Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Agus mendekat pada Diana, dia menggenggam tangan Diana.
"Diana, setiap orang punya masa lalu. Jadi kita jangan berpatokan pada semua itu. Kita masih punya masa depan yang harus kita hadapi bersama. Aku pernah bilang kan sama kamu jika aku belum cinta?" Diana mengangguk.
"Bagaimana dengan kamu, belum cinta juga kan sama aku?" tanya Agus kembali, Diana mengangguk kembali. "Nah yang harus kita pikirkan adalah masa depan kita, melalui kebersamaan kita semua akan tumbuh. Bagaikan bunga yang kita tanam, dia akan tumbuh apalagi jika dipupuk dan disiram setiap hari." jelas Agus.
Diana tersenyum, dia merasa lucu! Ternyata Agus pintar juga membuat kata-kata yang puitis, pikirnya.
"Kenapa senyum gitu, emang lucu??" tanya Agus heran kemudian melepas genggaman tangannya pada Diana.
"Ternyata kamu bisa berkata puitis juga ya! Lama memang kita tidak ketemu Agus, dulu waktu SMK kayaknya kamu pendiam." ucap Diana sambil mengembangkan senyum manisnya.
"Iya dulu aku pemalu. Sekarang sudah ahli." jawabnya sambil tertawa.
"Ahli apa?" tanya Diana masih tersenyum menatap Agus.
"Ahli menggombali Diana." tawa mereka pecah di ruang tamu. "Kamu ada-ada saja." ucap Diana merasa terhibur. "Mungkin benar, dengan kebiasaan kebersamaan maka cinta akan tumbuh dihati kita masing-masing." batin Diana.
"Masih ada yang mau dibahas?" tanya Agus sambil melihat jam dipergelangan tangannya.
"Apa ya? Gak tahu! Lupa aku." jawab Diana jujur. "Nanti saja kita bahas ditelepon kalau memang masih ada yang tertinggal." ucap Diana.
"Okey. Kalau begitu aku pamit ya!" ucap Agus berdiri dari duduknya. "Salam buat Om, mungkin Om sudah istirahat." pamit Agus pada Diana.
"Iya. Makasih ya Gus." ucap Diana dengan senyum manis sebelum Agus pulang. Memang mereka satu kampung tapi tidak akrab, memang satu sekolah tapi tidak satu kelas.
Setelah Agus pulang, ayah keluar kamar.
"Ayah belum tidur?" tanya Diana melihat ayah keluar kamar.
"Belum, ayah belum sholat isya nak." ucap ayah jujur. Kemudian ayah menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian sholat.
Begitu pun dengan Diana, sebelum tidur berwudhu dan sholat. "Bismillah.. Semua berawal dari niat baik, semoga kedepannya menjadi baik." batin Diana penuh harap.
Waktunya Diana istirahat, Diana di rumah hanya berdua dengan ayah Sidiq karena Dina harus kuliah di Kota.
Kini tiba saatnya Diana lamaran, datang semua keluarga Agus. Untung ada tante dan tetangga yang baik hari berniat membantu menerima tamu yang datang.
"Maaf persediaan disini hanya ada kue sebagai hidangan." ucap ayah Sidiq merasa tidak enak dengan para tetangga. Diana juga sudah mulai ada panggilan dari kampus untuk mengajar.
"Tidak masalah pak Sidiq, semua harus tetap disyukuri." jawab calon besan namanya pak Purnomo, dan isterinya bernama Maryati.
Waktu terus bergulir hingga acara lamaran selesai dengan mahar cincin dan gelang seberat 20 gram. Uang pesta sebesar 50 juta, yang akan diadakan di rumah Diana.
"Jadi keputusannya adalah akad nikah sekaligus pesta akan diadakan pada bulan depan untuk tanggalnya menunggu informasi dari Agus kapan dapat libur mengajar. Untuk mahar dan uang pesta sudah sepakat semua. Baik, saatnya kita menyantap hidangan yang disediakan ala kadarnya oleh pihak keluarga. Saya tutup acara ini dengan membaca Alhamdulillah." usai ditutup acara oleh Moderator maka makan² cemilan dilanjutkan.
Usai acara lamaran Diana disibukkan mengajar di Kampus, dia fokus disitu karena ditempat lain belum mendapat kan informasi.
"Kamu pulang dik?" tanya Diana. Pasalnya waktu Diana lamaran sang adik pulang, sekarang baru satu minggu sudah pulang lagi.
"Kangen rumah kak." ucap Dina sedih. Diana tahu jika sang adik rindu ibu. Wajar saja karena dia anak bungsu pikir Diana.
"Sini peluk kakak." mereka berpelukan saling menenangkan, melepas rindu tanpa ibu memang berat tapi harus dijalani.
"Kak, nanti kalau kakak sudah nikah tinggal di rumah saja ya? Kasihan ayah sendiri kalau aku ke kos." ucap Dina sedih sambil sesenggukan.
"Insya Allah dik, nanti kakak akan bicarakan lagi dengan Agus ya!" jawab Diana memberi solusi.
"Usahakan ya kak." ucap Dina penuh harap. Diana menjawab dengan senyum sambil menatap sang adik.
Sebulan berlalu begitu cepat, persiapan pernikahan ternyata begitu rumit apalagi tanpa ibu. Lagi dan lagi peran ibu sangat dibutuhkan.
Beruntungnya ada tantenya Diana yang mau berpartisipasi membantu bersama para tetangga. Meski pesta tapi sederhana hanya mengundang tetangga dan warga kampung saja.
"Hai sahabatku. Apa kabar kalian?" chat Diana di whatsapp grup, ada Diana, Hana dan Ni'mah.
"Hai Di, apa kabar? Kalau aku baik disini tentunya bersama keluarga. Datang lah ke Palopo, sudah ada kemenakan cakepmu Di." Hana membalas chat Diana paling cepat, kebetulan dia sedang bersantai.
"Alhamdulillah aku baik Hana, rindu sama kalian. Mana kemenakan cakep ku Hana, siapa namanya?" tanya Diana antusias.
"Ini lagi bermain, usianya baru beberapa bulan. Kamu dimana sekarang Di?" tanya Hana kembali.
"Aku di kampung Hana, maaf ya karena aku gak pernah kesana jadi kita tidak pernah ketemu." sesal Diana.
"Gak masalah Di, sekarang sudah punya kesibukan masing-masing Di, saling memaklumi saja. Oya maaf Di, aku baru dengar jika ibu sudah tiada. Kami turut berduka, semoga almarhumah ditempatkan disisi Allah. Aamiin." Doa Hana tulus.
"Terima kasih Hana pengertiannya. Oya Hana, datanglah ke kampung! Bulan depan aku akan menikah." ucap Diana jujur. "Nanti akan kau ceritakan kronologinya." imbuhnya.
Tidak menunggu lama akhirnya Hana menelfon sambil menemani Halim bermain.
"Hai ganteng, siapa namanya?" sapa Diana bahagia.
"Nama aku Halim aunty." jawab Hana mengikuti suara anak kecil. "Jadi sama siapa, gimana ceritanya?" desak Hana karena penasaran. Mau gak mau akhirnya Diana cerita melalui sambungan telefon. Ternyata Ni'mah mendengarkan karena melakukan videocall di whatsapp grup.
"Gitu, gak apa lah. Mungkin memang itu jodoh kamu Diana. Oya Ni'mah, gimana itu ipar kamu? Gak jelas banget!" tanya Hana geram dengan kelakuan Zain.
"Loh, jadi dari tadi ada kamu?" tanya Diana sampai gak fokus jika ada Ni'mah bergabung.
"Iya calon ipar kamu tapi gagal." ledek Hana sambil ketawa. Jiwa keibuan Hana sudah keluar, padahal dulu kalem.
"Hai Di, maaf ya! Sebelumnya aku turut berduka, semoga kalian sabar dan tabah atas ujian yang Allah berikan." ucap Ni'mah menjeda kalimatnya.
"Sebenarnya aku gak tau pasti dimana ipar aku, karena jujur kami tinggal terpisah. Kak Inal sudah fokus kerja di Palopo dan Zain di Makassar kembali bersama ibu. Kalau ayah mertua entah dimana, biasa di Palopo, di Makassar, pindah-pindah beliau." jelas Ni'mah.
"Gimana kamu sudah isi?" tanya Diana mengalihkan pembicaraan.
"Belum nih, doakan ya!" jawabnya. Tidak lama Hana menyahut.
"Jangan sampai belum ada karena belum gol gawangnya." ucap Hana nahan tawa. Bukan maksud menyindir Diana tapi memang pernikahan Ni'mah dan Inal di jodohkan jadi mereka seperti berteman saja.
"Jangan lupa kalian datang ya!" ucap Diana mengingatkan sebelum menutup panggilan grupnya.
"Insya Allah." jawab Hana dan Ni'mah kompak.