Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.
Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Masa Lalu Kala
Anggun menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk. Matanya terasa panas, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab. Pernikahan yang baru saja dimulai ini sudah terasa seperti medan perang. Maya dan Radit—dua bayangan dari masa lalu yang kini mengancam kedamaiannya.
Kala yang berbaring di sampingnya juga tampak gelisah, meski pria itu berusaha menyembunyikannya. Namun, genggaman tangannya pada selimut yang sedikit mengencang sudah cukup menjadi bukti bahwa pikirannya sedang penuh dengan sesuatu.
"Kau tidak tidur?" suara Kala memecah keheningan.
Anggun menghela napas pelan. "Bagaimana bisa aku tidur dengan semua ini?"
Kala berguling ke samping, menatap wajah istrinya dalam kegelapan kamar. "Aku tahu ini sulit, tapi kita harus bertahan."
"Bertahan dari apa?" Anggun berbisik, seolah takut ada yang mendengar.
Kala menghela napas panjang. "Dari mereka yang ingin menghancurkan kita."
Anggun memalingkan wajahnya. "Apa yang terjadi dengan Maya? Kenapa dia seakan membencimu begitu dalam?"
Kala terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku pernah mencintainya. Dulu, aku percaya padanya. Tapi dia mengkhianatiku."
"Bagaimana?"
Kala mengalihkan pandangannya ke jendela. "Dia bersama sahabatku. Bukan hanya sekadar hubungan terlarang, tapi dia juga mencoba menjatuhkanku dalam bisnis. Aku hampir kehilangan semuanya karena dia."
Anggun terkejut. "Dan dia kembali sekarang? Apa yang dia inginkan?"
"Aku belum tahu." Kala berbalik menatap Anggun. "Tapi aku tidak akan membiarkan dia menghancurkan pernikahan ini."
Anggun ingin mempercayai kata-kata itu, tapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa Maya bukan satu-satunya ancaman. Radit juga bukan pria yang mudah menyerah.
---
Keesokan paginya, Anggun memutuskan untuk menemui Radit. Dia tahu Kala mungkin tidak akan setuju, tetapi dia butuh jawaban. Dia butuh tahu mengapa Radit masih ada di sini, masih memperjuangkannya.
Saat dia tiba di kafe tempat mereka janjian, Radit sudah menunggunya dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"Kukira kau tidak akan datang," ucap Radit sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Aku ingin tahu apa maumu." Anggun menatapnya tanpa ragu. "Kenapa kau masih ada di sini?"
Radit tersenyum kecil. "Karena aku tidak percaya kau benar-benar mencintai Kala."
"Dan kau pikir aku mencintaimu?" Anggun menyilangkan tangan di dada.
Radit mencondongkan tubuhnya ke depan. "Dulu kau mencintaiku. Dan aku tahu perasaan itu tidak mungkin hilang begitu saja."
Anggun mendesah, mencoba menahan emosinya. "Aku menikah dengan Kala sekarang. Apapun yang terjadi di masa lalu, itu sudah berakhir."
Radit menatapnya tajam. "Kau yakin? Karena aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku tidak peduli siapa Kala. Aku hanya ingin kau kembali."
Anggun menggelengkan kepala, merasa frustrasi. "Radit, berhentilah. Kau tidak mengerti apa yang kau lakukan."
Radit tertawa sinis. "Justru aku sangat mengerti. Dan kau juga tahu, Anggun. Ini belum selesai."
---
Sementara itu, di sisi lain kota, Maya sedang menyiapkan langkah berikutnya. Dia duduk di kantornya, menatap layar laptop dengan ekspresi puas. Di depannya, seorang pria dengan jas hitam duduk dengan wajah serius.
"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya pria itu.
Maya menyeringai. "Tentu saja. Kala tidak akan bisa menghindar dari ini. Dan Anggun… dia akan mengetahui siapa sebenarnya pria yang dia nikahi."
Pria itu mengangguk. "Aku akan mengurus sisanya."
Maya mengangkat gelas anggurnya. "Sempurna."
---
Saat Anggun kembali ke rumah, Kala sudah menunggunya di ruang kerja dengan ekspresi dingin.
"Kau bertemu Radit." Itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan.
Anggun terdiam sebelum mengangguk. "Aku butuh jawaban. Aku ingin tahu kenapa dia masih ada di sini."
Kala mendekat, matanya tajam menusuk. "Dan kau pikir dia akan memberimu jawaban yang kau inginkan?"
"Aku tidak tahu," Anggun mengakui. "Tapi aku tahu satu hal, dia tidak akan pergi."
Kala mengepalkan tangannya. "Radit adalah masalah yang bisa aku atasi. Tapi Maya… dia lebih berbahaya."
"Apa maksudmu?"
Kala mendesah panjang. "Maya bukan hanya sekadar mantan tunangan. Dia adalah seseorang yang sangat licik. Jika dia kembali, itu artinya dia punya rencana besar. Dan aku tidak akan membiarkannya menyentuhmu."
Anggun menatap Kala, mencoba mencari kejujuran dalam kata-kata itu. "Kau berkata begitu, tapi kenapa aku merasa kau masih menyembunyikan sesuatu?"
Kala menegang, lalu mengalihkan pandangannya. "Ada hal-hal yang lebih baik tidak kau ketahui, Anggun. Demi keselamatanmu."
Anggun menggeleng. "Tidak. Aku adalah istrimu. Jika kita benar-benar akan bertarung bersama, aku harus tahu segalanya."
Kala menatapnya lama, lalu akhirnya mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberitahumu segalanya."
Dan saat itulah, pintu rumah mereka diketuk dengan keras. Kala dan Anggun saling berpandangan sebelum Kala berjalan menuju pintu dan membukanya.
Di depan pintu berdiri seorang pria dengan seragam polisi, membawa sebuah amplop.
"Tuan Kala, Anda diminta untuk datang ke kantor polisi. Ada laporan terhadap Anda."
Anggun merasa jantungnya mencelos. "Laporan? Siapa yang melaporkannya?"
Pria itu menyerahkan amplop tersebut. Kala membuka dan membaca isinya, lalu wajahnya menggelap.
"Maya," gumamnya dengan suara penuh kemarahan.
Anggun menggenggam tangan Kala. "Apa yang dia lakukan?"
Kala menghela napas panjang. "Dia menuduhku melakukan pencucian uang dan manipulasi bisnis."
Anggun menatap suaminya dengan ngeri. "Itu tidak mungkin, kan?"
Kala menatapnya dalam. "Tentu saja tidak. Tapi Maya sudah merencanakan ini dengan baik. Ini baru permulaan."
Anggun menggenggam tangan Kala lebih erat. "Apa yang akan kita lakukan?"
Kala tersenyum kecil, meski matanya penuh kemarahan. "Kita tetap bersama."