NovelToon NovelToon
Hak Milik Yang Ternoda

Hak Milik Yang Ternoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

SIPNOSIS:
Kenneth Bernardo adalah pria sederhana yang terjebak dalam ambisi istrinya, Agnes Cleopatra. demi memenuhi gaya hidupnya yang boros, Agnes menjual Kenneth kepada sahabatnya bernama, Alexa Shannove. wanita kaya raya yang rela membeli 'stastus' suami orang demi keuntungan.

Bagi Agnes, Kenneth adalah suami yang gagal memenuhi tuntutan hidupnya yang serba mewah, ia tidak mau hidup miskin ditengah marak nya kota Brasil, São Paulo. sementara Alexa memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan suami demi memenuhi syarat warisan sang kakek.

Namun, kenyataan tak berjalan seperti yang Agnes bayangkan, setelah kehilangan suaminya. ia juga harus menghadapi kehancuran hidupnya sendiri-dihina orang sekitarnya, ditinggalkan kekasih gelapnya uang nya habis di garap selingkuhan nya yang pergi entah kemana, ia kembali jatuh miskin. sementara Alexa yang memiliki segalanya, justru semakin dipuja sebagai wanita yang anggun dan sukses dalam mencari pasangan hidup.

Kehidupan Baru Kenneth bersama Alexa perlahan memulihkan luka hati nya, sementara Agnes diliputi rasa marah dan iri merancang balas dendam, Agnes bertekad merebut kembali Kenneth bukan karena haus cinta tetapi ingin menghancurkan kebahagiaan Alexa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua kehidupan yang berbeda

Pagi itu, Kenneth pulang dari tempat kerjanya dengan langkah lelah, tubuhnya dipenuhi rasa sakit setelah seharian bekerja keras di bengkel. Namun, begitu ia melangkah masuk ke rumah, ia langsung merasakan ada yang salah. Rumah yang biasanya agak berantakan, kali ini tampak seperti zona perang.

Debu tebal menutupi lantai kayu yang dulunya dipoles dengan rapi. Piring-piring kotor menumpuk di meja makan, bau tak sedap menyengat hidungnya. Beberapa pakaian yang seharusnya sudah dijemur teronggok di sudut ruangan, sementara cucian kotor lainnya berserakan. Kenneth merasa seolah-olah dunia runtuh di sekelilingnya, dan ia hanya bisa berdiri, menatap kekacauan yang mengelilinginya.

Tanpa banyak kata, ia langsung menghela napas panjang. Rasa marah dan frustasi mulai muncul dalam dirinya. Bagaimana bisa Agnes begitu acuh tak acuh dengan segala yang sudah ia berikan? Sudah berapa lama ia berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, namun istrinya malah membiarkannya bekerja tanpa menghargai apapun.

Kenapa dia selalu seperti ini?" gumam Kenneth pelan, menatap tumpukan piring yang belum dicuci.

"Kenapa selalu aku yang harus mengurus segalanya?"

Rasa amarah yang sudah lama ia pendam perlahan meledak, tapi ia menahannya. la tahu bahwa berbicara dengan Agnes hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Sebagai gantinya, ia mulai membersihkan rumah, menyapu debu yang menutupi setiap sudut, mengelap meja yang penuh dengan kertas dan barang-barang yang tidak pada tempatnya, serta mencuci piring-piring yang menumpuk.

Sambil mengerjakan semua itu, pikiran Kenneth terus melayang. Setiap gerakan tangannya dipenuhi rasa kesal yang tak terucapkan. la tahu bahwa ini bukan hanya tentang rumah yang berantakan. Ini tentang perasaan kecewa yang semakin mendalam terhadap Agnes. Perasaan bahwa ia selalu dianggap remeh, hanya karena ia memilih untuk diam dan menuruti setiap keinginan istrinya.

Setelah membersihkan rumah, Kenneth duduk di kursi tua di ruang tamu, menatap jam dinding yang berdetak lambat. Agnes tidak pulang. Tidak ada kabar. Tak ada pesan. Seperti hari-hari sebelumnya, dia selalu menghilang begitu saja tanpa penjelasan.

Rasa cemas mulai merayapi hati Kenneth. Seharusnya ia sudah kembali dari pagi tadi, bukan? "Kemana dia?" pikirnya, semakin gelisah. "Kenapa aku tidak pernah bisa tahu ke mana dia pergi?"

Keringat mulai membasahi pelipisnya. la mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya. la sudah terlalu lama bertahan dengan hubungan yang tidak jelas, merasa seperti ada yang hilang antara mereka berdua. Sudah cukup dengan pengabaian ini. la mulai berpikir bahwa mungkin sudah saatnya untuk mempertegas sikap.

Tak lama setelah itu, pintu depan diketuk dengan keras. Kenneth berdiri, berpikir bahwa mungkin itu Agnes yang pulang. Sebelum ia sempat melangkah ke pintu, berpikir bahwa mungkin itu Agnes yang pulang. Sebelum ia sempat melangkah ke pintu, sebuah perasaan aneh menyergap dirinya. Ada sesuatu yang tidak beres.

Saat ia membuka pintu, bukan Agnes yang terlihat. Di depan rumahnya berdiri seorang wanita tua, dengan rambut putih yang digulung rapi ke atas, mengenakan gaun usang yang tampak sudah lama tidak dicuci. Sebatang rokok terjepit di jemari tangannya yang keriput. Wanita itu menatap Kenneth dengan pandangan tajam dan sinis.

"Siapa kamu?" tanya Kenneth dengan nada bingung, menatap wanita itu dengan heran.

"Saya pemilik rumah yang kalian sewa," ujar wanita itu dengan suara serak, penuh amarah. "Kalian sudah dua bulan nggak bayar sewa! Tahu nggak, saya sudah bilang berkali-kali, tapi kalian tetap saja tidak peduli! Mau apa lagi?!"

Kenneth terkejut mendengar tuduhan itu. "Tunggu dulu, saya sudah menyerahkan uangnya pada Agnes. Kenapa saya harus membayar dua kali? Itu bukan kesalahan saya," jawabnya, berusaha tenang meskipun kesal.

Namun, wanita itu tak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut. "Uang itu nggak pernah sampai ke saya! Jangan berkilah! Kamu harus bayar sewa sekarang, atau saya bawa ini ke jalur hukum!"

Rasa pusing mulai menyerang kepala Kenneth. Uang yang seharusnya diberikan pada pemilik rumah ternyata tidak sampai, dan ia terpaksa menggunakan uang simpanannya untuk menutupi biaya sewa yang belum dibayar. Dalam hati, ia mulai bertanya-tanya, apakah ia akan selalu terjebak dalam situasi seperti ini? Kenapa ia harus terus-menerus membayar kesalahan orang lain?

Kenneth terkejut mendengar tuduhan itu. "Tunggu dulu, saya sudah menyerahkan uangnya pada Agnes. Kenapa saya harus membayar dua kali? Itu bukan kesalahan saya," jawabnya, berusaha tenang meskipun kesal.

Namun, wanita itu tak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut. "Uang itu nggak pernah sampai ke saya! Jangan berkilah! Kamu harus bayar sewa sekarang, atau saya bawa ini ke jalur hukum!"

Rasa pusing mulai menyerang kepala Kenneth. Uang yang seharusnya diberikan pada pemilik rumah ternyata tidak sampai, dan ia terpaksa menggunakan uang simpanannya untuk menutupi biaya sewa yang belum dibayar. Dalam hati, ia mulai bertanya-tanya, apakah ia akan selalu terjebak dalam situasi seperti ini? Kenapa ia harus terus-menerus membayar kesalahan orang lain?

Setelah beberapa lama, wanita itu akhirnya pergi setelah menyuruh Kenneth untuk segera membayar, dengan ancaman akan membawa masalah ini lebih jauh lagi. Kenneth menutup pintu, menahan napas panjang. la kembali duduk di kursi, merasakan pusing yang semakin parah.

"Sungguh tak bisa dipercaya," kata Kenneth pada dirinya sendiri, sambil menatap kosong ke arah lantai yang masih penuh debu. la terus memijat pelipisnya, mencoba meredakan sakit kepala yang semakin memburuk.

Sampai sore hari, Agnes belum juga muncul. Kenneth mencoba menghubungi istrinya berulang kali, tapi tak ada jawaban. Pikirannya semakin kacau. "Kemana dia? Kenapa tidak ada kabar?" la bertanya- tanya, khawatir dan frustasi. Mungkin, hanya mungkin, ia sudah terlalu lama diam.

Kenneth menatap kosong ke luar jendela, menunggu, namun tetap tidak ada kabar dari Agnes. Rasanya seperti ia terperangkap dalam hidup yang semakin suram, tak tahu harus berbuat apa lagi.

...────୨ৎ────...

Alexa memasuki kawasan hotel miliknya dengan langkah pasti, meskipun hatinya masih dihantui oleh kekesalan yang mendalam. Mobil mewahnya melaju pelan di sepanjang jalan masuk hotel yang dihiasi lampu-lampu mewah, menambah kesan megah di kawasan elit tersebut. Sesampainya di depan pintu utama, Alexa turun dengan langkah angkuh, tak peduli dengan pandangan orang-orang yang terkesima melihatnya. la langsung menuju lift yang akan membawanya ke lantai 54, tempat kamar privat miliknya berada.

Di dalam lift, Alexa masih menahan perasaan dongkol akibat ucapan kakeknya yang terus mengganggu hidupnya. Sesampainya di kamar, ia langsung menuju bar pribadi yang ada di sudut ruangan, tanpa ragu meraih sebotol coktail. Minuman itu sudah menjadi teman setianya setiap kali perasaan stres atau pikiran- pikiran berat datang menghampiri. Alexa merasa tenang saat cairan itu mulai mengalir ke tenggorokannya, meskipun ia tahu, ini hanya cara sementara untuk mengatasi perasaan yang terus mengguncang dirinva.

Saat ia sedang menenangkan pikirannya, bunyi ponsel yang tiba-tiba berdering memecah keheningan. Alexa melihat layar ponselnya, yang menampilkan nama asisten pribadi. la sempat merasa sedikit kesal, mengapa sekarang asisten yang menelepon? Namun, ia tetap mengangkat telepon itu, tak ingin ada yang terlewatkan.

1
Dinar
kakak aku kirim dua mawar 🌹 sebagai pengantar cinta dari Kenneth untuk istri barunya
Tiramisyuu
kak cover kita sama wkwk , tp untuk ceritaku di platform sebelah
Adelita0305: Oke deh kak
Tiramisyuu: judulnya Kubalas Penghianatan Sahabatku , ada di platform Fi**o hihi .
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!