Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bala bantuan
Cahaya ledakan kembang api di langit malam membuat ketiga Pembunuh yang mengejar Lin Fei teralihkan, kesempatan itu segera diambil oleh Lin Fei untuk bersembunyi di balik sebuah papan.
Agar bayinya tidak menangis, Lin Fei menyusuinya seraya mendekap bayinya agar tidak kedinginan. Tidak jauh di sebelahnya, ketiga pembunuh itu kini kembali mengejar Lin Fei dan berhenti tepat di hadapan Lin Fei yang sedang bersembunyi.
"Kemana larinya wanita itu?"
"Sial, disini terlalu gelap, jika tidak kita pasti bisa mencari jejak darahnya," gerutu salah satu dari mereka.
"Emm! Dia sudah terluka parah, tidak mungkin dia bisa pergi jauh dari sini. Kemungkinan besar dia masih ada disekitar sini."
Lin Fei semakin panik sebab mereka mulai mencurigai dirinya yang pasti masih bersembunyi di sekitar tempat itu, terlebih lagi pandangan Lin Fei mulai terasa kabur, dan nafasnya semakin berat karena terlalu banyak mengeluarkan darah dari beberapa luka bekas tusukan di punggungnya.
"Aku harus bertahan," batin Lin Fei yang berusaha untuk tetap sadar.
Ketiga pembunuh itu mulai berpencar untuk mencari Lin Fei, sedangkan Lin Fei tanpa sengaja menginjak sebuah batu sebesar kepalan tangan. Lin Fei segera menemukan ide, dia secara perlahan mengambil batu tersebut lalu dia melemparkannya ke arah pohon bunga yang gelap sehingga batu itu menimbulkan suara.
Mendengar suara itu dari arah Bunga, tanpa pikir panjang ketiga pembunuh itu segera pergi kesana, dan mereka mulai menebas dan menusuk kedalam dedaunan.
Lin Fei secara perlahan-lahan keluar, dia dengan sangat hati-hati melangkah kakinya agar tidak menimbulkan suara apapun, sedangkan ketiga Pembunuh itu masih terlalu fokus menebas dedaunan serta menusuk-nusuk ke dalam dedaunan dengan berharap Lin Fei yang mungkin sedang bersembunyi di dalamnya terkena tusukan pedang mereka.
Mereka tidak tahu jika sebenarnya Lin Fei sudah pergi jauh dari mereka, dan Lin Fei tentu tidak berani untuk kembali lagi ke istana, dia tahu jika tujuan kekacauan itu sebenarnya untuk membunuh dirinya serta anaknya, apalagi dia sempat mengenali salah satu suara wanita itu, Lin Fei sangat yakin jika suara itu adalah suara milik Yie Ling Yi, selir pertama sebelum dirinya.
Jika Lin Fei kembali, dia hanya akan mengantarkan anaknya untuk dibunuh, karena itu dia memilih lari keluar dan pergi meninggalkan istana lalu menghilang di dalam kegelapan malam.
Di dalam Istana sendiri kekacauan masih berlanjut. Panglima Lian Bai memang tidak hanya satu-satunya orang yang tidak mabuk, akan tetapi hanya dia satu-satunya orang yang memiliki ilmu beladiri paling tinggi sehingga dirinya harus berusaha bertahan melawan serangan para penyusup.
Andai lawannya hanya pendekar-pendekar lemah, Lian Bai pasti bisa menghadapinya, nyatanya ada beberapa diantara mereka yang memiliki keahlian ilmu beladiri cukup tinggi sehingga membuat Lian Bai hanya bisa bertahan seraya menunggu bala bantuan tiba.
Raja Song dan Permaisuri segera dibawa ke tempat yang paling aman, dan setelah itu para prajurit yang masih mampu bertahan menjaga pintu ruangan Raja Song dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki.
Beberapa para pembunuh berniat untuk membakar istana agar para prajurit yang masih belum sadar mati terbakar, namun sebelum mereka sempat menyalakan api, sebilah pedang tiba-tiba saja melesat dari arah kegelapan lalu mengenai lengan pembunuh itu hingga terpotong.
Semua rekan-rekan mereka terkejut saat melihat pedang yang menancap di dinding, semuanya segera menoleh ke arah pedang itu datang, dan setelah itu, beberapa pedang tiba-tiba datang dan membunuh beberapa orang hanya dalam sekali tusuk.
"Ini adalah Jurus Pedang Gugur dari perguruan Pedang Emas!"
Beberapa orang dari para pembunuh segera mengenali jurus pedang itu, dan setelah itu sepuluh pendekar muncul dari dalam kegelapan.
"Hem, sepertinya kalian masih orang-orang Kerajaan Song sehingga kalian mengenali jurus pedang ku," kata salah satu Pendekar seraya mencabut kembali pedangnya yang tertancap di dinding.
"Itu adalah Pendekar Hao Chen! Cepat kalian mundur, dia bukan lawan kita," seru salah satu dari mereka yang mengenali pendekar tersebut.
"Kenapa kalian harus lari? Kami sudah berusaha untuk datang dan kalian justru ingin pergi?" kata pendekar itu dengan tatapan dingin serta melepaskan aura membunuh yang membuat semua yang ada di hadapannya berkeringat dingin.
"Habisi mereka semua," kata Hao Chen lalu kesembilan anggota di belakangnya segera melompat dan mulai menyerang para pembunuh yang ketakutan.
Di tempat lain, ada dua orang anggota pembunuh yang baru saja menghabisi beberapa prajurit, kedua orang itu saat ini tengah mengejar beberapa dayang istana, namun mereka segera dibentak oleh wanita yang juga berpakaian seperti mereka.
"Apa yang kalian lakukan? Tugas kalian bukan untuk memburu para dayang, tapi membunuh para prajurit agar prajurit disini semakin berkurang, terlebih lagi tugas utama kalian adalah membunuh Lin Fei dan anaknya! Tapi kenapa kalian justru memburu para dayang yang tidak memiliki pengaruh apa-apa?" tanya wanita tersebut.
Salah satu dari kedua orang itu mendekati wanita tersebut seraya berkata, "Itu adalah tujuanmu, sedangkan tujuan kami adalah bersenang-senang! Jangan hanya karena kamu adalah kekasih pemimpin kami, lalu kami akan menurut kepada perintah mu? Jika kami mau kami bisa melecehkan mu disini lalu membunuhmu, dan nanti kami tinggal memberikan kesaksian palsu kepada pemimpin kami jika kamu telah terbunuh oleh Panglima Lian," ucapnya.
"Kamu…!" wanita itu sangat marah dengan menunjuk wajah pria dia hadapannya.
"Kenapa? Kamu mungkin bisa menipu dan memperdaya Raja bodoh itu, tapi kami bukan orang seperti itu! Tapi baiklah, karena aku masih memandang pemimpin, jadi aku tidak akan melakukan itu padamu, yang pasti kami tidak akan membunuh anak gadis berusia 4 tahun yang ada dalam istana ini, dan sisanya itu terserah kami," ucapnya lalu dia berbalik dan berbicara kepada para anggotanya.
"Ayo lanjutkan, malam ini kita tidak hanya akan merebut istana ini, melainkan akan melanjutkan pesta kita tadi siang, bersenang-senanglah," seru pria tersebut kepada semua anggota yang ada di hadapannya.
Mendengar seruan tersebut, para pembunuh itu semakin dibakar semangat, mereka akhirnya lupa akan tujuan mereka yang sesungguhnya sehingga mereka mulai melakukan hal di luar rencana.
Wanita itu yang terlihat kesal hanya bisa mengumpat lalu dia segera pergi ke salah satu kamar, sedangkan pria yang sebelumnya berdebat dengannya menatapnya dengan tatapan yang berbeda.
"Apa tidak apa-apa kamu bicara seperti itu?" tanya rekannya.
"Tenang saja, suatu saat nanti jika dia benar-benar berhasil menguasai istana ini, aku akan segera membunuh Pemimpin kita itu, dan berikutnya akulah yang akan menguasai tempat ini, dan untuk wanita itu, aku akan menjadikan dia sebagai pelayanku di dalam kamar," ucapnya.
Rekannya hanya bisa diam, dia berpikir jika temannya telah kehilangan akal, sebab tidak mungkin dia akan mampu membunuh pemimpin mereka, apalagi dia baru diangkat menjadi ketua anggota serta belum terlalu mengetahui kekuatan pemimpin mereka yang sesungguhnya.
"Sudahlah ayo kita juga ikut bersenang-senang!" kata pria itu dan kemudian dia berbalik untuk menyusul anggota yang lain yang sudah lebih dulu pergi mengejar para dayang.
Saat baru berbalik, tiba-tiba saja dia merasa sesuatu yang melesat ke arahnya, dan dengan sigap dia menangkap benda yang datang ke arahnya.
"Jarum akupuntur?" Pria itu terkejut saat mengetahui jika benda itu adalah sebuah jarum kecil dan halus yang biasa digunakan untuk pengobatan akupunktur.
Pria itu menoleh dan melihat seorang pria sepuh berpakaian jubah hitam dengan dalaman putih sedang berdiri seraya mengusap-usap rambutnya.
"Tabib Li Xhiang? Jadi kamu juga datang karena cahaya petasan itu!" kata Pria tersebut.
"Aih, kamu begitu mengenal ku, tapi kenapa aku justru tidak mengenalmu! Jika boleh orang tua ini meminta, bukalah penutup wajahmu agar aku bisa melihatmu dengan jelas," kata Pria sepuh itu dengan tenang.
"Berhati-hatilah, walau dia adalah seorang tabib, dia juga seorang pendekar," kata rekannya.
"Aku tahu, sebaiknya kamu ikuti aku dengan berpura-pura tenang, kita cari celah untuk bisa kabur," jawabnya.
"Hehehe! Kenapa kalian malah saling berbisik? Jika kalian tidak mendengar ucapanku tadi, mungkin pendengaran kalian bermasalah, sini biar aku bantu memeriksa telinga kalian," kata Li Xhiang dan kemudian dia mengeluarkan sebuah pisau bedah berukuran cukup besar lalu berjalan menuju ke arah mereka berdua.
Keduanya yang awalnya berpura-pura tenang kini mulai terlihat panik, bagaimanapun juga mereka tidak bisa memandang remeh pria tua gemuk di hadapannya, sebab pria itu tidak hanya terkenal sebagai tabib, dia juga terkenal sebagai pendekar hebat.
Karena panik, pria itu segera berseru memanggil para anggotanya untuk datang menghadapi Li Xhiang, dan seketika itu juga belasan anggotanya berdatangan lalu menyerang Li Xhiang dengan pedang mereka.
Menghadapi serangan yang begitu banyak, Li Xhiang justru masih terlihat santai menghindari serangan-serangan yang datang dari berbagai arah, bahkan Li Xhiang dengan mudahnya menyayat beberapa urat-urat tertentu mereka agar tidak bisa bergerak, sedangkan kedua orang yang tadi sudah lebih dulu lari menyelamatkan diri.
"Panglima Lian, maaf kami terlambat! Panglima lindungi saja Yang Mulia, serahkan saja mereka kepada kami," kata sosok gadis bergaun biru.
"Terima kasih Nona Han, maaf telah merepotkanmu," kata Lian Bai.
"Tidak apa-apa, guru sudah memberikan tugas untuk membantu Panglima melindungi Kerajaan, pergilah," ucap gadis tersebut.
Lian Bai mengangguk dan kemudian dia segera pergi ke tempat Raja Song berada, sedangkan gadis berusia 23 tahun itu memperhatikan kelima sosok yang sudah membuat Lian Bai kerepotan menghadapi mereka berlima.
Kelima pria itu terpana melihat kecantikan wajah gadis tersebut, nafsu membunuh mereka seketika itu juga berubah menjadi nafsu birahi, dan mereka sama-sama ingin segera melumpuhkan gadis tersebut, namun sebelum niat mereka dilaksanakan, muncul empat sosok wanita lain dan kini sudah ada lima wanita yang semuanya memegang pedang.
"Perguruan Bunga Biru! Kenapa aku jadi lupa dengan pakaian mereka?" kata salah satu dari mereka.
Keempat pria lainnya melihat kesana-kemari seperti sedang mencari seseorang, namun mereka tidak menemukan orang yang sedang mereka cari.
"Apakah Ling Yang juga datang bersama dengan kalian?" tanya salah satu dari mereka.
"Untuk menghadapi kalian tidak perlu guru kami yang bertindak, kami saja sudah cukup untuk mengalahkan kalian," jawab gadis tersebut lalu dia dan keempat wanita lainnya secara bersamaan mengangkat pedang lalu mereka maju menyerang kelima sosok pria yang merupakan para pembunuh.
Lian Bai yang baru tiba di tempat Raja Song berada terkejut saat melihat musuh yang semuanya terbaring di atas lantai, tubuh mereka kamu, namun mereka masih hidup.
"Panglima Lian, maaf aku tidak tega untuk membunuh mereka, jadi aku melumpuhkan beberapa syaraf mereka agar tidak bisa bergerak," kata seorang pria paruh baya.
"Terima kasih Pendeta Yu, ini sudah lebih dari cukup! Apakah Pendeta Bai Long juga datang?" tanya Lian Bai.
"Tidak, kakak Bai Long tidak sempat datang karena ada urusan penting, itu sebabnya aku yang datang kesini bersama dengan murid-murid lainnya," jawab pria paruh baya tersebut yang bernama Yu Kang.
Lian Bai menghela nafas lega karena akhirnya bala bantuan sudah tiba. Dengan datangnya bala bantuan walau hanya sedikit saja, tapi itu sudah cukup untuk mengubah arus, dan hanya dalam waktu singkat saja, para pembunuh itu mulai mundur, namun beberapa sudah ada yang tertangkap.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣