Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Melinda, memutuskan untuk mengunjungi suaminya di kantornya, yang selama ini menjadi tempat pengundang petaka bagi kehidupan mereka.
Melinda adalah sosok wanita yang kuat dan berprinsip. Meskipun posisi mereka sebagai suami istri mengalami pasang surut, Melinda tidak pernah kehilangan kepercayaan diri. Dia tahu bahwa pernikahan mereka telah terguncang akibat kehadiran Kirana, sekretaris Andrian yang kini sudah menjadi istri kedua.
Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, dan Melinda tahu ini adalah waktu untuk berbicara secara blak-blakan.
Setelah mengetuk lembut pintu ruang kerja Andrian, Melinda masuk dengan wajah tenang meskipun hatinya bergetar. Andrian yang sedang menyelesaikan sebuah laporan, terkejut saat melihat Melinda. Dalam sekejap, suasana di ruangan itu berubah. Ada ketegangan yang sulit diungkapkan, namun ada juga kerinduan yang menyelimuti mereka.
Melinda memutuskan untuk mengeluarkan isi hatinya, mencoba untuk menjelaskan situasi yang telah membuatnya terjepit. "Mas," katanya dengan suara lembut namun tegas, "aku ingin kita berbicara tentang keadilan dalam hubungan kita."
Permintaan Melinda untuk Andrian agar bersikap adil bukan hanya berakar pada rasa cemburu yang mendalam, tetapi juga pada cinta dan komitmen yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Dia ingin Andrian mengakui posisinya sebagai istri pertama dan menghargai perjuangannya dalam membangun keluarga.
Gema perasaannya mencerminkan dilema yang dihadapi banyak wanita di luar sana - kebutuhan untuk dicintai secara utuh tanpa ada bayang-bayang orang lain yang mengganggu.
Melinda kemudian menyampaikan bahwa ia tidak ingin menjadi pihak yang terpinggirkan. Dia menekankan pentingnya komunikasi dan kejujuran dalam hubungan mereka. Di sinilah kekuatan karakter Melinda terpancar. Dia bukan sekadar wanita yang terluka, dia adalah seorang pejuang yang ingin berjuang untuk cinta dan keadilan.
Andrian mendengar dengan seksama, namun saat dia membuka suara, suasana menjadi tegang. Dalam pandangannya, Kirana bukan hanya tantangan, tetapi juga simbol daya tarik baru yang sulit untuk diabaikan. Ini adalah momen penting bagi Andrian—ia tidak hanya dihadapkan pada pilihan di antara dua wanita, tetapi juga pada keputusan tentang bagaimana ia ingin menjalani hidupnya.
Melinda melanjutkan, "Aku bukan ingin menghalangimu untuk bahagia, tetapi aku berharap kamu memberi kesempatan yang sama. Aku sudah berkorban banyak untuk hubungan ini, dan aku ingin kamu mempertimbangkan perasaan kita berdua."
Terjadi keheningan sesaat. Andrian merasa terjebak dalam dilema antara menjalani hubungan yang penuh gairah dengan Kirana atau memperbaiki hidupnya yang telah terjalin dengan Melinda. Masing-masing pilihan memiliki konsekuensi yang berat, dan kendati hatinya terseret, dia tahu satu hal, dia tidak boleh egois.
Dia menatap Melinda, merasakan betapa dalamnya luka yang mungkin telah dia sebabkan. "Melinda, aku... aku tidak ingin kehilanganmu. Aku berjanji akan mencoba untuk lebih adil. Mari kita bicarakan ini lebih serius. Kita bisa mencari solusi bersama."
Melinda merasa beban di dadanya sedikit berkurang. Meskipun perjalanan mereka masih panjang, setidaknya Andrian menunjukkan niat untuk memperbaiki segala sesuatunya. Dia berharap, meski dalam situasi yang rumit ini, mereka bisa menemukan jalan kembali ke satu sama lain.
Keduanya kemudian memulai diskusi yang panjang dan emosional. Mereka membahas tentang perasaan yang terpendam, harapan yang tidak terwujud, serta ketakutan akan masa depan. Melinda menginginkan kepastian, sementara Andrian harus berhadapan dengan konsekuensi dari pilihan-pilihannya.
Melinda mengakhiri pembicaraan dengan sebuah harapan. "Aku ingin kita bisa saling menghargai, Mas. Ini bukan tentang siapa yang menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana kita bisa menemukan jalan tengah." Kalimat itu menggantung di udara, meninggalkan Andrian dalam kebimbangan yang menyakitkan.
Melinda meninggalkan kantor Andrian dengan hati yang sedikit lebih lega. Dia tahu bahwa mereka masih memiliki banyak kerja keras untuk dilakukan, namun setidaknya, langkah pertama menuju keadilan dan kesetaraan telah diambil.
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta