Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.
"Anggap saja karena tujuan kita sama".
Jelly membisu ketika Oscar mulai sibuk menekan tombol di mesin tiket.
"Kelas satu atau dua?" tanya laki-laki itu tanpa harus menoleh.
Jelly memberengut heran, tetapi ia pun akhirnya mau menjawab, "Kelas dua. "
"Bagus." Oscar lalu menarik tiketnya dan menoleh ke arahnya sambil menyunggingkan senyum penuh kepuasan.
"Kenapa kau harus tersenyum seperti itu? " tanya Jelly curiga.
"Aku hanya merasa senang bisa bertemu temanku lagi. Kau?. "
"Aku? " Jelly mengangkat alis. "Sejak kapan kita bisa berteman? "
"Sejak kubilang kau temanku. " Oscar mengangkat baju. kemudian merangkul pundak Jelly Putri Wijaya dan mengajaknya berjalan. "Jadi, di peron mana kita menunggu? "
Jelly Putri Wijaya mengerutkan kening. Perhatian tiba-tiba semacam ini membuatnya nyaris hilang akal. "Tanganmu, " gumamnya sambil melirik ke tangan Oscar Liu di pundaknya.
"Kenapa? " Oscar balas bertanya. "Kau lebih suka di gandeng? "
Apa pula maksudnya itu? Jelly Putri Wijaya membuka mulut siap berkomentar, tetapi Oscar Liu lebih dulu mengibaskan tangan dan menyelanya, "Aku hanya bercanda. "
Kali ini Jelly menggeleng- geleng. Ada apa sebetul nya dengan laki-laki itu? Apa dia kesepian. Jelly Putri Wijaya sangat yakin laki-laki itu kesepian dan butuh hiburan. Tetapi Jelly Putri Wijaya yang saat ini bukan gadis yang menyenangkan dan pandai menghibur. Tujuan gadis itu ke Hongkong untuk membatalkan rencana pernikahan bukan untuk mencari hiburan atau kesenangan lainnya.
Jelly Putri Wijaya mengurungkan niatnya untuk ia bertanya ketika melihat laki-laki itu tersenyum berseri- seri, mencari- cari peron. Ini tidak mungkin, pikir Jelly Putri Wijaya sambil mengigit bibir bawah dengan khawatir. Dari begitu banyak gadis yang ia lihat berkeliaran di ruang kedatangan kenapa Oscar Liu memilih untuk berada di sekitarnya? "
Suara dan tepukan Oscar Liu di punggungnya telah membuyarkan lamunan Jelly Putri Wijaya. "Ayo, itu kereta kita! "
****
Oscar Liu merasa puas menikmati pemandangan di sekitarnya. Karakter kota di Hongkong mirip seperti di film- filmnya, transportasi penduduknya sebagian besar masih memanfaatkan kaki. Ia memperhatikan deretan gedung apartemen di sisi seberangnya dan area jalan lebar terlihat dilalui banyak pejalan kaki yang menyeberang. Lalu ia menengok ke arah gadis yang sibuk mengutak-atik hp dan bertanya, " Jadi? "
"Jadi apa? " Gadis itu mendongak dan balas bertanya dengan ekspresi gadis itu masih terlihat jelas sekali kebingungan sejak mereka meninggal bandara.
"Kemana kita sekarang? "
"Kau mau aku mengantarku ke suatu tempat? "
"Tidak." Oscar Liu menggeleng dan menghampiri Jelly Putri Wijaya. Ia mengamati penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Tak salah lagi, gadis itu seperti inilah yang diharapkan olehnya. Tidak pernah mendesaknya untuk berfoto, tidak menyodorinya kertas, kaus, dada untuk meminta tanda tangan. Lalu ia berkata sambil berpikir, " Konser Andy Lau masih beberapa hari lagi."
Gadis itu memiringkan kepala, menunggu lanjutan kata- katanya.
"Ku rasa kau bisa mengajakku ke mana pun kamu pergi. Bagaimana menurutmu? "
"Apa? " Mata cokelat terang gadis itu melebar kaget.
"Bagaimana dengamu? " Sela Oscar Liu. "Kau bilang ingin bertemu ibumu. Dimana rumahmu? "
"Aku tak mungkin membawamu ke rumahku."
"Kenapa? " tanya Oscar Liu mendengar gadis itu pun memberengut. "Aku yakin ibumu akan senang bisa bertemu denganku. Aku laki-laki yang menyenangkan dan oke punya."
Gadis itu menarik napas dan menghembuskannya dengan putus asa. "Begini saja, bagaimana kalau aku mengantarmu ke hotel lalu meninggal kau di sana?"
"Tidak." Oscar Liu menggeleng lagi. "Aku belum mau ke hotel. Aku masih ingin berjalan- jalan."
"Lalu? " Sebelah alis gadis itu terangkat. " Kau ini menyuruhku menemanimu berjalan - jalan?" ulangnya dengan nada di tarik- tarik.
Oscar Liu menyipit. "Ku pikir kita berteman? "
"Itu kan menurutmu, " sahut gadis itu cepat. Nada dari suaranya mulai terdengar kesal.
"Baiklah, baiklah. " Oscar menggoyang- goyangkan sebelah tangan." Kau boleh mengantarku ke hotel, tapi sebelumnya kau harus menemaniku makan makam. "
Gadis itu mengangkat sebelah tangan dengan cepat dan telapak tangan menghadap ke atas. "Kenapa aku harus...." Ia membuka mulut dan menggeleng- geleng seolah tidak menemukan kata- kata yang tepat." Aku tak mengerti."
"Hei, hanya makan malam biasa. Bukan kencan yang seperti kau pikirkan, " sahut Oscar Liu polos.
Raut gadis itu berganti heran. "Ini memang bukan kencan, tapi ini pemaksaan, " protesnya.
"Aku sudah menolongmu di toilet Canberra tadi, apa kau lupa? "
"Terimakasih sudah mengungkitnya lagi, " gadis itu bersungut-sungut.
"Baiklah, lupakan saja tawaranku barusan. Aku akan pergi sendiri." Setelah mengucapkan kalimat bernada murung itu, Oscar Liu melirik ke gadis di sebelahnya sambil terus menanti. Alisnya terangkat ketika ia melihat perubahan ekspresi gadis itu.
Beberapa saat kemudian suara gadis itu terdengar lagi. Suaranya benar-benar rendah dan berhati-hati. " Baiklah. Aku akan menemanimu makan malam. Dan, setelah itu akan mengantarmu ke hotel."
"Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? "
Gadis itu tertawa kering, "Apa aku ini harus bisa satu hal untuk menjelaskannya? "katanya tajam.
Oscar Liu tersenyum, kemudian menggeleng dan berkata, " Tidak, tidak perlu. "
"Bagus."
Tiba-tiba Oscar Liu teringat sesuatu. Ia pun segera bertanya "Siapa namamu tadi? "
"Jelly."
"Jelly siapa? " Oscar Liu melihat gadis itu menatap ke arahnya penuh pertimbangan, tampak begitu jelas berusaha menutupi sesuatu.
"Hanya itu yang kau perlu tahu."
"Ku harap itu namamu yang sebenarnya."
"Kenapa aku harus memberitahu nama lengkap ku pada orang asing? "
Oscar Liu melebarkan senyumnya dan berbicaralah ia sambil menunjukkan keningnya sendiri. " Harus ku akui, aku senang melihatmu berbicara dengan kening berkerut- kerut seperti itu."
"Kau super aneh. " Gadis itu menggeleng, lalu begitu cepat memutar tubuh.
"Hei, kau tidak menanyakan namaku? " sahut Oscar Liu lagi.
"Perlukah? Setiap orang di bandara Canberra telah menyebut namamu. Sepertinya telingaku akan terasa iritasi."
Alih-alih tersinggung, Oscar Liu justru tertawa- tawa mendengar perkataan gadis itu. Tidak salah lagi, ia memang membutuhkan gadis seperti Jelly.
****
Setelah melewati jalan untuk bangunan- bangunan tua klasik khas Hongkong.Jelly Putri Wijaya dan Oscar Liu tiba di depan museum Madame Tussauds. Mereka melihat- lihat sejumlah patung lilin para aktor-aktor, aktris atau tokoh-tokoh terkenal di dunia.
Jelly menahan desakan dalam dirinya untuk terlihat tersenyum senang. Ia cepat- cepat mengendalikan diri sambil berkata, "Aku lupa jam kunjungan dari museum sampai pukul lima," sahutnya, kemudian ia melirik arloji dan mengedik lesu. "Lima belas menit lagi. Sayang sekali. "
"Hei, tenanglah. Kita bisa kembali lagi besok."
Wajah Jelly terangkat cepat ke arah laki-laki itu. "Eh, Besok? Apa maksudnya itu?"
"Kau mendengar yang kukatakan." Oscar tersenyum tanpa menoleh. "Kita akan kembali lagi besok."
Bersambung!!