Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan
****
Sejak pagi, Seina menunggu Jericho kembali. Perempuan itu sudah menghabiskan waktunya di atas sofa selama beberapa jam sampai akhirnya hari tiba-tiba menjadi siang tanpa Seina sadari.
Menyadari Jericho yang tak kunjung kembali ke rumah membuat Seina semakin merasa lega. Sebab perempuan itu sangat yakin jika sebentar lagi kemungkinan kabar buruk akan mulai terdengar. Jika saja Jericho tidak menyakiti perasaannya, Seina tidak akan senekat semalam.
"Aduh, kepalaku rasanya sangat pegal sekali." Seina memiringkan kepalanya sejenak.
Pandangan perempuan itu mendadak teralihkan pada ibunya yang sedang berjalan gontai ke arahnya. Raut wajah Seina nampak datar, sementara di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Seina mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi kepada nyonya Nathalie.
"Ada apa, Ibu? Kenapa kau berjalan sangat terburu-buru?" tanya Seina saat bibi Anne mulai menghela napas dalam di hadapan putrinya tersebut.
"Nyonya Nathalie telah meninggal dunia, Seina. Sekarang, kita harus menemui Tuan Jericho ke sana."
"Segera ganti bajumu, ibu juga akan mengganti baju dan kita pergi bersama." Bibi Anne kembali memutar balik tubuhnya, meninggalkan Seina.
Sementara itu, Seina hanya terdiam di posisinya dengan senyum licik yang terulas. Senang? Tentu saja. Setelah ini, Seina yakin jika ia akan mendapatkan kesempatan yang jauh lebih besar lagi untuk mendapatkan hati Jericho.
"Usahaku tidak sia-sia rupanya. Tidak sia-sia juga aku mengambil nomor telepon wanita itu dari ponsel ibu. Nyawanya sudah berakhir sekarang," ucap Seina sembari kembali tersenyum licik.
****
Jericho terdiam tepat di hadapan sebuah peti berwarna putih. Tidak ada air mata yang keluar setetes pun dari pria itu, tetapi rasa kehilangan jelas ia rasakan sangat dalam di hatinya. Ayahnya bahkan tidak menangis dan sibuk menyambut tamu yang menyapanya.
"Kau tidak akan meminta Velicia ke sini? Kau tahu, kan bagaimana ibumu sangat menginginkan Velicia datang? Apakah dia masih belum sehat?" tanya Jaks di sampingnya.
Jericho sudah berusaha menghubungi Sharine beberapa kali, tetapi ia tidak mendapatkan hasil. Ponsel perempuan itu tidak bisa dihubungi sementara Jericho sudah tidak memiliki nomor ponsel milik Velicia lagi.
"Aku akan menjemputnya, Ayah." Dengan berat hati, Jericho beranjak dari posisinya.
Jika saja ibunya tidak terlalu ingin bertemu dengan Velicia, mungkin Jericho tidak akan sudi melakukannya. Ada untungnya ia sempat mengatakan pada Jaks jika Velicia sedang tidak sehat. Jadi, Jericho masih memiliki alasan yang jelas untuk menutupi permasalahannya dengan Velicia.
Sekarang, Jericho mulai berjalan ke arah mobilnya. Ia sempat berpapasan dengan Jeremy, tetapi Jericho hanya memberikan senyum singkat pada pria itu kemudian bergegas pergi. Dalam hitungan detik, Jericho sudah mengemudikan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya. Kebetulan, Nathalie akan diberi penghormatan di rumah, bukan di dalam gedung.
"Bahkan di saat-saat terakhirnya, ibu masih menginginkan pertemuan dengan Velicia. Seperti tidak ada manusia lain yang dia inginkan. Apa jangan-jangan itu adalah firasat karena ia akan segera pergi meninggalkan dunia ini." Jericho kembali menancap gasnya. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar ia segera sampai di rumah Velicia.
****
Andrew tidak akan datang menemui Velicia hari ini, dan Velicia merasa sangat bersyukur. Setidaknya ia berhenti merepotkan Andrew. Sharine juga sudah kembali dan sudah mengirim begitu banyak pesan agar Velicia bisa menjaga dirinya dengan baik selama mereka berjauhan.
Namun, sore ini apa yang Velicia tidak inginkan mendadak terjadi. Entah mengapa, ia merasa perutnya kembali merasa keram sehingga ia tidak sanggup untuk berdiri terlalu lama. Wajahnya memucat dengan dahi yang mulai berkeringat.
Perlahan, salah satu tangannya meraih ponsel yang ada di atas meja. Meskipun ia membenci merepotkan orang lain, tetapi hari ini Velicia tidak bisa egois karena rasa sakit di perutnya seakan membuatnya sesak napas.
"Ka-kau ada di mana? Bi-bisakah kau menolongku, Sharine? Perut ... perutku sakit."
Setelah berhasil menyampaikan hal itu, Velicia kembali menaruh ponselnya di atas meja. Dengan sekuat tenaga yang ia miliki, Velicia mencoba berjalan ke teras. Mencari seseorang yang barangkali bisa membawanya ke rumah sakit.
Untung saja seorang wanita yang memiliki anak perempuan yang terakhir kali Velicia temui, melihatnya. Dengan cepat wanita tersebut mendekat pada Velicia dan membawanya ke dalam mobil dengan sesegera mungkin.
****
Jericho mengetuk pintu rumah Velicia berulang kali, tetapi ia tidak mendapatkan respon sekalipun. Membuat perasaannya semakin tidak karuan. Padahal Jericho yakin jika Velicia sedang berada di dalam rumah tersebut.
"Kau tidak akan membukanya? Apakah kau sedang bersama pria lain di dalam sana? Kau tidak mendengar ku? Aku tahu kau ada di sana, Velicia. Keluarlah!" ucap Jericho dengan tangan kanannya yang kembali mengetuk pintu tersebut. Padahal ada bel di sana, tetapi Jericho memilih untuk mengetuk pintu kaya dengan tangannya.
"Aku tidak akan melakukan ini jika aku tidak terpaksa. Jika ada cara lain, aku lebih haik melakukan cara lain dibanding harus mengemis seperti ini kepadamu, Velicia. Kau tidak akan keluar?" ujar Jericho, lagi.
Pada saat pria itu akan mengetuk pintu rumah itu lagi, seseorang menarik pintunya. Baru saja mulut Jericho terbuka untuk menyampaikan seluruh kekesalannya, pria itu mendadak menutup rapat mulutnya saat kedua matanya melihat seorang perempuan asing yang tengah tersenyum kepadanya.
"Ada yang kau cari di sini, Tuan? Maaf sebelumnya, saya baru saja menyewa rumah ini dua hari yang lalu. Maaf karena telah membuatmu menunggu pintu ini terbuka. Saya masih sibuk mengurus barang-barang milik saya."
Raut wajah Jericho nampak terkejut. "A-apa? Penghuni kemarin sudah pindah?"
"Sudah. Saya juga tidak tahu ke mana dia pergi, karena ketika saya datang untuk menyewa rumah ini, rumah ini sudah dalam keadaan kosong. Sang pemilik juga berkata jika penyewa sebelumnya sudah hampir satu minggu meninggalkan rumah ini."
Jericho dengan segera menarik diri dari sana. Tanpa mengatakan permintaan maaf dan terima kasih. Jelas ia merasa sangat terkejut karena setelah ini ia tidak bisa menemukan Velicia lagi. Perempuan itu sudah pergi tanpa meninggalkan jejaknya sedikit pun. Mungkin jawabannya ada pada Sharine, tetapi Jericho merasa jika ia hanya akan sia-sia berhadapan dengan perempuan itu.
"Pindah? Satu minggu yang lalu? Tidak mungkin. Kenapa dia melakukan semua ini? Jika dia ingin menghilang, setidaknya ia melakukannya setelah aku mengusirnya dari rumah saat itu. Apa jangan-jangan ...." Jericho mulai mengingat-ingat lagi hari terakhir dirinya bertemu dengan Velicia saat akan pergi meninggalkan rumah sakit.
"Jika kau membenciku, kau tidak perlu menyakiti perasaanku, Jericho."
"Apakah dia memutuskan untuk pindah karena pertengkaran saat itu? Agar kami tidak bertemu lagi? Kenapa dia harus menghilang di saat seperti ini?" Jericho memukulkan kepalanya pada setir mobil.
"Kau sangat menjengkelkan, Velicia!"
****
yg pinter disini cuma Jeremy 👍😤
kau masuk dalam jerat wanita siluman itu 😏🤨
bahkan kau tak memikirkan perasaan orang tua mu yg ingin sekali bertemu Velicia disaat terakhir nya 😡😡
jika bertemu Valencia dalam keadaan yang lebih baik dan begitu bahagia 🙂