"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
"Kenapa kamu bareng Farid? Berdua dibawah blazer dia lagi. Kan aku sudah bilang, jangan dekat dengan Farid!"
Vivi menatap Reynan yang kembali lagi ke mode marah hanya karena dia dekat dengan Farid. Sedetik kemudian dia tertawa sambil bergelayut di lengan Reynan. "Ciee, cemburu lagi."
"Sudah aku bilang aku tidak cemburu sama kamu." Reynan terus menepis tuduhan itu. Dia cemburu dengan Vivi, mana mungkin?
"Kalau gak cemburu kenapa marah?" tanya Vivi. Dia memang sengaja ikut di bawah blazer Farid untuk membuat Reynan cemburu, dan ternyata benar, Reynan marah dan melarangnya dekat lagi dengan Farid.
"Masih kurang jelas apa alasan aku tadi."
Vivi mendongak menatap Reynan. Dia masih saja tersenyum menatapnya. "Pasti bukan itu satu-satunya alasan. Kak Rey kesal kan kalau lihat aku dekat dengan Kak Farid, itu tandanya cemburu."
Reynan mengalihkan pandangannya dari Vivi. Dia tidak peduli apa yang dia rasakan saat ini, dia tidak akan mengakuinya.
Vivi semakin mendekatkan dirinya. Diluar masih saja hujan deras. Mobil itu melaju dengan pelan di tengah hujan. "Kalau Kak Rey tidak percaya, coba deh cek di google tanda-tanda orang cemburu, kalau memang Kak Rey merasakan cemburu, itu tandanya Kak Rey sudah jatuh cinta sama aku." Begitu percaya dirinya Vivi mengatakan itu pada Reynan.
Reynan hanya terdiam. Dia menganggap omongan Vivi hanyalah angin lalu.
Beberapa saat kemudian, mobil itu telah berhenti di depan rumah Reynan. Untunglah ada atap di sepanjang jalan masuk menuju pintu rumah Reynan sehingga tidak membuat mereka kehujanan.
Setelah turun dari mobil, Vivi mendorong kursi roda Reynan masuk ke dalam rumah. "Mama sama Papa kemana ya? Tumben rumah sepi. Kalau Raina pasti belum pulang."
Saat lewat di depan pintu kamar kedua orang tua Reynan yang sedikit terbuka, terdengar suara-suara aneh. "O, Mama sama Papa ada di kamar." Vivi berhenti sejenak. Memang hujan-hujan seperti ini paling enak mencari kehangatan. Apa kedua orang tua Reynan sedang saling menghangatkan di dalam kamar?
"Vivi, kenapa berhenti? Tidak usah kepo!"
Vivi tersenyum kecil lalu mendorong Reynan masuk ke kamarnya. Vivi menutup pintu kamar itu lalu melepas blazernya. Dia membuka lemari mencari baju ganti untuknya dan juga untuk Reynan. Lalu dia membantu Reynan melepas jas dan dasinya.
"Panggilkan Noval, aku mau mandi dulu," kata Reynan.
Vivi tak menyahutinya. Dia justru membuka kancing Reynan satu per satu lalu duduk di pangkuannya.
"Vivi! Jangan sembarangan duduk begini, nanti kursi rodanya kelebihan beban."
"Tidak mungkin. Ini kursi roda mahal, kokoh, dan kuat. Lagian aku kecil." Vivi melingkarkan kedua tangannya di leher Reynan. "Tadi Mama dan Papa ngapain?" Lagi-lagi Vivi menggoda Reynan. Suasana hujan yang mendukung, siapa tahu bisa memancing Reynan.
"Urusan suami istri," jawab Reynan dengan pipi yang memanas. Hawa dingin saat hujan itu sangat terasa di tubuhnya.
"Kita kan juga suami istri, kok gak ada urusan kayak gitu?" Vivi semakin beraksi meluncurkan godaannya.
Pipi Reynan semakin memerah dan panas. Vivi terlalu terbuka padanya. Iya, mereka memang suami istri, tapi Reynan masih belum memikirkan hubungannya dengan Vivi sampai ke jenjang selanjutnya. Ditambah kakinya yang masih belum bisa bergerak. "Vivi, kaki aku masih tidak bisa bergerak."
"Gampang itu bisa diatur." Vivi masih saja menggoda Reynan. Dia sangat suka melihat pipi merah Reynan yang seperti kepiting rebus itu saat dia menggodanya.
Akhirnya Reynan menyerah dengan desakan Vivi. Dia membiarkan Vivi sesuka hati duduk di pangkuannya dan bergelayut di tubuhnya. Meski dirinya tersiksa dengan perlakuan Vivi seperti ini. Dia menahan gejolak setiap kali Vivi merayu dan menggodanya.
"Vivi, aku mengerti kamu sudah menjadi istri aku. Sudah kewajiban aku memenuhi kebutuhan materi dan batin kamu. Aku bisa memenuhi kebutuhan materi kamu, tapi aku masih belum bisa memenuhi kebutuhan batin kamu." Akhirnya Reynan mau membahas masalah itu dengan Vivi. Setelah sebelumnya hanya bisa menghindar dan diam saja. Setidaknya ada satu hasil dari usaha Vivi.
"Karena Kak Rey tidak ada perasaan sama aku?" tanya Vivi.
Reynan mengangguk pelan. "Iya, selain itu, aku juga masih cacat."
"Sebentar lagi Kak Rey pasti sembuh. Lagian aku kan juga bisa gerak," goda Vivi dengan senyum mengembangnya. Satu tangan Vivi kini mengusap dada bidang Reynan.
Tubuh Reynan seperti terkena sengatan merasakan sentuhan lembut dari tangan Vivi.
"Vivi, aku tidak mau melakukannya jika aku tidak ada perasaan apa-apa sama kamu."
"Ya, siapa tahu setelah melakukannya, muncul sebuah rasa yang Kak Rey tidak duga sebelumnya."
Reynan terus menatap Vivi. Dia tidak pernah sedekat ini dengan Vivi dan berbicara terlalu intim. Tatapan mata Vivi dan sentuhan Vivi di dadanya membuat Reynan menggila. Haruskah dia menahan semua hasrat yang diam-diam selalu muncul saat berada di dekat Vivi.
Tiba-tiba wajah Reynan mendekat yang dibarengi dengan tangan Reynan menahan tengkuk leher Vivi.
Vivi sangat terkejut dengan aksi frontal yang dilakukan Reynan. Kulit kenyal yang hangat dan basah itu kini menempel di bibirnya. Menyapunya lembut dengan sesekali menghisap.
Vivi tak melawannya. Dia hanya memejamkan matanya dan pasrah dengan perlakuan Reynan dengan sesekali dia membalas hisapan kecil itu.
Reynan melepas pagutannya dan menatap Vivi. "Kamu turun," ucapnya lirih.
Tubuh Vivi masih terasa ringan. Ini seperti mimpi baginya mendapatkan ciuman pertama dari Reynan. Vivi akhirnya turun dari pangkuan Reynan sambil meraba bibirnya sesaat lalu dia keluar dari kamar untuk memanggil Noval.
Reynan menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Dia menyentuh bibirnya yang telah berani mencium Vivi. Apa yang dia lakukan seolah diluar kendalinya, meski tidak bisa dipungkiri bibir itu terasa sangat manis.
💞💞💞
🤭🤭🫣
dari dimanfaatin aldi & sekarang masih aja betah jadi artis
udah resiko kalau ada adegan gitu , jadi jangan sok nangis