, dan menyembulkan cairan bening dari sana.
Sejujurnya Annisa sangat merindukan Yasmine, entah mengapa gadis kecil tersebut sangat berkesan di hati Annisa.
Sejenak suasana tampak emosional, dengan beberapa kali Annisa harus menyeka Ari mata yang tiba-tiba saja membanjiri wajahnya.
Tok tok tok
Terdengar ketukan dari balik pintu kamar Annisa.
"Masuk , tidak di kunci" Jawab Annisa
Pintu pun terbuka, menampakan sosok Aisha di ambang pintu kamar.
"Masuk Mba" Pinta Annisa ada sang kakak.
Melihat Bulu mata lentik Annisa yang berair, Aisha menyadari juga sang adik baru saja menangis.
"Kamu kenapa Nis ?" Tanya Aisha memastikan.
Annisa hanya tersenyum dengan menggelengkan kepala "Kelilipan mba" Jawabnya asal.
Aisha tahu jika sang adik saat ini sedang berbohong, "Mba tahu kamu sedang banyak pikiran, bercerita lah, mungkin akan sedikit mengurangi beban pikiran mu " Ucap Aisha halus pada sang adik.
Annisa mengulas senyum manis di wajahnya, dengan menatap lekat wajah Aisha.
"Nggak ada mba Ais, Nissa baik-baik saja" Ucap nya lagi.
"Apa kamu sedang memikirkan Zyan?" Tanya Aisha yang seolah tidak puas dengan jawaban Annisa.
Annisa menggelengkan kepala pelan, "Untuk itu Annisa sudah ikhlas kok mba , Annisa menyerahkan semua keputusan pada Abi" Jawab Annisa lirih.
"Lalu apa ?, Kenapa kamu sedih jika memang kamu sudah ikhlas " Tanya Aisha lagi.
"Entah lah Mba, Annisa juga tidak tahu perasaan apa yang sedang Annisa rasakan" Ucap Annisa kemudian.
Sejenak suasana menjadi begitu hening diantara keduanya. Annisa yang tertunduk lesu, dan Aisha yang bingung dengan sikap sang adik.
"Assalamualaikum" Ucap Khadijah yang tiba-tiba masuk dalam kamar Annisa yang tidak tertutup.
Keduanya tampak kaget dengan kedatangan Khadijah "waalaikumsalam Mba Dijah" Ucap Annisa dan Aisha bersamaan.
" Tumben pada kumpul di sini" Tanya Khadijah kemudian.
"Nggak mba, Lagi kangen Annisa aja" Jawab Aisha dengan mengulas senyum
"Oh gitu" ucap Khadijah
"Ohya, Nis, Mba diminta Abi sama Ummi buat panggil kamu" ucap Khadijah
Annisa tampak mengerutkan dahi "Ada apa mba memangnya ?" tanya Annisa spontan
Khadijah tampak menghela nafas dalam "Zyan dan keluarganya ingin bertemu denganmu" Jawab Khadijah kemudian.
Mendengar hal itu seketika jantung Annisa terasa berhenti berdetak dan setelahnya berdetak dengan begitu kencang.
Raut kepanikan seketika muncul di wajah Annisa.
Menyadari hal itu Aisha pun mengusap punggung sang adik dengan lembut "Temui saja dulu Nis, Mungkin mereka ingin bersilaturahmi" Ucap Aisha mencoba menenangkan sang adik.
Annisa pun menganggukkan kepala "Baiklah Mba , Annisa akan bersiap" ucap Annisa
Setelahnya Aisha dan Khadijah memilih keluar dari kamar Annisa, dan membiarkan Annisa bersiap-siap untuk menemui Zyan dan keluarganya.
Beberapa saat akhirnya Annisa telah siap, mengenakan cadar nya kembali, berjalan menuju ruang tamu dimana Zyan dan keluarganya menunggu dirinya.
"Nak" Sapa ummi Fatimah yang saat itu muncul dari arah dapur.
"Ummi" Jawab Annisa gagap.
Ummi Fatimah tersenyum pada sang putri "Jangan lupa berdoa" Ucap Ummi Fatimah memberi saran, karena terlihat wajah Annisa yang begitu gugup saat itu.
Dalam Islam sendiri sudah mengajarkan kita untuk selalu berdoa dalam keadaan apapun, tak terkecuali saat hati merasa gugup, gelisah dan ketakutan.
Tidak hanya kita sebagai umat manusia biasa, Nabi Muhammad yang merupakan seorang Rasul utusan Allah juga pernah mengalami rasa takut.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Artinya: “Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan lancarkanlah lidahku supaya mereka paham ucapanku.”
Selain itu Annisa juga memohon doa agar hatinya di beri ketenangan dalam hal apapun yang akan dia hadapi.
، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridha dengan ketetapan Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberian Mu.”
Setelah mengucap doa dalam hati Annisa berjalan pelan di temani sang ummi menuju ruang tamu.
Sikap pertama yang di tunjukkan Annisa pada Zyan dan kedua orang tuanya adalah Menundukkan wajahnya.
"Assalamualaikum" Sapa Annisa dengan suara lembut.
Suara lembut Annisa yang saat itu mampu meluruhkan jiwa dan raga Zyan.
"Suaranya aja adem, apa lagi wajahnya" Gumam Zyan dalam hati.
Zyan yang kala itu duduk di tengah antara Ibu dan ayahnya. Terlihat begitu mengagumi Annisa yang masih berdiri di hadapannya.
Tatapan yang tidak pernah lepas dari Annisa, membuat Annisa sedikit merasa risih.
Annisa pun memilih segera mengulurkan tangan pada ibu Zyan dan mencium punggung tangan wanita paru baya itu dengan sopan.
Tidak hanya Zyan saja yang terpesona, nyatanya Ibu dari Zyan Malik Abdullah itu pun ikut terpesona dengan sikap Annisa yang begitu sopan, juga tutur katanya yang begitu lembut.
Setelah menyalami ibu Rina yang merupakan Ibunda dari Zyan. Zyan pun berinisiatif untuk mengulurkan tangan dan menyalami Annisa yang masih berdiri di hadapannya tersebut.
Melihat hal itu, Annisa pun mengatupkan kedua tangannya di dada dan membungkukkan badan.
Zyan yang melihat respon Annisa sedikit merasa malu, kemudian menarik kembali tangannya, seraya tersenyum getir.
Setelahnya mereka duduk bersama di ruang tamu Abi Ali yang tidak begitu luas.
Abi Ali dan Ummi Fatimah menyambut tamunya dengan baik, menyediakan makanan dan minuman untuk tamu nya.
Sejenak suasana terasa canggung, dan Annisa hanya menundukkan wajah nya, begitu pun terlihat beberapa kali Zyan yang melirik Annisa dari sudut mata indahnya dengan senyuman yang begitu manis.
"Ehem " Suara deheman yang seketika memecah keheningan diantara mereka.
Pak Malik Abdullah ya itu lah Ayah dari Zyan Malik Abdullah yang mencoba mencairkan suasana canggung di sana
"Jadi begini Ali" ucap pak Malik dengan sopan.
Antara Pak Malik dan Abi Ali memang merupakan sahabat sejak kecil, sewaktu keduanya masih sama-sama tinggal di desa, dan menjadi seorang anak dari petani.
Setelah Dewasa keduanya memilih hijrah ke kota dan menemukan jodoh masing-masing, dimana Abi Ali bertemu dengan Ummi Fatimah yang merupakan Anak dari pemilik pesantren yang kini di kelolanya.
Sementara Pak Malik beruntung dengan menikah i seorang putri dari juragan kain, hingga dirinya kini besar sebagai pejabat pemerintahan.
"Jadi Niat kami kemarin ingin meminang Annisa sebagai Istri dari Zyan" Ucap Pak Malik to the point tanpa ada basa-basi.
Deg.
Jantung Annisa terasa begitu cepat berdetak, mendengar ucapan Pak Malik kepada Abi nya.
***