Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Setelah pulang dari kantor, Ros langsung pulang menuju rumahnya. Dia mulai packing barang-barang yang dibutuhkannnya saat tinggal di Indonesia.
Saat dia membereskan koper, Ros melihat selembar foto terjatuh dari kopernya. Dia tersenyum mengingat Felice sahabatnya. Mereka bekerja di salah satu bar milik Dika. Ros berencana akan mengajak Felice bertemu sebelum dia kembali ke Indonesia.
Disisi lain Di Indonesia, tepatnya di kota Jakarta di sebuah Mension, Adijaya merasa gusar. Apakah pria yang ditakuti banyak orang di dunia bisnis karena kesadisan dan kekejamannya akan menerima tawarannya. Dia selalu meikirkan cara untuk meringankan uang yang dia gelapkan. Bagaimana jika dia dibunuh, pupus sudah harapannya. Dia berjalan mondar-mandir didepan putri dan istrinya.
"Pa, sudahlah. Tuan Browns pasti menerimanya." Dia adalah Bilkis istri Adijaya. wanita paruh baya itu pusing melihat suaminya yang selalu mondar-mandir karena memikirkan uang yang digelapkan oleh suaminya. Sedangkan Denada putri mereka hanya sibuk memperhatikan ponsel miliknya yang memperlihatkan barang-barang branded yang tertera dilayar benda pipih yang berada ditangannya.
"Kalian memang sangat boros. Kalian selalu membeli barang sialan yang tidak berguna itu. Bagaimana jika tuan Browns tidak menerima tawaran kita? Bagaimana jika Ros juga menolaknya dan berulah di depan tuan Browns?" cecar Adijaya kepada istrinya.
"Aku bisa jamin Pa. Aku yang akan bicara ke anak buangan itu. Jadi papa tidak usah khawatir," seru Bilkis dengan senyum smirknya.
"Slowly Pah, Ros tidak akan menolaknya. Dia gadis penurut dan gadis bodoh. Tinggal tekan saja dia, maka dengan bodohnya dia akan menuruti semua perintah Papah," jawab Denada dengan nada santainya.
"Baiklah, setidaknya aku bisa tenang sekarang," seru Adijaya.
Sebenarnya Adijaya ingin menawarkan kedua putrinya demi keselamatan dirinya. Tapi Bilkis melarangnya karena Denada adalah satu-satunya putri kandung mereka. Dia tidak akan terima jika putri yang dilahirkan dari rahimnya sendiri dijadikan sebagai jaminan hutang suaminya.
Di kota London, tepatnya disebuah cafe, Ros sedang duduk disebuah kursi yang menghadap kearah jalanan. Dia menunggu sahabatnya Felice. Dia sudah menganggap Felice sebagai sahabatnya. Ada baiknya jika berpamitan supaya Felice tidak marah dan melupakan dirinya.encari seseorang yang benar-benar sahabat sangat sulit bukan?
5 menit menunggu, akhirnya Felice datang dengan baju seksinya.
"Hi Fel, how are you," tanya Ros ke Felice setelah sahabatnya itu duduk di depannya.
"Seperti yang kamu lihat. I'm okay," jawab Felice dengan santainya.
"Ada apa, tumben ngajak ketemuan?" tanya Felice to the point.
"Aku mau pulang ke Indonesia. Aku mau kasih tau saja. Kita kan sahabatan. Aku tidak mau kau melupakan aku," jawab Ros dengan wajah santai.
"What? Wait, pulang kerumah neraka itu. Are you crazy. Why, apa alasanmu?" tanya Felice dengan nada kesalnya.Dia tidak terima jika sahabat satu-satunya akan kembali pada keluarga menyeramkan itu.
Feli menganggap Ros sebagai saudara dan juga sahabatnya karena hanya Ros lah yang menerimanya apa adanya. Tidak memandang harta dan statusnya.
Feli tahu tentang keluarga Ros yang tidak mengakuinya. Tapi Feli tidak memberitahu Ros tentang keluarganya. Felice mengatakan kepada Ros dia belum siap. Ros mengerti itu dan memakluminya. Dia tidak mau membuat Feli sahabatnya tidak nyaman dan menjauhinya.
"Aku disuruh ayah untuk pulang," jawab Ros dengan senyum dibibirnya.
"May be, hal buruk." Feli hanya menebak asal.
"Semoga tidak," harap Ros.
Ros juga sebenarnya memiliki firasat buruk saat ayahnya meminta dirinya untuk pulang. Tapi dia juga rindu ayahnya, rindu ibu dan kakak nya. Lamunan Ros buyar ketika mendengar ocehan Felica.
"Ros, sebelum kamu pergi, aku ingin mengatakan satu hal tentang rahasiaku. Apa kamu mau mendengar nya?" Felice mulai memasang wajah seriusnya. Dia harus memberi tahu sahabatnya agar tidak dikatakan pembohong.
"Of course, apa?" Ros juga memasang wajah antusias nya.
"Aku adalah orang kaya yang menyamar menjadi miskin." Felice berucap dengan nada serius. Apakah sahabatnya ini akan marah?
"Pfttt, kamu kalau mimpi jangan ketinggian Fel. Kalo jatuh nanti sakit dan akhirnya mati alias dead." Ros dengan tawanya yang belum reda menjawab khayalan sahabatnya.
"Aku serius Ros, kalo kamu tidak percaya aku..."
ucapan Felice tepotong dengan omelan Ros
"Kalo mau kaya Fel, irit. Jangan terus beli barang-barang mahal, rajin kerja. Kerja di bar aja jarang datang. Bagaimana bisa kaya?" Ros mulai menasehati Feli agar sahabatnya itu tidak tersesat. Ini adalah salah satu kebiasaan buruk Rose, memotong pembicaraan orang.
"Terserah!" kesal Felice mendengar nasehat Ros."Well, aku harus pergi, harus urusin pasport dan lainnya , aku pergi." Ros, berdiri dan memeluk Feli denga erat. Dia akan sangat rindu pada sahabatnya ini.
"Bye," mereka berdua saling melambaikan tangannya.
Disebuah ruangan yang yang berdesain mewah
Rhadika masih berkutat dengan berkas-berkas kantornya.Tiba-tiba ponsel Rhadika berbunyi
TRING...TRING...TRING
Rhadika membiarkan ponselnya dan mengalihkan mode silent pada HP nya. Maura adalah nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
Tidak sampai disitu ponsel Dika terus berdering hingga kesekian kalinya. Dia sangat kesal. Dia menggeser tombol hijau di ponselnya. Dia diam dan membiarkan sipenelepon berbicara terlebih dahulu.
"Are you okay son, kamu sibuk? Aku mendengar perusahaan cabang Indonesia milikmu mengalami kerugian yang lumayan," tanya Tuan Zevano to the point.
"Baik Paman, itu hanya masalah kecil," jawab Dika tanpa basa-basi.
"Baiklah, paman hanya menanyakan itu. Felice bagaimana, apa dia masih tetap menjadi pelayan bar?" tanyanya kembali.
"Masih Paman, dia berada dalam jangkauan ku."
"Baiklah, jika butuh bantuan, Paman siap sedia untukmu." Paman Sam sangat peduli dengan anak-anak sahabatnya ini.
"Baik Paman", seru Dika.
Dia menutup telepon dan bergegas keluar dari ruangannya. Pria dengan rahang tegas itu bergegas pergi ke bandara dimana pesawat pribadinya sudah siap menunggu nya. Max sudah berada disana dan menunggu tuannya.
Dia rebahan di tempat tidur mewah yang tersedia di pesawat itu. Yah semuanya lengkap dalam pesawat itu. Setelah menempuh waktu 15 jam 40 menit, akhirnya mereka sampai pada pukul 03.00 pagi.
Mereka pergi ke hotel. Hotel yang ditempati bukanlah hotel biasa. Namun, hotel bintang lima yang ada di kota Jakarta. Pagi hari menyingsing, matahari malu-malu menampakkan cahayanya.
Seorang pria bangun dan bergegas bersiap untuk membasmi hama yang telah membuang waktunya. Rombongan Radhika pergi menuju rumah Adijaya.
"Apa yang kamu tawarkan?"
Tinggalkan jejak yah friend😊👍
Quotes untukmu
"Jika kamu merasa tidak ada yang perduli denganmu. Bercerminlah, orang yang kamu lihat adalah orang yang paling membutuhkan mu saat ini💪."