Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

bab 1

Tara Azhara Putri Mahendra melangkah cepat di trotoar yang padat, menghindari lalu lintas kota yang tidak pernah tidur. Hari ini, seperti biasa, dia terlambat lagi. Jam tangan di pergelangan tangannya terus berteriak mengingatkan bahwa waktu tidak pernah berhenti, bahkan untuk sekejap saja. Namun, Tara bukan tipe orang yang panik. Baginya, hidup di kota besar memang selalu menantang, dan itu membuatnya merasa hidup. Selalu ada sesuatu yang lucu di balik setiap kesulitan.

Sambil mempercepat langkahnya, Tara mendengar dering telepon dari tasnya. Ia mengeluarkan ponsel dan melihat nama Nadia Radhika Suryaningrum di layar. “Halo, Na! Gimana?” sapa Tara dengan nada ceria meski napasnya sedikit terengah.

“Tara, lu di mana? Kita ada meeting dalam lima belas menit lagi!” suara Nadia terdengar cemas di seberang sana.

“Aduh, gue baru aja nyampe di pintu kantor, kok. Sabar, ya!” Tara berbohong dengan santai. Kenyataannya, dia masih harus melewati dua blok lagi sebelum sampai di kantornya. Tapi, dalam situasi seperti ini, kebohongan kecil tidak apa-apa, kan?

“Gue udah bilang sama lu dari dulu, jangan suka telat, Tar. Ini kan meeting penting banget,” ujar Nadia sambil menghela napas panjang.

“Gue tahu, gue tahu. Sumpah, abis ini gue langsung lari kayak Usain Bolt deh, biar cepet sampe!” Tara mencoba menenangkan Nadia dengan candaan, berharap sahabatnya itu tidak terlalu stres.

Setelah menutup telepon, Tara segera mempercepat langkahnya. Kantor tempatnya bekerja sebagai event planner tidak jauh dari sini. Terletak di gedung tua dengan arsitektur modern, tempat itu selalu memberi energi tersendiri bagi Tara. Begitu dia tiba, dia langsung masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai lima. Napasnya sudah mulai teratur lagi saat pintu lift terbuka, dan dia melangkah keluar dengan senyum kemenangan di wajahnya.

“Gue nggak telat, kan?” tanya Tara pada Nadia yang sudah menunggunya di depan ruang meeting.

“Telat lima menit, tapi masih mendingan daripada biasanya,” jawab Nadia dengan senyum kecil. “Ayo masuk, yang lain udah pada nungguin.”

Mereka masuk ke ruang meeting, dan di sana sudah ada Santi Anggraini Pramuditha dan Yuni Safira Maharani, dua sahabat sekaligus rekan kerja Tara. Santi, dengan rambutnya yang selalu diikat ke atas dan wajah serius, sedang mencatat sesuatu di laptopnya. Yuni, dengan gayanya yang selalu modis, sibuk membolak-balik majalah fashion yang dibawanya.

“Eh, Tara! Akhirnya lu dateng juga,” kata Yuni dengan nada setengah bercanda.

“Gue kan selalu dateng, cuma kadang waktunya agak... fleksibel aja,” balas Tara sambil duduk di kursinya.

Meeting dimulai, dan Tara langsung beralih ke mode serius. Mereka membahas acara besar yang akan datang, sebuah gala dinner untuk klien penting. Tara dan timnya harus memastikan segalanya berjalan sempurna, dari dekorasi hingga hiburan. Seperti biasa, ide-ide brilian mulai bermunculan dari pikiran Tara, dan dia tidak segan-segan untuk berbagi dengan yang lain.

“Gimana kalau kita bikin tema ‘Malam Bintang’? Jadi kita bisa dekor ruangannya dengan langit-langit yang penuh bintang, dan lampu-lampu kecil yang menggantung di mana-mana,” usul Tara penuh semangat.

“Itu ide yang keren, Tar! Gue bisa bayangin suasananya bakal romantis banget,” kata Santi sambil mengetik cepat di laptopnya.

“Tapi gimana dengan kliennya? Mereka suka nggak dengan ide yang terlalu dreamy kayak gitu?” tanya Yuni, yang selalu lebih skeptis tapi realistis.

“Tenang aja, gue bakal presentasiin ini dengan cara yang bikin mereka nggak bisa nolak,” jawab Tara dengan percaya diri.

Sementara meeting berlangsung, Tara tidak bisa tidak merasa bangga dengan pekerjaannya. Meski sering kali stress, dia mencintai setiap bagian dari pekerjaannya ini. Merancang acara dari nol, melihatnya terwujud, dan melihat wajah puas klien adalah kepuasan tersendiri bagi Tara. Selain itu, bekerja dengan teman-temannya juga membuat segalanya terasa lebih ringan dan penuh canda tawa.

Setelah meeting selesai, mereka semua berkumpul di pantry untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Santi sibuk membuat kopi, sementara Yuni mencari camilan di dalam lemari.

“Jadi, gimana kabar love life lu, Tar?” tanya Yuni tiba-tiba, membuat Tara hampir tersedak kopinya.

“Duh, jangan bahas yang itu, deh. Masih nol besar,” jawab Tara dengan cengiran. “Tapi ya, gue santai aja. Masih ada banyak waktu buat mikirin yang begituan.”

Nadia, yang selama ini diam sambil menatap ponselnya, tiba-tiba mengangkat kepala. “Tar, lu tahu nggak, gue nemu akun Instagram yang kayaknya cocok banget buat lu.”

“Akun Instagram? Buat apa?” tanya Tara bingung.

“Ini akun seorang cowok, Adrian Darmawan Nugraha, dia pengusaha muda yang lagi hits. Kayaknya dia tipe lu banget, Tar. Ganteng, sukses, tapi kayaknya cool abis.”

Tara menatap Nadia dengan skeptis. “Seriusan, Na? Gue nggak pernah percaya sama yang namanya ‘dikenalin lewat Instagram’. Ntar malah jadi awkward.”

“Eh, coba aja dulu, siapa tahu cocok,” bujuk Santi sambil menyeruput kopinya.

Yuni, yang selalu up-to-date dengan segala sesuatu yang trendi, langsung mencari akun Instagram Adrian di ponselnya. “Nih, Tar, liat. Ganteng, kan?”

Tara melihat foto-foto di layar ponsel Yuni dan tidak bisa menahan senyum. “Hmm, ya, lumayan sih... Tapi gue kan nggak nyari pacar cuma karena ganteng.”

“Yaelah, Tar, masa iya lu mau selamanya jomblo? Coba aja dulu, siapa tahu cocok,” Nadia masih bersikeras.

Tara hanya tertawa kecil. “Oke, oke, nanti gue liat-liat. Tapi nggak janji ya, Na.”

Hari itu berlalu dengan cepat. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Tara pulang ke apartemennya yang kecil tapi nyaman. Di sana, dia duduk di sofa dan membuka Instagram, mencoba mencari akun yang tadi disebutkan Nadia. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya dia menemukannya.

Tara mengklik profil Adrian Darmawan Nugraha dan mulai melihat-lihat foto-fotonya. Dia terkejut melihat betapa karismatiknya pria itu. "Hmm, lumayan juga," gumam Tara pada dirinya sendiri.

Tapi kemudian, dia menutup ponselnya dan tertawa kecil. "Ah, udahlah, nggak usah mikirin yang begituan dulu. Fokus sama kerjaan aja dulu, Tar."

Namun, dalam hatinya, Tara tahu bahwa pertemuan dengan Adrian—meski hanya lewat Instagram—bisa jadi adalah awal dari sesuatu yang tak terduga dalam hidupnya. Tanpa disadari, kehidupan Tara akan segera berubah, dan tawa yang selama ini menjadi penguatnya mungkin akan diuji dengan cara yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!