Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Ekhemm!!"
.
.
"Pak Robert...!!" ucap clara terkejut.
Mata Robert mendelik saat melihat jarak kedekatan antara Clara dan Aaron.
"Sejak kapan mereka sedekat ini?" pikir Robert menatap curiga pada mereka berdua.
Aaron bergerak mundur menjauh dari Clara, begitu juga Clara menundukkan wajahnya yang sedang merona.
"Ka-kalian mau ke rooftop??" tanya Robert memasuki lift, dan berdiri di tengah-tengah mereka.
"Hmm, aku tadinya mau ke kantin, hanya saja saat naik tadi lift naik keatas." seru Clara, berkata jujur, namun Aaron malah menghadang nya di dalam lift, lalu memencet tombol lantai paling atas.
"Pak Aaron juga mau ke kantin?" tanya Robert.
"Sejak kapan aku makan di kantin karyawan." cebik Aaron melipat tangan, ekspresi wajahnya terlihat sangat bete, kehadiran Robert merusak suasana romantis yang dia buat.
Clara menghela nafas lega, saat di lift Aaron menyerangnya, kalau Robert tidak muncul mungkin sudah melakukan lebih dari sekadar berciuman.
Seketika semuanya menjadi hening, ketiganya berdiri diam tanpa mengucap apapun.
Ting!
Lift berdenting Aaron keluar dari sana, meninggalkan Robert dan Clara yang mau turun menuju kantin karyawan.
"Sial!! Kenapa dia muncul disaat aku mulai berhasil membujuknya." gumam Aaron kesal, saat ini ia sedang berjalan kembali ke ruangannya.
"Siang pak Aaron." sapa seorang karyawan wanita mendekat, penampilannya terlihat glamor dengan kemeja pink susu penuh renda-renda, rok sepan ketat bewarna unggu gelap, rambut coklat agak pirang, dandanan make up full disertai lipstik bewarna merah cabai.
"Iihh..!!" Aaron bergidik, sakit mata melihat penampilan wanita yang baru dilihatnya.
"Kamu siapa?" tanya Aaron.
"Sa-saya Rebecca pak, bekerja di bagian promosi." ucapnya sambil cekikikan, matanya berkedip-kedip melihat si bos tampan yang masih seumuran dengannya.
"Ooh..." seru Aaron singkat, lalu lanjut berjalan begitu saja.
"Pak!! Tunggu pak!!" Rebecca mengejarnya.
"Ada apa? Saya lagi sibuk." ucap Aaron ketus.
"Saya hanya ingin kasih kue buatan saya." Rebecca memberikan toples kecil kue kering buatannya.
"Ya makasih." ucap Aaron bersikap cuek.
"Pak Aaron jangan judes gitu sama saya dong, kita ini seumuran loh, bisa jadi teman ngobrol kalau bapak mau." serunya menunjukan senyum manis, sembari menepuk manja lengan bos-nya.
"Iihh..!!" sikap centil dan sok akrab Rebecca membuat Aaron merinding, sejak dulu ia tak menyukai tipe wanita yang centil yang suka tebar pesona.
Cepat-cepat Aaron menghindar dan meninggalkan Rebecca yang masih saja menatapnya, segera ia membuka pintu ruangannya.
Cekrek.
Namun ada hal yang lebih mengejutkan lagi didalam ruangan kerjanya.
.
.
"Eh buseeettt!!" Aaron tercengang saat melihat pemandangan yang bisa membuat para jomblo panas hati.
Jack asistennya sedang asik menyatukan bibirnya diatas sofa, Bella duduk di pangkuan Jack, wanita itu sedang bergelayut manja di dada kekasihnya. Kedua saling memejamkan mata tak sadar sedang dilihat oleh Aaron, namanya juga dunia serasa milik berdua.
"Ekhemm!!"
Aaron berdehem keras.
Jack dan Bella langsung terkejut dan menyadari kehadirannya, keduanya langsung melepaskan pangutan bibir mereka lalu berdiri terhuyung, jadi salah tingkah.
"Bagus!! Gua tinggal pergi sebentar, kalian berdua malah asik berbuat mesum di ruangan ku!!" pekik Aaron kesal.
Jack menunduk malu. Sedangkan Bella nampak bingung, kenapa temannya malah protes, yang ia tahu ini ruangan kerja kekasihnya tapi pria yang entah namanya siapa itu malah mengklaim kalau ini ruangannya.
"Hei..!! Tolong bersikap sopan!! Ini ruangan kerja Aaron!! jangan mentang-mentang kamu teman dekatnya terus bersikap seenaknya."
"Pfftt...!!" Aaron. Menahan tawanya.
"Hei apa yang lucu sih!!" Bella memicingkan mata pada Aaron.
"Hei wanita manja, asal kamu tahu, selama ini kamu dibohongi olehnya, dia itu bukan Aaron pria yang di jodohkan sama kamu."
"Apa maksud kamu bicara begitu!! Jangan suka fitnah orang sembarangan ya!!" Bella berkacak pinggang.
"Eeh...hmm..." Jack tak tahu harus bicara apa, posisinya sedang terjepit.
Melihat Jack yang kikuk dan Bella yang emosi, Aaron tertawa kencang, serasa sedang melihat sebuah drama komedi di acara TV.
"Cukup!! Berhenti tertawa dasar gilakk!!" pekik Bella yang semakin jengkel melihat sikap Aaron.
"Hahh!! kamu bilang aku apa tadi!!" umpatan kasar Bella membuat Aaron emosi.
"Gila!! Kau pria gila yang tak tahu diri, Aaron sangat baik sama kamu, tapi kamu terus menghina nya, untung saja Aaronku tidak menjengkelkan seperti kamu!!" dengus Bella, lalu merangkul lengan Jack yang sedari tadi diam saja dengan wajah panik tentunya.
"Ahh.., kasihan sekali anda nona Bella Francesca. Sepertinya ini saat yang tepat untuk aku dan Jack, mengakhiri sandiwara memuakan."
"Sandiwara? Maksudmu apa?" tanya Bella yang tak tau apapun.
"Aku ini, Aaron yang asli, bodoh!!"
Glek!!
Jack dan Bella sama-sama tertegun, keduanya pun saling menatap.
"Sayang, temenmu ini benar-benar sudah tak waras, masa dia mengaku-ngaku sebagai kamu." cebik Bella yang masih tak percaya.
Namun Jack tak menjawab, pria itu hanya menunduk dengan wajah sedih, hatinya dipenuhi perasaan bersalah.
"Sayang? Kok kamu diam saja, temanmu ini sedang bercanda kan." Bella mengguncang-guncang lengan Jack.
Namun Jack tak merespon ia merasa malu, tak berani menatap wajah kekasihnya.
"Maaf nona Bella, tapi inilah kenyataan yang sebenarnya, pria yang kamu kira sebagai tunanganmu namanya Jack. Ia adalah asisten pribadiku dan aku adalah Aaron yang asli, pria yang dijodohkan oleh ibumu." seru Aaron.
"BOHONG!! KALIAN BERDUA SEDANG BERCANDA KAN!!"
"Terserah tapi ini kenyataan yang sebenarnya." cebik Aaron, memutar malas kedua bola matanya, ia menganggap sikap histeris Bella terlalu lebay.
"Aku gak sudi tunangan sama orang menjengkelkan sepertimu!!" pekik Bella yang semakin emosi.
"Maaf!!" Jack akhirnya berucap lantang walaupun masih menunduk.
Bella langsung menatapnya penuh harap, ia berharap kekasihnya mengatakan kalau semua ini bohong.
"Maafkan aku nona Bella, apa yang dikatakannya memang benar. Saya bukan Aaron tunangan anda, malam itu tuan Aaron hanya menyuruh saya menggantikannya untuk bertemu dengan anda."
Kejujuran Jack membuat Bella sangat sedih. Pria yang selama ini ia sukai dan cintai ternyata tidak sesuai harapannya, malah pria yang ia anggap sangat menjengkelkan, ternyata pria yang dijodohkan orangtuanya.
Bella tiada henti menggelengkan kepalanya. Berharap ini adalah sebuah mimpi belaka.
"Sekali lagi saya minta maaf nona, sungguh saya hanya menuruti perintahnya tuan Aaron." Jack berlutut di hadapan Bella.
.
.
PLAK!
Tapi Bella malah menamparnya kerat, mendaratkan telapak tangannya ke pipi kanan Jack, tamparan yang keras itu, membuat kepala Jack menoleh kesamping.
"Tega sekali, selama ini kamu sudah membohongi aku!" pekik Bella yang menangis, lalu berlari keluar dari ruangan kerja Aaron.
Brak!!
Pintu di banting keras.
"Hahh, drama." gumam Aaron yang tak mempedulikan perasaan Jack dan Bella. Padahal kedua orang itu adalah korban keegoisannya.
Sambil memegang pipinya yang panas, Jack menatap kesal boss-nya, ia sangat mencintai Bella, wanita yang selalu mewarnai hari-hari suramnya, tapi hari ini Bella dibuat menangis sedih. Jack yang gusar tak peduli jika Aaron marah, ia melangkah keluar tanpa pamit pada bos-nya.
Brak!!
Sekali lagi pintu ruangan di banting.
Mata Aaron terbelalak, untuk pertama kalinya ia melihat Jack asisten menatap sinis dan terlihat menyeramkan.
.
.
Disisi lain, kantin karyawan, Robert dan Clara sedang makan siang bersama.
"Tadi saat di lift, pak Aaron tidak bersikap kurang ajar sama kamu kan?" Tanya Robert. Ia masih belum melupakan apa yang dilihatnya di dalam lift.
"Uhuk uhuk!!" Clara langsung terbatuk-batuk mendengar pertanyaan itu.
"Minum lah dulu." Robert menyodorkan gelas berisi air putih.
"Ten-tentu saja tidak, mana berani tuan Aaron berbuat begitu padaku." ucap Clara tak berani menatap mata Robert.
Robert yang seorang manager HRD tentu tahu betul gelagat seseorang kalau sedang berkata bohong.
"Tapi saat kulihat tadi, kalian berdua dekat sekali, seperti orang yang sedang pelukan." Robert mencoba memancing agar Clara jujur.
"Iihh, pak Robert salah paham, saat itu pak Aaron hanya membantu saya yang hampir jatuh terpeleset, seperti waktu anda menolong saya saat didepan toilet." Clara mencari pembenaran.
"Oh begitu rupanya." Robert tersenyum miris, ia bingung kenapa Clara membela tindakan kurang ajar bos-nya.
"Tidak boleh seperti ini, Clara memang seorang janda, tapi bukan berarti bisa di lecehkan begitu, aku harus menolongnya." pikir Robert, mengira kalau Aaron pasti mengancam Clara untuk menutupi tindakan kurang ajar seorang bos pada karyawan wanitanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**
kaget sih dgn kelanjutan kisah arron,sebenarnya apa dan siapa sih arron,msh tekateki nih 🤔🤔