Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Pada Jantung.
Lagi-lagi depan hanya diam saja. Dia bahkan tidak tahu bahwa akan ada pengumuman seperti itu hari ini. Perasaan Devan sudah mulai tidak enak. Dia semakin frustasi dan apalagi dengan keberadaan sahabatnya. Devan tidak seperti biasanya yang selalu bercerita panjang lebar dengan kesombongannya pada Bimo dan kali ini dia, diam membisu.
"Baiklah! kalian mungkin bertanya-tanya dengan keputusan yang telah saya ambil. Saya memberikan kepercayaan kepada Trisya menjadi CEO dari Perusahaan Royale, karena saya sudah melihat kemampuannya. Jadi tidak ada yang harus di ragukan lagi. Saya yakin Trisya mampu menjalankan tugas ini," ucap Haryanto.
Para wajah karyawan sejak tadi menunjukkan ketidak sukaan mereka yang tetap saja ingin protes, menatap Trisya sangat tidak suka dan Trisya membahas dengan tersenyum miring. Seperti ada sesuatu yang tidak sabaran ingin dia lakukan.
"Saya juga harus memberitahu kepada kalian semua. Jika Trisya adalah cucu pertama saya dari anak pertama saya Trisya Adelia Pasha Hariyanto," pengakuan Haryanto semakin mengejutkan semua orang.
Mata mereka semua sampai ingin keluar dengan jantung yang mau melompat dari tempatnya yang mendengarkan gebrakan baru itu.
"Hah!" suara Bimo yang paling keras terdengar yang benar-benar kaget sampai bola matanya ingin keluar.
Trisya tersenyum yang merasa sangat bangga sekali dan dia ingin melihat wajah-wajah wanita yang sering mencibirnya dan sekarang lihatlah ekspresi wanita itu benar-benar terkejut sampai mau serangan jantung.
Trisya tersenyum miring dengan menyombongkan dirinya bahwa dirinya sekarang sudah berada di atas. Wanita-wanita yang suka mencibirnya dan bahkan berani memerintahnya sekarang menundukkan kepala yang tidak berani melihat ke arah Trisya yang mendapatkan tatapan mematikan.
"Sama halnya dengan cucu kedua saya. Mereka tidak instan mendapatkan sesuatu hal dengan mudah. Jadi Trisya masuk ke dalam Perusahaan ini yang benar-benar memulai dari nol dan kemampuannya juga sudah bisa dibuktikan dan hari ini saya memberikan kepercayaan untuk membantu Perusahaan. Saya berharap kalian semua bisa bekerja sama dengan baik dengan pimpinan yang baru," ucap Haryanto dengan tegas.
Trisya lega dengan dirinya yang telah di akui oleh Haryanto dan sesuai janji Haryanto, kemampuan yang dia miliki mampu mengantarkan dia pada jabatan yang memang seharusnya menjadi miliknya.
"Devan kau tidak mengatakan apa-apa kepadaku?" tanya Bimo yang masih jantungan dan hampir saja copot dari tempatnya.
"Kemarilah Devan?" panggil Hariyanto.
Devan menghela nafas dan menghampiri Hariyanto yang berdiri di samping Trisya. Trisya tersenyum kepada Devan yang melihat wajah suaminya itu sejak tadi begitu datar dan tidak ada senyum-senyumnya sama sekali.
"Seperti yang kalian tahu bahwa cucu saya sudah menikah dengan Direktur di Perusahaan ini. Kami mengadakan pernikahan di desa Devan dan untuk resepsi pernikahan mereka akan segera diadakan. Jadi saya juga meminta kalian untuk bekerjasama dengan baik dengan Devan dan juga cucu saya yang sama-sama ingin mengembangkan Perusahaan ini," ucap Haryanto memberikan penegasan.
Mereka semua mengangguk-ngangguk dan sekarang bertepuk tangan yang pasti masih terkejut.
"Akhirnya langkah awal sudah aku dapatkan dan tinggal mendapatkan hak waris Perusahaan," batin Trisya dengan tersenyum lebar.
Sekarang dia benar-benar dihormati oleh orang-orang kantor yang tidak dipandang sebelah mata lagi. Walau menjadi CEO sebenarnya bukanlah suatu jaminan. Karena bisa saja Hariyanto menurunkan jabatan itu dan kecuali Trisya benar-benar sudah mendapatkan hak alih perusahaan sepenuhnya dan barulah Trisya bisa aman seperti apa yang diinginkan Lena.
**
"Devan katakan kepadaku dan jangan hanya diam saja aku sangat menunggu penjelasanmu, ada apa semua ini?" ucap Bimo yang berada di ruangan Devan yang sejak tadi mondar-mandir yang menunggu penjelasan Devan.
"Kepalaku sakit melihatmu jalan sana jalan sini apa kau tidak bisa duduk dan diam," sahut Devan dengan tegas.
"Makanya kau katakan dengan jelas apa yang tadi. Apa yang aku dengarkan. Jadi wanita yang kau nikah itu adalah cucu dari tuan Haryanto yang memiliki kekayaan jangankan tujuh turunan 17 turunan juga tidak akan habis," ucap Devan.
"Terus apalagi yang harus aku jelaskan. Semua yang dikatakan tuan Haryanto adalah benar dan Trisya sekarang Ceo dari Perusahaan Royale!" ucap Devan.
"Kau mengetahui ini sejak awal atau kau juga baru tahu seperti aku dan yang lain?" tanya Bimo.
"Aku mengetahui sebelum kami menikah," jawab Devan.
"Pantas sejak tadi mulutmu tidak ada membanggakan dirimu sendiri dan juga bahkan mengatakan istrimu beruntung dan ternyata kau yang beruntung mendapatkan Trisya, cucu dari pimpinan. Kau langsung berubah menciut Devan, kau benar-benar," sahut Bimo.
Devan diam saja yang memang tidak bisa berkata apa-apa lagi. Terserah Bimo sekarang mau menertawakannya.
"Hey! Apa sekarang kau sedang menahan malu?" tanya Bimo.
"Apa maksud mu?" tanya Devan
"Kau begitu terlalu percaya diri kali mendekati Trisya dan aku sudah menduga jika kau pasti memamerkan semua hartamu kepada Trisya dan ternyata dia jauh lebih kaya daripadamu dan aku sangat yakin bahwa dia menertawakan dirimu saat kau mengatakan seperti itu. Tetapi aku cukup salut kepadamu yang tetap melanjutkan menikah dengan wanita itu dan meski kau mengetahui wanita itu sangat jauh berada di atasmu," ucap Bimo.
"Kalau begitu sekarang judulnya harus diganti, jika dulu kau menikahinya karena kasihan kepadanya dan ingin menaikkan derajatnya dan sekarang kau menikahinya karena kau ini menguras hartanya," seloroh Bimo.
"Tutup mulutmu, aku sama sekali tidak memerlukan harta Trisya sedikitpun!" tegas Devan.
"Masa iya," sahut Bimo dengan senyum-senyum yang tampak tidak percaya. Devan yang adanya semakin kesal melihat ekspresi Bimo yang pasti sedang mengejek dirinya.
Devan juga sejak tadi mendengarkan orang-orang kantor yang berbisik-bisik yang mengatakan bahwa dia sangat beruntung bisa menikah dengan cucu pimpinan. Devan sampai tidak bisa berkata-kata lagi yang benar-benar sudah tidak punya wajah.
Mungkin Devan sangat menyesal telah melanjutkan pernikahan itu yang mungkin membuat harga dirinya mencuit sedikit yang tidak bisa banyak berkata-kata seperti dulu lagi.
Ceklek.
Pintu ruangan itu terbuka yang membuat kedua pria itu melihat ke arah pintu dan ternyata itu Trisya yang datang membawa paper bag berwarna coklat. Bimo langsung menundukkan kepalanya. Dia harus hormat kepada CEO Perusahaan.
"Apa aku mengganggu kalian berdua?" tanya Trisya.
"Oh. Tidak Bu Trisya, Saya hanya berbicara sedikit saja dan saya juga sudah mau keluar," ucap Bimo.
"Kalau begitu keluarlah dan gunakan waktu istirahat untuk makan dan bukan untuk melakukan hal lain," ucap Trisya dengan nada yang sangat ketus
Bimo tersenyum getir dan kembali menundukkan kepala yang buru-buru pergi. Dia sangat takut sekali melihat Trisya yang memperlihatkan ekspresi dingin dan sangat tegas. Trisya memperlihatkan bahwa dia pemimpin yang bukan menye-menye.
Memang harus bersikap seperti itu. Agar karyawannya disiplin dan tidak peduli mau itu siapa yang terpenting Trisya harus memberikan contoh yang baik.
"Aku membawakan makan siang. Ayo kita makan!" ajak Trisya yang berjalan menuju sofa. Devan menganggukkan kepala yang menghampiri sang istri dengan duduk di samping Trisya.
Trisya mengeluarkan makanan tersebut dari paper bag dan pasti makanan itu bukan makanan yang biasa dimakan Devan dan melainkan makanan western yang memang lidah Trisya lebih menyatu ke makanan itu.
Bersambung
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi