Pelakor

Syifa mengambil tas kerjanya dan melangkah menuju pintu. Ia merasa sangat bersemangat untuk menjalankan tugasnya sebagai CEO perusahaan Alice.

"Sayang, aku pergi dulu," kata Syifa, sambil mencium pipi Richard. "Aku akan pindah ke apartemen dekat kantor sebelum perceraian mu dengan Alice selesai."

Richard menatap Syifa dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Ia merasa sangat bahagia bisa bersama Syifa. Ia ingin menikah dengan Syifa dan menjalani hidup bersama dengannya.

"Sayang, aku ingin kita tinggal bersama di rumah ini," bisik Richard, dengan suara yang lembut. "Setelah kita menikah, kita akan tinggal di rumah ini."

Syifa tersenyum manis. Ia merasa sangat bahagia bisa bersama Richard. Ia merasakan seolah-olah ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari.

"Aku pun ingin tinggal di rumah ini," bisik Syifa, dengan suara yang lembut. "Tapi, kamu harus menyelesaikan perceraian mu dengan Alice terlebih dahulu. Setelah itu, kita akan tinggal bersama di rumah ini."

Richard mengangguk setuju. Ia merasakan seolah-olah ia sedang berada di dalam mimpi. Ia merasa sangat bahagia bisa bersama Syifa.

"Aku akan menunggu kamu, Sayang," bisik Richard, dengan suara yang lembut. "Aku akan selalu mencintaimu."

Syifa mencium pipi Richard kembali dan kemudian melangkah keluar rumah. Ia merasakan seolah-olah ia sedang berjalan di atas awan. Ia merasakan seolah-olah ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari walaupun dengan cara yang licik dia mendapatkan Richard.

Richard menatap rumahnya yang terasa sepi. Ia merasa sedikit hampa tanpa kehadiran Syifa. Ia ingin selalu bersama Syifa, tapi ia mengerti bahwa dia harus menyelesaikan perceraiannya dengan Alice terlebih dahulu.

"Sayang, kapan kita bisa tinggal bersama?" gumam Richard, dengan suara yang gemetar. "Aku merindukanmu."

Richard mengambil foto Syifa yang terpajang di meja kaca. Ia menatap foto Syifa dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Ia merasakan seolah-olah ia sedang berada di dalam mimpi. Ia merasa sangat bahagia bisa bersama Syifa.

"Aku akan menunggu kamu, Sayang," bisik Richard, dengan suara yang lembut. "Aku akan selalu mencintaimu."

Richard kemudian meletakkan foto Syifa di meja kaca dan melangkah ke arah kamar tidurnya. Ia merasakan seolah-olah ia sedang berjalan di atas awan. Ia merasakan seolah-olah ia telah menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari. Richard tidak tahu kalau dia dalam pengaruh susuk dan guna-guna yang Syifa pakai.

Richard beranjak dari tempat duduknya. Ia merasakan seolah-olah ia harus melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa hampa di hatinya. Ia ingin segera menyelesaikan perceraian dirinya dengan Alice agar Syifa bisa tinggal bersama dengannya.

"Aku harus mengurus surat ceraiku hari ini," gumam Richard, dengan suara yang tegas. "Aku ingin Syifa segera bisa tinggal bersamaku."

Richard kemudian mengambil kunci mobilnya dan melangkah keluar rumah. Ia memasuki mobilnya dan menyalakan mesin. Ia melaju perlahan meninggalkan rumahnya.

"Aku akan menemukan cara untuk membuat Syifa bahagia," gumam Richard, dengan suara yang tegas. "Aku akan memperjuangkan cinta kita."

Richard melaju menuju kantor pengadilan. Ia bertekad untuk mengurus surat cerainya dengan cepat agar Syifa bisa segera tinggal bersama dengannya. Perempuan itu telah membius hati Richard

Loket pendaftaran.

"Permisi, Pak," sapa Richard, dengan suara yang sopan. "Saya ingin menemui ketua pengadilan agama."

Petugas loket menatap Richard dengan tatapan yang penasaran. Ia merasa sedikit heran karena Richard ingin menemui ketua pengadilan agama.

"Maaf, Pak," jawab petugas loket, dengan suara yang sopan. "Anda harus membuat janji terlebih dahulu untuk menemui ketua pengadilan agama. Silahkan hubungi sekretariat untuk membuat janji."

Richard mengangguk setuju dan kemudian melangkah menuju sekretariat. Ia menjelaskan maksud kedatangannya pada sekretaris ketua pengadilan agama.

"Saya ingin menemui ketua pengadilan agama," kata Richard, dengan suara yang sopan. "Saya ingin mengurus surat cerai untuk istri saya."

Sekretaris ketua pengadilan agama menanggapi permintaan Richard dengan sopan. Ia menanyakan nama istri Richard dan mencari data perceraiannya dengan Alice.

"Baiklah, Pak," kata sekretaris ketua pengadilan agama, dengan suara yang sopan. "Silahkan tunggu sebentar. Saya akan menghubungi ketua pengadilan agama."

Richard mengangguk setuju dan kemudian duduk di kursi tunggu. Ia menunggu dengan tak sabar sampai ketua pengadilan agama siap menerima kedatangannya.

Setuju dan kemudian mengikuti ketua pengadilan agama masuk ke ruangannya. Ia duduk di kursi yang telah disediakan oleh ketua pengadilan agama.

"Terima kasih, Pak," kata Richard, dengan suara yang sopan. "Saya ingin mengurus surat cerai istri saya."

Ketua pengadilan agama menanggapi permintaan Richard dengan sopan. Ia menanyakan nama istri Richard dan mencari data perceraian Syifa dengan Alice.

"Baiklah, Pak," kata ketua pengadilan agama, dengan suara yang sopan. "Saya akan membantu Bapak mengurus surat cerai istri Bapak. Tetapi, Bapak harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan."

Richard mengangguk setuju. Ia bertekad untuk memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan agar surat cerainya dengan Alice bisa segera selesai. Ia ingin segera bisa tinggal bersama dengan Syifa.

Richard menatap ketua pengadilan agama dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Ia ingin mengetahui apa saja yang harus ia penuhi untuk mengurus surat cerainya dengan Alice.

"Pak, apa saja yang harus saya penuhi untuk mengurus surat cerai istri saya?" tanya Richard, dengan suara yang sopan.

Ketua pengadilan agama menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Richard.

"Bapak harus mempersiapkan berkas-berkas berikut ini," kata ketua pengadilan agama, dengan suara yang sopan. "Surat permohonan cerai, fotocopy KTP dan KK, surat nikah, dan surat pernyataan dari istri Bapak yang menyatakan persetujuannya untuk bercerai."

Richard mencatat semua persyaratan yang harus ia penuhi. Ia bertekad untuk mempersiapkan semua berkas-berkas itu secepat mungkin. Ia ingin segera bisa tinggal bersama dengan Syifa.

"Terima kasih, Pak," kata Richard, dengan suara yang sopan. "Saya akan segera mempersiapkan semua berkas-berkas itu."

Ketua pengadilan agama mengangguk setuju.

Richard mengangguk setuju dan kemudian berdiri dari kursinya. Ia merasa sedikit lega karena sekarang ia sudah tahu apa saja yang harus ia penuhi untuk mengurus surat cerainya dengan Alice.

"Terima kasih, Pak," kata Richard, dengan suara yang sopan. "Saya akan segera mempersiapkan semua berkas-berkas itu."

Ketua pengadilan agama mengangguk setuju dan kemudian berdiri dari kursinya. Ia menghibur Richard dan mengucapkan selamat tinggal.

"Baiklah, Pak," kata ketua pengadilan agama, dengan suara yang sopan. "Semoga urusan Bapak segera selesai."

Richard mengangguk setuju dan kemudian melangkah keluar dari ruangan ketua pengadilan agama. Ia merasakan seolah-olah ia telah melakukan langkah pertama untuk menjemput kebahagiaan bersama Syifa.

Richard melangkah cepat menuju parkiran dan masuk ke dalam mobilnya. Ia menyalakan mesin dan melaju perlahan meninggalkan kantor pengadilan agama.

"Aku akan menemukan cara untuk membuat Syifa bahagia," gumam Richard, dengan suara yang tegas. "Aku akan memperjuangkan cinta aku untuk Syifa

Richard melaju menuju rumahnya. Ia ingin segera menghubungi Syifa dan memberitahukan bahwa ia telah mengurus surat cerainya. Ia ingin segera bisa tinggal bersama dengan Syifa.