Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nazwa vs Rayhan
Malam harinya.
Nazwa baru saja selesai shalat Isyak. Setelah shalat Nazwa berdo'a untuk dirinya sendiri dan meminta kesembuhan untuk Anggi. Setelah selesai berdo'a, Nazwa menyuapi Anggi makan.
"Nany makanannya nggak ada rasanya. Nggak enak."
"Dipaksain ya, makan meski tiga sendok. Habis itu minum obat."
"Baiklah, Anggi tidak mau jadi anak nakal lagi."
Nazwa tersenyum mendengar jawaban Anggi. Ia menyuapinya dengan telaten.
"Pintar sekali. Nanti kalau sudah pulang ke rumah Nany bikinin makanan yang enak."
"Janji Nany?"
Anggi menunjukkan kelingkingnya agar Nazwa mau berjanji. Nazwa pun menautkan kelingkingnya.
"Janji."
Anggi pun tersenyum.
Setelah Anggi memakan lima suap nasi, ia sudah tidak mau lagi. Nazwa pun membantunya untuk minum obat. Setelah itu, Nazwa membenarkan posisi kepala Anggi. Setelah itu, Anggi masih mengajak Nany nya ngobrol.
"Anggi, jangan banyak bicara ya, biar cepat sembuh. Sekarang nonton TV saja bagaimana?"
"Iya Nany. "
Nazwa pun menyetel kan TV untuk Anggi. Ia mencarikan chanel film kartun. Tidak lama kemudian, Oma menelpon untuk menanyakan keadaan Anggi kepada Nazwa. Nazwa pun memberitahunya dengan detail. Oma merasa lega, dan berterima kasih kepada Nazwa.
Satu jam kemudian
Rayhan baru saja turun dari pesawat. Ia menelpon Maminya untuk menanyakan keadaan Anggi.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Mi, bagaimana keadaan Anggi?"
"Sudah mendingan."
"Sebenarnya apa yang terjadi kepadanya Mi?"
"Oh kamu masih perduli dengan apa yang terjadi kepada anakmu? Bukankah kamu lebih mementingkan pekerjaanmu dan rasa kehilanganmu itu?"
"Mi, tidak begitu. Maaf kalau Ray sudah bikin Mami kecewa. Walau bagaimana pun Rai sangat peduli kepada mereka. Ray bekerja juga demi masa depan mereka. Karena hanya mereka yang menjadi motivasi Ray untuk bangkit."
"Kalau begitu, mulai saat ini lebih sering lah menemui mereka. Dengarkan Mami! Tadi Anggi tergelincir di kolam renang. Tapi kamu jangan menyalahkan siapa-siapa! Ini murni kecelakaan. Kami sudah menjaganya dengan baik."
"I-iya Mi."
"Di kamar mana Anggi dirawat?"
"Kamar VIP biasanya keluarga kita dirawat."
"Baik Mi, ini Ray sudah keluar dari bandara."
"Ya sudah hati-hati, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Mami menepuk jidatnya sendiri karena lupa memberitahu Rayhan kalau yang menjaga Anggi adalah Nany-nya. Mami pun mengirim pesan kepada Rayhan tentang hal tersebut. Namun Rayhan tidak langsung membukanya.
Rayhan dan Rizal masuk ke dalam mobil. Sopir melajukan mobil ke rumah sakit. Selama perjalanan ke rumah sakit, Rayhan tertidur karena capek dan ngantuk. Setelah satu jam kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
"Rizal kamu langsung pulang. Aku akan menginap di rumah sakit malam ini."
"Baik Pak. Semoga Non Anggi segera sembuh."
"Amin... terima kasih."
Rayhan pun masuk ke rumah sakit dan menuju lantai atas, kamar VIP. Rumah sakit nampak sepi karena sudah hampir jam 10 malam.
Ia mencoba membuka pintu kamar Anggi yang ternyata memang tidak dikunci. Sampai di dalam, Rayhan memang menemukan Anggi sudah tertidur. Ada seseorang yang duduk tertidur di kursi samping brangkar Anggi. Rayhan tidak dapat melihat wajahnya, karena posisinya telungkup kepala miring ke kanan di pinggiran brangkar. Namun Rayhan tidak menemukan sang Mami di dalam kamar. Rayhan mendekati brangkar dari sisi kanan. mengusap kepala putrinya dan mengecu keningnya.
"Maafkan Papa, nak." Lirihnya.
Setelah itu Rayhan pun duduk di sofa. Ia memeriksa handphone-nya.
"Ternyata Mami pulang. Jadi yang jaga Nany-nya."
Rayhan membuka jasnya, lalu menyingkap kemejanya. Ia juga membuka sepatunya dan memakai sandal yang disediakan di kamar itu. Rayhan masuk ke kamar mandi untuk berwudhu' karena ia belum shalat. Rayhan men-jama' shalat Maghrib ke shalat Isyak (jama' takhir) karena saat adzan Maghrib tadi ia sedang dalam penerbangan.
Setelah selesai shalat, Rayhan mengunci pintu dan duduk bersandar di sofa. Sebenarnya Rayhan kasihan melihat Nany nya anak-anak tidur sambil duduk begitu. Namun ia tidak mungkin membangunkannya. Rayhan pun membaringkan diri di sofa. Karena dia sudah sangat lelah dan mengantuk. Rayhan menutup matanya dengan sebelah tangannya.
Jam 12 malam, Anggi terbangun karena ingin ke kamar mandi. Anggi memang tidak mau dipakaikan popok karena ia sudah merasa risih. Tangan Anggi menyentuh lengan Nazwa.
"Nany... Nany.... "
"Hem... iya gi?"
"Nany, kebelet pipis."
"Oh iya, ayo Nany bantu. Pelan-pelan ya."
Saat berdiri, Anggi dan Nazwa terkejut melihat seseorang yang sedang tidur di sofa.
"Ada orang gi."
"Nany, itu Papa kayaknya."
"Hah Papamu?"
"Iya Nany."
Nazwa langsung menutup mulut karena takut mengganggu tidur Rayhan.Ia segera menuntun Anggi ke kamar mandi dan membawa selang infusnya. Nazwa membantu Anggi membuang air kecil.
"Sudah gi?"
"Sudah."
Setelah membilas dan memakaikan celananya kembali, Nazwa menuntun Anggi keluar dari kamar mandi.
"Kasihan Papa pasti capek, Nany."Ujar Anggi dengan suara yang sangat pelan.
"Ya sudah jangan diganggu. Ayo tidur lagi, masih malam."
Nazwa membenarkan selimut Anggi.
"Nany tidur saja di sana. Anggi nggak akan ganggu Nany lagi kok." Ujar Anggi sambil menunjuk tempat tidur kosong khusus penunggu di dalam kamar itu.
"Nggak pa-pa ya?"
Anggi mengangguk.
"Ya sudah selamat tidur lagi ya." Nazwa mengecup dahi Anggi.
Anggi meraba dahinya lalu tersenyum. Ia senang mendapatkan perhatian dari sang Nany.
"Kayaknya tadi ada yang cium dahi ku juga, apa Papa ya?" Batinnya.
Nazwa naik ke tempat tidur tersebut dan menghadap ke arah Anggi. Tidak lama kemudian ia terlelap juga.
Keesokan harinya.
Adzan Shubuh berkumandang. Nazwa terbangun dari tidurnya. Begitu pun dengan Rayhan. Keduanya sama-sama ingin pergi ke kamar mandi. Kesadaran mereka belum terkumpul sepenuhnya. Mereka jalan ke kamar mandi sambil sambil tertatih. Dan saat itulah tubuh mereka berbenturan.
"Au... " Pekik Nazwa.
Tubuh Rayhan yang tinggi dan tenaganya yang kuat membuat tubuh Nazwa terjatuh.
"Aduh, Astagfirullah."
Sontak Rayhan langsung melihat ke bawah. Nazwa langsung memegang kakinya yang keseleo. Lagi-lagi Rayhan tidak dapat melihat wajah Nazwa yang sedang menunduk.
"Eh maaf, tadi buru-buru."
"Untung majikan." Batin Nazwa.
Rayhan segera masuk ke kamar mandi karena sudah tidak bisa menahan lagi. Ia ingin buang air kecil. Setelah selesai buang air kecil dan berwudhu', ia keluar dari kamar mandi.
Posisi Nazwa sudah berdiri dan menunggu Rayhan keluar dari kamar mandi.
Mengetahui Rayhan keluar dari kamar mandi, Nazwa pun mendongak.
Jreng jreng jreng....
Dan bertemulah pandangan mata mereka.
"Dia... dia Nany nya anak-anak? Apa tidak salah? Mata itu... ah tidak-tidak." Batin Rayhan.
"Oh jadi ini Papanya si kembar. Dari raut wajahnya tidak terlihat orangnya dingin. Hem sangat bertolak belakang." Batin Nazwa.
"Nany... Papa... kok pada bengong?" Sahut Anggi yang saat ini baru saja bangun.
...****************...
Tenang-tenang... Rayhan masih mood kulkas pintu empat 🤣