Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
"Hasyim mana bu?" tanya ayah Limin yang siap dengan pakaian batik untuk memenuhi undangan di Lamasi.
"Di teras samping ayah." jawab ibu Setia. "Hasyim, ayah sudah siap." ucapnya lagi.
"Iya bu." segera bergegas mengenakan baju kaos berkerah lalu masuk dalam rumah hendak mengambil kunci mobil.
"Pakai baju yang rapi Hasyim, kau itu!" tegur ayah Limin.
"Rapi ini yah, ini kaos berkerah!" ujarnya.
"Sana cari baju batik Hasyim." perintah ibu Setia.
"Tidak usah mi, sudah jam dua ini nanti terlambat." ucapnya kesal. Melangkah keluar rumah menuju mobil, duduk didepan pas samping kemudi.
"Kamu itu kalau diajak pergi² harus rapi, bikin malu saja!" gerutu ayah Limin.
"Iya yah." jawab Hasyim singkat.
"Kamu itu kerja yang bagus Hasyim, kalau ke kantor itu yang pagi, masak ayah harus kena tegur karena kamu jarang ke kantor." omel ayah Limin.
"Ke kantor ji selalu yah, ayah selalu minta tolong jadi sopirkan?" tanya Hasyim.
"Kenapa lagi saya kamu salahkan? Bahkan itu, teman saya bertanya kalau kamu jarang ke kampus!" lanjut omelannya.
"Bagaimana mau ke kampus mengurus yah, harus membayar dulu, selain itu harus k juga standby jadi sopir, pekerjaanku juga terbengkalai." jelasnya.
"Banyak alasan kamu ya!" sangkal ayah Limin. Hasyim hanya diam saja tanpa menjawab ucapan ayahnya lagi, karena kalau diteruskan akan panjang.
"Kamu kalau diajak bicara itu didengar!"
"Didengar ji yah!"
"Kenapa pale diam saja?"
"Aku harus gimana yah? Dijawab katanya dikasih tau malah jawab, didiami malah disalahkan juga, jadi maunya gimana ayah?" tanyanya masih lembut dan sabar.
"Kau ini kalau dikasih tau!" pembelaan diri.
Kurang lebih empat puluh lima menit mereka tiba ditujuan, ayah Limin langsung disambut baik oleh warga, sedangkan Hasyim masih parkir mobil lalu menyusul ke acara.
"Hay pak, apa kabar?" sapa Hasyim kepada teman kantornya. Meski masih kuliah, Hasyim belajar bekerja meski penuh tekanan, belum lagi ketika orang tuanya membutuhkannya maka dia harus ada.
"Kabar baik. Kamu Hasyim kan?" tanya pak Kahar heran, pasalnya jarang masuk kantor padahal masih honor.
"Iya pak. Saya jarang ke kantor pak, masih menyusun Skripsi pak." ucapnya jujur meski tidak sepenuhnya.
"Bagus itu, harusnya Sarjana dulu baru kerja!" Saran pak Kahar.
"Maunya gitu pak. Tapi sambil cari pengalaman lah pak!" Sangkal Hasyim meski ada benarnya juga. Mereka asyik berbincang sambil menikmati acaranya, kemudian waktunya makan.
"Makan yang banyak deh! Mumpung gratis." gumamnya semangat. "Wah mantap! Ada sayur tahu santan, kecap tempe ubi, ada ikan bakar, ambil semua deh!" gumamnya lagi.
Seusai makan² lalu pulang, tidak lupa Hasyim berpamitan dengan Pak Kahar juga tamu lainnya.
"Kamu ketemu keluarga?" tanya ayah Limin.
"Iya ada beberapa saya temui."
"Sapa mereka, baik semua kan keluargaku?" ucapnya bangga.
"Iya yah." jawab Hasyim singkat. "Ada maunya iya! Kalau pensiun apa masih na ingat ki ayah?" gumamnya dalam hati sambil bertanya². Ayah Limin tertidur saat diperjalanan pulang, Hasyim fokus sendiri.
***
Flashback On
Tring tring
Hpnya Hasyim bunyi, ada pesan masuk. Dia rogoh saku celananya untuk meraih hpnya, dia buka kunci untuk membaca pesan.
'Hai kak, ini aku Nana, ingat gak?' isi pesannya.
'Iya ingat dong, siapa sih yang gak ingat cewek cantik?' gombalnya, dia anggap bercanda tapi ceweknya kebawa perasaan.
'Beneran kak?' balasnya. 'Simpan nomor aku ya kak!' ucap Nana melalui sms.
'Ok.' jawab Hasyim singkat.
'Kakak dimana?' tanyanya lagi.
'Diperjalanan mau ke Palopo!'
'Emang darimana?'
'Dari Lamasi.'
'Kok gak mampir kak?'
'Gak tau rumah kamu!'
'Wah, kalau berkabar pasti aku kasih tau kak!'
'Iya lain kali saja ya!' jawab Hasyim singkat, kembali fokus pada kemudinya karena rumahnya sudah makin dekat. Saat itu Hasyim dari rumah keluarganya yang mengadakan pesta.
'Hati² ya kak.' Sambil senyum² Nana berbalas pesan dengan Hasyim. "Ya udah gak dibalas." gumamnya pelan.
Flashback Off
Setibanya di Palopo Hasyim membangunkan ayahnya.
"Sudah sampai yah." Hasyim bangunkan ayah Limin dengan menyenggol lengannya pelan.
"Hm." hanya berdehem saja lalu membuka matanya dan bersiap turun dari mobil.
"Hay, lagi apa kamu nak?" tanyanya pada gadis kesayangannya.
"Ini ayah, lihat² foto kucing lucu²." dia perlihatkan hpnya kepada ayah Limin. Iya gadis kesayangan ayah Limin namanya Lastri, sudah Sarjana tapi masih menganggur.
"Iya bagus itu Lastri. Beli satu! Gampang uangnya nanti ayah kasih, kamu gak usah kerja dulu ayah masih sanggup biayai hidupmu." ujarnya.
"Iya ayah." ucapnya bahagia. "Sayang ayah." mereka berpelukan.
"Ada apa ini? Ibu gak diajak!" seru ibu Wati yang baru keluar dari dapur.
"Ibu sudah selesai memasak? Aku pengen makan ayam goreng ayah!" adunya pada ayah Limin.
"Ibu sudah masakkan kamu ikan goreng nak, ada sambalnya juga. Sana makan!" perintahnya. "Dari pagi dia belum makan ayah, sana ditemani ayah Lastri." bujuk ibu Setia.
"Iya ayah, ayah temani aku?" pintanya seperti anak kecil. Ayah Limin hanya mengangguk setuju lalu menuju dapur bersama putri semata wayangnya.
"Ayah mau makan juga?" tawar Lastri.
"Ayah sudah makan nak! Kamu makanlah, ayah disini menemani." ucapnya lembut.
"Ok ayah." lalu Lastri mengambil makanan ke dalam piring yang telah disediakan ibu Setia. "Ibu makan yuk?" ajak Lastri mencari teman.
"Ibu sudah makan tadi siang nak, kamu makanlah!" perintahnya.
"Ibu diet ya?" tanyanya curiga pada ibu Setia.
"Hm iya ibu mau diet nak, naik lagi berat badan ibu nak." jawab ibu Setia lembut.
"Gak usah diet ibu, ibu kan harus makan jangan sakit²." bujuk Lastri.
"Ya sudah, kamu ditemai ibumu ya? Ayah mau mandi terus ganti baju, mau istirahat juga!" Lastri hanya menjawab dengan anggukan saja. "Mana pale Hasyim bu?" tanya Lastri.
"Diluar mungkin, ibu belum lihat dia masuk! Mungkin jg dikamarnya." ujar ibu Setia. Lastri hanya manggut² tanda dia paham.
"Kalau Abdul dimana bu?" tanyanya lagi.
"Gak tau kemana itu anak, apa kuliah ya?"
"Emang sudah masuk bu? Belum bu, baru pendaftaran orang." ujar Lastri geleng² kepala, ibunya dijelaskan gak paham² tentang kuliah karena memang ibunya hanya tamat SMA.
"Kasih tau Hasyim itu Lastri supaya urus Skripsinya, biar cepat selesai. Gantian Abdul lagi mau kuliah!" pinta ibu dengan memelas.
"Iya bu, nanti aku kasih tau Hasyim." ujar Lastri malas. Dia gak suka ikut campur urusan orang lain meski itu saudaranya.
Seusai makan, mereka ngemil didepan televisi sambil nonton.
"Lagi apa nih! Wah asyik, makan sambil nonton kayak di bioskop." ujarnya sambil bercanda.
"Iyalah biar seru!" jawab Lastri. "Hasyim bagaimana Skripsimu?" tanyanya.
"Belum pi, ganti² pembimbing k bah!"
"Kenapa itu pernah ku dengar gak masuk kerja ki, tidak bimbingan juga, tapi ada ki di Kantornya ayah? Bagaimana kah maksudnya?" tanya Lastri heran dengan info samar² yang didengar.
"Itu, saya dikantor ayah menemani tugas! Saya kan sopirnya, kemudian saya tidak bimbingan padahal sudah waktunya. Pas saya baru tiba dikantor, saya ditelfon disuruh ke kantornya ayah. Pas baru tiba dikantornya ayah ketemu k pembimbingku, na bilang 'Apa kamu bikin disini? Kenapa tidak bimbingan?' Begitu Lastri. Kalau kamu percaya syukur, kalau tidak juga gak apa²." jelas Hasyim.
"Kenapa lagi ayahmu kamu salahkan Hasyim?" tanya ibu Setia.
"Saya tidak menyalahkan ibu, saya hanya menjelaskan dan menjawab pertanyaan Lastri bu."
"Terus apa kamu bilang ke dosenmu?" tanya Lastri penasaran.
"Saya jawab jujur lah, saya bilang kalau saya disuruh ayah kesini, saya mau bimbingan tapi ayah bilang 'Itu masih bisa besok.' Begitu! Tapi na bilang pembimbingku 'Kenapa na bilang ayahmu gak tau apa na bikin Hasyim di rumah!' Pembimbingku saja bingung apalagi saya?"
Hening
Hening
"Mau k mandi dulu. Mau k nongkrong nanti bu, di lorong sini ji bu." izin Hasyim pada ibu Setia.
"Cari adikmu Hasyim, dari tadi belum pulang itu!" perintah ibu.
"Iya bu." jawab Hasyim singkat.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆