NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

Udara dingin pegunungan menusuk tulang ketika Tara dan Raymond menyelinap mendekati pagar fasilitas. Bunyi dedaunan yang tergesek angin menjadi satu-satunya suara yang menemani langkah hati-hati mereka. Meski jantung berdetak cepat, mereka tetap fokus pada misi: masuk tanpa diketahui.

Tara menunduk, menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai memotong kawat pagar dengan alat pemotong yang dibawanya. Setiap detik terasa begitu panjang. Raymond berdiri di belakangnya, mengawasi sekitar dengan waspada, memastikan tak ada penjaga yang mendekat.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, sebuah celah cukup besar terbentuk di pagar. “Cepat,” bisik Tara sambil merayap masuk. Raymond mengikuti di belakangnya, berusaha menjaga agar celah itu tetap terbuka.

Mereka bergerak menuju sisi bangunan, tetap di bawah bayang-bayang untuk menghindari pandangan kamera pengawas. Setiap langkah diambil dengan hati-hati, memastikan tak ada suara yang mencurigakan. Ketegangan semakin terasa saat mereka mencapai dinding fasilitas, menyadari bahwa tak ada jalan masuk yang mudah.

“Pintu utama pasti dijaga ketat,” bisik Tara sambil mengintip dari sudut dinding. “Kita harus masuk lewat saluran udara atau semacamnya.”

Raymond mengangguk, mengarahkan pandangan ke atap gedung. “Mungkin ada ventilasi di atas. Tapi kita butuh sesuatu untuk memanjat.”

Tara mengamati sekitar, dan akhirnya melihat tumpukan peti logam tak jauh dari mereka. Peti-peti itu tampaknya ditinggalkan oleh pekerja atau pengawas yang ceroboh. “Kita bisa pakai itu,” ujarnya sambil memberi isyarat kepada Raymond untuk mengikutinya.

Mereka dengan cepat dan hati-hati memindahkan peti-peti tersebut, menumpuknya di bawah dinding yang cukup rendah. Dengan sedikit usaha, Tara berhasil memanjat ke atas. Raymond mengikuti segera setelahnya, dan dalam beberapa saat mereka berdua sudah berada di atap.

Dari atas sana, mereka bisa melihat lebih jelas betapa besar dan kompleksnya fasilitas ini. Bangunan utama dikelilingi oleh beberapa struktur tambahan, semuanya dilengkapi dengan berbagai sistem keamanan. Di tengah-tengah atap, mereka menemukan sebuah saluran ventilasi yang cukup besar untuk dimasuki.

“Gue akan coba buka penutupnya,” kata Raymond sambil mengeluarkan alat lain dari tasnya. “Kita harus gerak cepat. Kalau ada yang curiga, kita nggak punya banyak waktu buat kabur.”

Tara mengawasi sekitar sambil menunggu Raymond menyelesaikan pekerjaannya. Pikiran-pikiran mengerikan tentang apa yang mungkin mereka temukan di dalam fasilitas itu berputar di kepalanya, tapi dia menyingkirkannya. Fokus adalah kunci untuk bertahan hidup.

Setelah beberapa menit bekerja, Raymond berhasil membuka penutup ventilasi. “Oke, masuk duluan,” bisiknya.

Tara tidak membuang waktu. Dengan hati-hati, dia masuk ke dalam ventilasi, merayap pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Raymond mengikuti, menutup kembali penutup ventilasi di belakang mereka untuk menutupi jejak.

Di dalam ventilasi, suasana menjadi semakin sunyi. Hanya terdengar dengungan mesin-mesin di bawah mereka, menandakan aktivitas yang sedang berlangsung di dalam fasilitas. Ventilasi itu sempit dan pengap, tapi mereka terus bergerak, mencari jalan ke dalam gedung utama.

Setelah beberapa menit, mereka menemukan persimpangan yang membawa mereka ke sebuah ruangan besar di bawah. Melalui celah-celah ventilasi, mereka bisa melihat ruangan yang penuh dengan peralatan canggih, monitor yang menampilkan data kompleks, dan beberapa ilmuwan yang bekerja dalam diam.

“Ini pasti ruang kontrol utama,” bisik Raymond. “Kalau kita bisa ngakses sistem dari sini, kita bisa dapetin data langsung dari server mereka.”

Tara mengangguk, memeriksa keadaan di bawah. “Ada tiga penjaga di pintu utama dan beberapa ilmuwan di dalam. Kita harus gerak cepat dan senyap.”

Mereka merayap lebih jauh hingga menemukan titik di mana ventilasi berakhir, bersebelahan dengan sebuah lorong yang sepi. Dengan hati-hati, mereka membuka penutup ventilasi dan keluar satu per satu. Langkah mereka pelan dan hati-hati saat mereka menuju ruang kontrol.

Raymond berjongkok di dekat pintu, memeriksa alat-alatnya. “Kita harus matiin alarm dan kamera sebelum masuk. Gue akan hack sistem keamanan dari sini.”

Sementara Raymond sibuk dengan pekerjaannya, Tara mengamati penjaga dari balik pintu. Jarak mereka tidak jauh, namun jarak itulah yang harus mereka taklukkan tanpa diketahui.

Dalam beberapa menit, Raymond menyelesaikan tugasnya. “Oke, sistem alarm dan kamera di lantai ini udah gue matiin. Tapi nggak bakal lama sebelum mereka sadar, jadi kita harus gerak sekarang.”

Dengan tekad yang bulat, Tara dan Raymond membuka pintu ruang kontrol. Mereka bergerak cepat, menyelinap di belakang para ilmuwan yang sedang asyik bekerja. Dengan gerakan cepat dan efektif, Tara melumpuhkan dua penjaga di pintu tanpa membuat suara yang mencolok, sementara Raymond bergerak menuju konsol utama.

Mereka segera menutup pintu dan menguncinya, memastikan tak ada yang bisa masuk sebelum mereka selesai. Raymond duduk di depan konsol, mulai mengetik dengan cepat untuk mengakses data. Tara berdiri di belakangnya, mengawasi ruangan dengan waspada.

“Sistemnya lebih rumit dari yang gue kira,” gumam Raymond. “Mereka punya lapisan enkripsi ganda di sini. Tapi gue akan coba nembusnya.”

Waktu seolah berjalan lebih cepat saat Raymond bekerja. Tara merasakan adrenalin memuncak, telinganya terus-menerus berjaga jika ada suara langkah kaki atau alarm yang berbunyi. Di layar monitor, kode-kode terus bergulir, sementara Raymond berusaha mengakses inti data yang mereka cari.

Tiba-tiba, layar monitor menampilkan file besar berjudul **“Mind Control Project - Final Phase”**. Raymond berhenti sejenak, lalu membuka file tersebut. Di dalamnya, mereka menemukan detail mengerikan tentang tahap akhir dari Proyek Apocrypha: pengiriman nanobot yang akan ditanamkan secara massal di seluruh dunia melalui air minum, makanan, bahkan udara.

“Ini... lebih buruk dari yang kita bayangin,” kata Raymond, suaranya hampir gemetar. “Mereka udah siap buat meluncurkan fase akhir ini. Kita harus ngehentikan mereka sekarang juga.”

Tara melihat data tersebut dengan mata terbelalak. “Tapi gimana caranya? Kita nggak punya cukup waktu buat mengungkap ini ke publik sebelum mereka meluncurkan proyek ini.”

Raymond berpikir sejenak, matanya terpaku pada layar. “Ada cara lain. Kita bisa sabotase dari dalam. Gue bisa inject virus ke sistem mereka, sesuatu yang bisa ngehancurin data utama dan mencegah mereka dari nerusin proyek ini.”

“Tapi itu berarti kita harus tinggal di sini lebih lama,” ujar Tara dengan nada khawatir. “Mereka pasti akan datang ke sini kalau kita terlalu lama.”

Raymond menoleh ke arah Tara, sorot matanya menunjukkan betapa seriusnya situasi ini. “Kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita biarin ini terjadi, dunia akan hancur. Kita harus ambil resiko ini.”

Tara menatap Raymond, merasa berat untuk membuat keputusan. Tapi dia tahu, di balik semua ketakutan dan keraguan, inilah satu-satunya cara untuk menghentikan kehancuran yang akan terjadi. “Lakukan. Gue akan berjaga.”

Raymond segera bekerja, mengetik lebih cepat dari sebelumnya, memasukkan kode-kode khusus yang dia rancang untuk merusak sistem. Sementara itu, Tara mengambil posisi di dekat pintu, memegang senjatanya erat-erat, siap untuk melindungi Raymond dengan segala cara.

Waktu terus berlalu, dan ketegangan semakin terasa. Raymond berkeringat deras saat dia menyelesaikan program virus tersebut. Akhirnya, dengan napas tertahan, dia menekan tombol terakhir dan layar monitor berubah menjadi hitam.

“Berhasil,” katanya, hampir tidak percaya. “Sistem mereka hancur. Proyek ini nggak akan bisa diluncurkan.”

Namun, saat Raymond mengucapkan kata-kata itu, pintu ruang kontrol tiba-tiba bergetar keras, diiringi dengan bunyi keras dari luar. “Mereka datang,” kata Tara dengan nada tegang. “Kita harus pergi sekarang.”

Raymond segera mengumpulkan flash drive yang berisi virus dan data penting, lalu bergegas menuju pintu keluar bersama Tara. Mereka membuka pintu dengan cepat dan keluar ke lorong, berusaha melarikan diri sebelum penjaga masuk.

Tapi baru beberapa langkah, mereka sudah disambut oleh serangkaian tembakan yang menghujani lorong. Tara dan Raymond segera berlindung di balik dinding, balas menembak untuk menahan para penjaga yang mendekat.

“Lari!” teriak Tara di sela-sela tembakan. Mereka berdua segera berlari menyusuri lorong, mencari jalan keluar secepat mungkin. Setiap langkah terasa seperti berlomba dengan kematian, karena musuh yang mengejar tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Ketika mereka akhirnya mencapai ventilasi tempat mereka masuk,

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!