Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 - Teh Chamomile
Sejak kejadian hari itu, Naomi menjadi lebih hati-hati. Dia akan benar-benar memastikan Tuan Bara dan anaknya sudah berangkat ke kantor.
Satu minggu mengemban tugas sebagai seorang pelayan membuatnya cukup kelelahan. Dia memang terbiasa bersih-bersih, tatapi yang biasanya ia bersihkan adalah rumah kontrakan berukuran satu petak.
"Sudah selesai?" tanya salah satu pelayan yang hanya beda 2 tahun di atasnya.
Naomi menghentikan langkahnya di ujung tangga, dia memang baru saja turun dari membersihkan kamar. "Hanya tinggal kamar Tuan Gama," balasnya.
Pelayan bernama Hana itu mengangguk, "Bibi Sarah memanggilmu, temui dia dulu."
Sebenarnya Naomi turun karena ingin mengambil lap bersih, lap yang ia bawa kotor karena tidak sengaja terjatuh ke dalam air pel.
"Baiklah," jawabnya tanpa penolakan.
Setelah basa basi kecil, ia melanjutkan langkahnya menuju dapur dan mencari Bibi Sarah. Hana yang melihat Naomi sudah menjauh segera menaiki tangga.
Bibi Sarah adalah pelayan senior di sana, ia bertugas memantau para pelayan dan juga mengontrol semua yang berkaitan dengan kebersihan dan kenyamanan di rumah itu.
Wanita paruh baya itu sudah mengabdi sejak Gama masih berupa bayi merah. Sekarang bayi merah itu sudah menjelma menjadi pria tampan nan rupawan.
Naomi berkeliling mencari keberadaan Bibi Sarah, setelah mencari beberapa saat dia menemukan Bibi Sarah sedang berbincang dengan satpam di halaman rumah.
"Bibi?" panggilnya.
Dua orang yang sedang berbincang itu menoleh ke arahnya. "Bibi memanggilku?" tanya Naomi.
Mendengar hal itu Bibi Sarah terlihat bingung, "Aku tidak memanggilmu."
Satpam yang tadinya berbincang dengan Bibi Sarah sudah berpamitan untuk kembali ke pos di depan.
Sekarang giliran Naomi yang kebingungan. "Kata Mbak Hana, Bibi mencariku," jelasnya dengan jujur.
"Tidak. Aku tidak mencarimu."
Naomi menghela napas pelan, "Baiklah kalau begitu Bi, aku akan melanjutkan pekerjaanku. Permisi," pamitnya dan kembali masuk ke dalam rumah.
Pikiran negatif datang begitu saja, dia tidak sebodoh itu hingga tidak sadar jika beberapa pelayan tidak menyukai kehadirannya di sini.
Dari tatapan, cibiran, hingga menghindari dirinya. Ada satu waktu ia ingin ikut berkumpul dengan pelayan lainnya, saat itu juga para pelayan itu akan membubarkan diri. Dia hanya ingin lebih akrab dengan mereka, apalagi mereka berada di bawah atap yang sama.
Sepertinya apa yang dilakukan Hana tadi hanya ingin mengerjainya.
...****************...
Malam kembali menyapa, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Naomi masih belum bisa memejamkan matanya, padahal tubuhnya sudah terasa begitu lelah.
Naomi beranjak dari atas kasur dan keluar kamarnya, dia berniat membuat teh chamomile. Mungkin itu bisa membantunya agar bisa tidur.
Rumah sangat sepi, tetapi lampu ruang tamu masih bersinar dengan terang. Apakah Tuan Gama belum kembali? batinnya.
Di antara Tuan Bara dan anaknya, hanya Gama yang seringkali pulang larut malam. Seringkali tuan mudanya itu membawa pulang wanita yang berbeda-beda.
Lampu dapur yang sudah dimatikan ia nyalakan kembali, rumah terasa begitu hening karena semua orang sudah berada di alam mimpi.
Naomi mengambil cangkir serta sendok yang tersimpan rapi di dalam laci, dia mulai memasukkan bunga chamomile kering ke dalam cangkir dan menuangkan air panas dari dispenser.
Suara perpaduan antara sendok dan cangkir mengisi keheningan malam, posisinya yang membelakangi ruang makan membuatnya tidak sadar ada seseorang yang mendekatinya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Suara bariton dari arah belakang membuat jantung Naomi hampir melompat keluar. Dia segera menoleh ke belakang dan menemukan tuan mudanya yang berdiri di dekat kursi makan.
"Apa yang kau lakukan tengah malam begini di dapur?" ulang Gama dengan tatapan menelisik.
Naomi berdehem kecil untuk menghilangkan rasa terkejutnya. "Membuat teh, tuan. Saya tidak bisa tidur."
Gama mengangguk kecil, "Buatkan juga untukku, aku akan mandi sebentar. Tunggu aku di sini," ucap Gama dan langsung naik menuju kamarnya.
Aura yang di keluarkan Gama memang berbeda, bahkan lebih kuat dari ayahnya sendiri. Tanpa membuang-buang waktu, Naomi kembali membuat satu cangkir teh chamomile.
Naomi membawa cangkir teh milik Gama ke ruang makan dan menaruhnya di atas meja. Sedangkan miliknya sendiri masih berada di pantry dapur.
15 menit kemudian, Gama sudah selesai membersihkan diri dan menghampiri Naomi. Dia melihat pelayan barunya itu sedang berdiri di depan jendela dapur. Menatap gelapnya langit malam tanpa bintang.
Tubuh yang terlihat kecil dari belakang, rambut panjangnya yang di kepang satu. Mirip sekali seperti anak kecil. Tidak ada yang menyangka wanita itu dijual sendiri oleh suaminya.
"Ekhem."
Gama berdehem agar Naomi sadar dengan kehadirannya. Benar saja, Naomi tersentak kecil dan menoleh ke arah tuan mudanya.
Tatapan keduanya bertemu dan terkunci, di dalam hati saling mengagumi ciptaan Tuhan yang terlihat indah.
Tersadar dengan apa yang ia lakukan, Naomi memutuskan pandangannya terlebih dahulu. "Teh anda saya taruh di meja makan, Tuan," ucanya tanpa menatap Gama.
Gama melirik satu cangkir teh yang masih mengepulkan asap panas, dahinya mengerut. "Di mana milikmu?"
Naomi segera menunjuk teh miliknya yang berada di atas meja pantry. Melihat itu Gama berdecih kecil, "Bawa ke sini, temani aku minum."
Bersambung
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🤗
Diusahakan update sehari 2 kali