Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab19
"Sebetulnya, Al, Papah dan Mamah ke sini untuk membicarakan perjodohanmu dengan anak teman kami," ujar Yunita.
"Mamah, apa Mamah pikir aku nggak bisa cari wanita sendiri?" balas Aldevaro dengan nada sedikit kesal.
"Jelas kamu nggak bisa, Al, karena kamu terlalu dingin dan cuek," jawab Yunita tegas.
"Terserah Mamah dan Papah saja, aku malas berdebat dengan kalian," kata Aldevaro sambil berlalu.
"Huh, anak sepertimu ini benar-benar keras kepala," gumam Albian.
Aldevaro pun masuk ke ruangannya, tak menghiraukan orang tuanya.
"Lihat anakmu, Pah," keluh Yunita.
"Kenapa jadi aku yang disalahkan? Yang melahirkannya kan kamu. Lagi pula, sifat egoisnya itu jelas turun dari kamu," balas Albian.
"Tetap saja, dia cuek seperti kamu," Yunita menambahkan.
"Ya, aku terus yang salah di matamu, Mah," jawab Albian dengan nada pasrah.
Di dalam ruangannya, Aldevaro termenung, 'Perjodohan... Seandainya Mamah tahu bahwa aku sudah menikah diam-diam dan sudah punya anak, apa dia masih akan menjodohkan ku?'
Sementara itu, di rumah, Sarena sedang bersama bayinya.
"Hai, Biru," ujar Sarena lembut pada bayinya.
"Kenapa wajahmu begitu mirip dengan Papamu, Nak? Mamah jadi iri, Mamah yang melahirkan mu, tapi wajahmu malah mirip Papah mu," keluh Sarena sambil tersenyum.
'Sekarang Biru sudah lahir, dan Aldevaro akan dijodohkan dengan anak teman orang tuanya,' gumam Sarena. 'Eh, tapi apa hubungannya denganku? Ini semua nggak ada sangkut pautnya denganku. Itu haknya, bukan aku. Aku ini cuma istri simpanan,' pikirnya lagi.
---
Malam hari, pukul 09:20, Aldevaro sampai di rumahnya dan Sarena.
Cklek (suara pintu dibuka)
"Sarena, apa Albiru sudah tidur?" tanya Aldevaro.
"Sudah," jawab Sarena.
"Oh, kalau begitu, kamu istirahatlah. Aku akan kembali ke kamarku," kata Aldevaro.
"Baik," balas Sarena.
Malam itu, Aldevaro dan Sarena tertidur lelap, namun tiba-tiba Baby Albiru menangis.
'Oaakk... Oaakk... Oaakk...'
"Ah, sayang, kenapa, Nak? Kamu haus?" tanya Sarena sambil menggendong Baby Albiru.
"Sarena, kenapa Biru?" tanya Aldevaro yang terbangun.
"Dia menangis, mungkin karena lapar," jawab Sarena.
"Oh, kalau begitu, sini, biar aku yang gendong," ucap Aldevaro.
Sarena pun menyerahkan Albiru kepada Aldevaro.
"Kamu tidur lagi saja, kondisi kamu belum membaik. Biar aku yang jaga Albiru," ujar Aldevaro.
"Baiklah," jawab Sarena sambil merebahkan diri.
Aldevaro menenangkan Baby Albiru, dan tak lama kemudian bayi itu kembali tertidur lelap. Aldevaro kemudian meletakkannya ke dalam boks bayi.
'Akhirnya tidur juga. Cukup melelahkan menjaga anak,' gumam Aldevaro.
Dia pun keluar dari kamar Sarena dan kembali ke kamarnya.
---
Pagi hari
"Halo, anak pintar Mamah. Sayang, kamu sudah bangun, Nak?" ucap Sarena dengan lembut.
"Pagi, Albiru," sambung Aldevaro.
"Kamu belum berangkat, Mas?" tanya Sarena.
"Nanti siang saja aku berangkat," jawab Aldevaro santai.
"Oh, baiklah. Terserah kamu," balas Sarena.
"Iya."
"Saya mau menggendongnya," ujar Aldevaro sambil mengangkat putranya.
"Hai, ganteng. Kamu mirip banget sama Papah, Nak," ujar Aldevaro, dan tiba-tiba Albiru tersenyum.
"Hah, Albiru, putra Aldevaro. Kamu sangat pintar, Junior," ucap Aldevaro dengan bangga.
"Lihat, Sarena, putra kita pintar sekali."
"Ya, dia pintar seperti kamu," balas Sarena sambil tersenyum.
Aldevaro tersenyum tipis, lalu membawa Albiru keluar untuk berjemur.
"Mau ke mana, Mas?" tanya Sarena.
"Aku mau bawa Albiru keluar. Matahari pagi baik untuk bayi," jawab Aldevaro.
"Darimana kamu tahu, Mas?"
"Aku tanya dokter."
"Oh, begitu," balas Sarena.
'Huh, kenapa aku tidak tahu soal ini? Aku kalah dari dia. Dia memang Papah yang baik,' gumam Sarena dalam hati.