Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu kembali
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di rumah, Gladys nampak menatap nanar laptop nya yang masih menyala. ia sibuk melamun sampai-sampai ia tidak sadar jika ponselnya sejak tadi berdering menandakan sebuah panggil lan masuk.
Dret
Dret
Setelah beberapa saat barulah Gladys tersadar dan memutuskan untuk langsung menyambar ponselnya.
Namun, saat ia ingin mengangkatnya seketika itu pula ponsel itu berhenti berbunyi. mungkin karena sudah terlalu lama dan Gladys baru menyadarinya.
My Husband
Tertulis jela di laya ponselnya seperti itu. Namun, bukannya senang, Gladys malah mengerutkan keningnya penuh tanda tanya besar.
Tumben sekali suaminya itu menghubunginya. padahal biasanya, Nathan jarang sekali menghubunginya jika tidak ada sesuatu yang penting. apalagi sesuatu itu pasti hanya tentang pekerjaan.
Lalu, apakah saat ini tengah ada sesuatu yang penting sehingga membuat suaminya itu sampai menghubunginya beberapa kali.
Saat Gladys ingin melakukan panggilan balik, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar dan dengan segera ia langsung mengangkatnya.
"Halo, ia kak."
Ia pikir, seseorang yang menghubunginya kali ini adalah suaminya. Namun, kenyataannya salah, orang yang menghubunginya kali ini adalah Orang lain.
"Kak, siapa maksudmu?" Pekik seseorang dari seberang telepon.
Mendengar itu, Gladys langsung menjauhkan ponselnya dari telinga nya. ia mendapati jika nama sahabatnya Salsa yang menghubunginya.
"Salsabila, kau kah itu?"
Pekiknya dengan hati yang begitu senang karena sahabatnya lah yang menghubunginya saat ini.
"Ya, ini aku, Bagaimana kabarmu?"
Wanita dari seberang telepon itu mengubah mode panggilan menjadi Vidio. Kali ini keduanya bisa terhubung dengan tatap muka hingga membuat Gladys begitu bahagia.
"Aku baik. kau, bagaimana?" Gladys balik bertanya dengan senyum yang sejak tadi tak luntur dari bibirnya.
"Aku pun juga sama. Bagaimana jika kita bertemu sekarang? apa, kau ada waktu?"
"What? apa kau sudah pulang? bukankah, kau masih berada di Singapura?"
Gladys sedikit terkejut karena Salsa tiba-tiba mengajaknya untuk bertemu.
"Tentu saja, aku baru saja tiba semalam. dan aku ingin bertemu denganmu sekarang!!"
Ucap Salsa bila.
"Baiklah, di mana?"
Gladys begitu semangat untuk menemui sahabatnya yang sudah empat tahun tak bertemu.
"Oke, aku akan kesana!" Setelah mengatakan itu buru-buru Gladys mematikan ponselnya untuk bersiap-siap menemui sahabatnya.
*****
Di dalam sebuah Cafe.
"Apa? hamil? Pft"
Gladys reflek menutup mulut Salsabilla menggunakan kedua tangannya agar tidak membuat huru hara.
Sungguh, ia menyesal sudah mengatakan hal bersifat rahasia ini kepada sahabatnya itu. Untuk sejenak Gladys melirik ke sana kemari guna melihat apakah ada seseorang yang ia kenali di sekelilingnya.
Namun, beruntungnya ia karena tak ada satupun orang yang ia kenali di sana.
"Hufff, leganya." Gumam Gladys sembari menghela nafanya dalam-dalam.
"Ck.lepaskan, Glad! kau mau membunuhku ya?"
Sentak Salsa sembari menepis tangan Gladys dari mulutnya.
Wanita itu begitu kesal karena Gladys tiba-tiba menutup mulutnya. padahal, ia hanya terkejut setelah mendengar berita kehamilan sahabatnya itu. dari yang ia ketahui, Nathan tak pernah mau jika memiliki anak dari sahabatnya itu. tapi, bagaimana bisa sekarang sahabatnya itu malah tengah berbadan dua?
Dia menduga ada dua opsi. Apakah ada unsur ketidak kesengajaan? ataukah memang Nathan sudah berubah pikiran.
Di tengah kekesalannya, ia baru sadar setelah Gladys mulai angkat suara.
"Tidak, hanya saja, aku tidak mau kau berbicara terlalu keras! apa kau ingin semua orang tau tentang kehamilan ini?"
"What? memangnya kenapa? jangan katakan jika Nathan tidak tau jika kau hamil?" Tanyanya dengan wajah yang terlihat tegang.
Jika ucapannya itu benar, maka itu artinya opsi pertama lah yang benar.
Gladys meresponnya dengan anggukan kepala. sebenernya ia tidak yakin akan menceritakan semuanya. namun, karena Salsa memaksa akhirnya Gladys menceritakan seperti apa pernikahan yang ia jalani selama satu tahun ini.
"APA?"
Mulut Salsa terbuka lebar dengan mata yang seakan ingin keluar dari tempatnya.
"Apa kau sudah gila? kau ingin mempertahankan anak itu sementara Nathan tidak tau apa-apa. Yang lebih gilanya lagi, Adikmu yang jahat itu sudah kembali. bagaimana bisa kau membesarkannya jika ayah dari bayi itu saja tidak menginginkannya ada?"
Ucapan Salsa, bagai dua mata tombak yang menghunus tepat mengenai jantungnya.
Di satu sisi, Gladys ingin membesarkan anak itu. namun, di sisi lainnya Nathan pasti tidak akan tinggal diam jika ia tau ada nyawa yang tengah berkembang di dalam kandungan nya.
Gladys menggigit bibir bagian bawahnya, tanpa sadar air matanya luruh. apa yang di katakan Salsa benar. tapi, mana mungkin seorang ibu tega melenyapkan anaknya sendiri meskipun ia tau sangat beresiko jika Nathan sampai tau tentang anak itu.
"Dengar Glad!" Salsa mencengkeram bahu Gladys, lalu mengangkat dagu Gladys agar menatap ke arahnya. Untuk sejenak, Gladys menoleh kesana kemari guna memastikan lagi tak ada orang yang ia kenal di sana meskipun orang-orang nampak memperhatikan mereka berdua.
Dan beruntungnya lagi, Tak ada satupun orang yang ia kenali. "Aku minta maaf jika tadi aku sempat membentak mu. sejujurnya, aku terkejut karena mendengar kabar sebesar ini darimu.tapi, yang harus kau ingat adalah.... apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu!
Ucapan Salsa bagaikan oase di pasang pasir untuk Gladys. Ia merasa begitu terharu karena akhirnya ada seseorang yang bisa ia ajak bertukar cerita di saat seperti ini.
Salsa mengusap bahu Gladys dengan lembut, sembari tersenyum tulus.
Sementara itu, Akhirnya Gladys memiliki memeluk sahabatnya itu sebagai ucapan terimakasih.
"Aku berterimakasih padamu, ku mohon, jangan katakan ini pada siapapun! hanya kau yang dapat aku percaya saat ini." Gumam Gladys sembari mengurai pelukannya dari sang sahabat.
"Tenang saja semuanya aman di tanganku!" Canda Salsa sembari memperagakan diri seolah-olah ia tengah mengancingkan mulutnya.
"Jadi, bagaimana? apa kau akan tetap melahirkannya?"
Pertanyaan ini membuat Gladys terdiam sejenak. setelah cukup lama, barulah ia menggelengkan kepalanya.
Salsa nampak terkejut. Lalu, ia kembali menarik tangan Gladys agar menatap ke arahnya.
"Apa maksudmu? kau tidak mau melahirkannya? kau ingin mengaborsinya?"
Lagi-lagi, Hanya gelengan kepala yang di lakukan Gladys untuk menjawab pertanyaan nya.
"Apa? jawab dengan benar ,Glad! jangan membuatku kesal." Pekik Salsa dengan nada yang cukup tinggi.
"Aku bingung. Aku ingin membesarkan nya! tapi bagaimana caranya? perutku akan semakin membesar. apakah, Nathan tidak akan curiga? lalu aku harus apa? aku tidak ingin menggugurkannya."
Ucapan Gladys seolah menjadi tamparan untuk Salsa yang ikut Frustasi memikirkan nasib sahabatnya dan bayi yang ia kandung. niat hati ingin melepaskan rindu dengan sahabatnya, malah berakhir, ia harus ikut di buat pusing untuk mencari jalan keluar bagi masalah Gladys.