Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Sahabat.
HAPPY READING...
***
"Aku mau kamar yang itu saja..." ucap Mika. menjatuhkan pilihannya pada kamar di lantai dasar dibandingkan kamar di lantai atas yang menurutnya kurang nyaman. terlebih karena Mika malas memindahkan barang-barangnya termasuk buku pelajaran ke sana. akan lebih melelahkan bukan naik turun setiap hari. jadi Mika memilih untuk tidur di kamar bawah saja.
"Yakin?" ulang Rehan. mungkin saja Mika akan berubah pikiran nanti.
tapi melihat gadis itu mengangguk untuk kesekian kalinya, Rehan akhirnya pasrah dan mendapatkan kamar di lantai atas rumah ini.
"Kalau kau takut, bisa menemuiku di atas.." goda Rehan pada Mika. karena mungkin saja nyali Mika masih sama seperti saat kecil. takut akan gelap. Rehan ingat, dulu Mika sering menangis ketika gelap dan sendirian.
"Ck..." Mika kesal mendengar ucapan Rehan. "Tidak sudi ya...".
"Apa kau masih takut gelap?" selidik Rehan dengan tampang menjengkelkan. seperti tengah mengorek kelemahan dari gadis di depannya itu.
"Tidak.." jawab Mika tegas. dulu memang ia penakut akan gelap dan hening. hanya saja sekarang Mika telah tumbuh besar, ia tak lagi seperti itu.
apalagi semua itu ia lakukan untuk membuat Rehan tak berani mengganggunya.
bisa saja kan kalau Rehan akan mengerjainya karena tau Mika masih takut akan gelap.
"Baguslah kalau begitu..." jawab Rehan dan mengambil kopernya menuju ke lantai atas tempat kamarnya berada. sedangkan Mika juga sibuk beberes di kamarnya. menata segala barang-barangnya termasuk buku pelajaran.
Mereka sama-sama terhanyut dalam kesibukan masing-masing. hingga saat menjelang senja, Tiba-tiba Rehan menemui Mika.
Tanpa mengetuk pintu dulu, pria itu dengan seenaknya masuk ke kamar Mika.
"Hei!" teriak Mika yang saat itu baru swkwsai mandi.
menangkup kan tangannya membuat benteng untuk menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya terbalut handuk sebatas lutut.
sungguh Mika terkejut dengan kedatangan Rehan itu.
"Kau gila ya?" protesnya.
Rehan hanya memutar tubuhnya. sungguh ia juga terkejut saat ini. mana tau kalau Mika batu selesai mandi. dan mengutuk dirinya karena telah gegabah masuk ke kamar gadis itu. Ya.. walaupun sebenarnya normal saja kan? Mereka kan pasangan suami istri. hehehe...
"Sorry..." ucap Rehan.
Mika langsung menyambar selimut. menutup tubuhnya dengan benda itu sampai menjuntai ke lantai dimana menyisakan kepalanya saja yang terlihat.
"sudah..." jawab Mika memberitahu Rehan. dan dengan penuh kehati-hatian, Rehan memutar tubuhnya. memastikan kalau Mika sudah benar-benar menutup tubuhnya tidak seperti tadi.
"Kenapa kau teledor sekali sih..." protes Rehan.
Ha?
tentu saja Mika tak paham apa yang dikatakan pria itu.
"Seharusnya kau mengunci pintu, bagaimana kalau ada yang tiba-tiba masuk seperti tadi... kau itu seorang gadis..." lanjut Rehan.
Tunggu... seharusnya yang berhak marah kan Aku... kenapa malah dia? batin Mika.
"Kau yang tiba-tiba masuk kan? kenapa memarahiku?" protes Mika.
"Ahh.. lupakan... aku mau mengatakan sesuatu padamu..." ucap Rehan. mengalihkan pembicaraan.
"Apa?".
"Aku mau bertemu dengan temanku, aku sudah memesan makan dan sebentar lagi datang... jaga rumah, oke?" ucap Rehan panjang lebar menjelaskan pada Mika.
"Hm," jawab Mika singkat.
"Baiklah, aku pergi... kunci pintunya. aku sudah membawa kunci cadangan..." ucap Rehan dan segera meninggalkan kamar Mika.
Terdengar suara deru mobil menandakan Rehan benar-benar telah pergi dari sana.
Aku sendirian... batin Mika menatap langit yang kemerahan dari balik jendela kamarnya.
***
"Hahaha..."
Hanya terdengar tawa dari salah satu ruangan di tempat yang memekakan telinga oleh suara musik yang keras. disini lah pada akhirnya Rehan berada. duduk berkumpul dengan 2 sahabatnya, Rio dan Sandi.
Kedua sahabat Rehan itu tak henti-hentinya tertawa melihat nasib buruk Rehan saat ini. menikah dengan tiba-tiba apalagi dengan gadis pilihan Kakeknya.
dan lebih parahnya adalah sepupu Rehan sendiri. mungkin inilah yang dinamakan sudah jatuh tertimpa tangga pula.
"Terus saja tertawa..." umpat Rey. sungguh kelakuan sahabatnya itu benar-benar menjengkelkan baginya.
"Aku hanya tak menyangka Rey, kau tiba-tiba pulang ke Negara ini hanya untuk menikah..." ucap Sandi.
diantara ketiganya hanya Sandi yang maiah melajang saat ini.
sedangkan Rio juga baru saja menikah beberapa bulan yang lalu.
"T*i!" umpat Rehan lagi.
"Aku belum pernah melihat sepupumu itu..." ucap Rio. Keluarga besar Rehan itu tak pernah mengekspos anggota keluarganya. jadi tak ada yang tau bagaimana wajah sepupu Rehan itu.
"Dia masih kuliah..." ungkap Rey pada Rio.
dan Sandi kembali tertawa. entah sebuah keberuntungan atau malah kesialan dari Rehan yang menikah dengan gadis muda.
Rio menepuk pelan bahu Sandi supaya pria itu menyudahi tawanya.
"Apa tak ada gadis lain hingga kau memilih yang masih kuliah? kau terlihat seperti penjahat anak tau tidak?" ucap Sandi.
"Si br*ngsek ini kalau ngomong seenaknya ya..." umpat Rehan.
penjahat anak? ck... memang apa yang dilakukannya? Rehan bahkan tak menginginkan takdir ini. semua ini adalah keinginan Kakek.
"Aku tidak tau apa yang dipikirkan Kakek sampai melakukan ini... bahkan dia terlihat sehat-sehat saja sekarang..." keluh Rehan. padahal sebelum ini kondisi kakeknya benar-benar terlihat memprihatinkan. tapi setelah Rehan dan Mika menikah, justru Kakek teleihat segar bugar.
Rio tersenyum. terkadang sebuah tindakan licik memang sering terjadi dalam dunia bisnis. mungkin ini juga yang dilakukan Kakek untuk masa depan keluarganya. karena Perusahaan keluarga itu benar-benar berkembang sangat pesat di masa ini.
"Apa dia menerimanya?" tanya Sandi penasaran.
Biasanya seorang gadis akan menerima perjodohan karena dua hal. kalau tidak karena terdesak ekomoni ya karena tumbal orang tua.
tapi kali ini berbeda.
Sepupu Rehan itu bukan orang kekurangan yang mengincar orang kaya untuk dijadikan suami. tak mungkin juga karena desakan orang tuanya. jadi tak mungkin juga langsung setuju begitu saja menerima pernikahan yang tak dikehendaki.
"Tidak..." jawab Rehan. bukan hanya Mika, dirinya juga tak menerima pernikahan ini. hanya saja mereka terpaksa melakukannya karena desakan Kakek.
bahkan Rehan juga tak tau akan seperti apa nanti hubungan yang ia bangun atas dasar kebohongan ini.
karena Rehan yakin kalau semuanya tak akan seperti yang Kakek harapkan.
"Kalian benar-benar sinting..." umpat Sandi.
tak habis pikir dengan jalan pikiran keduanya. bagaimana bisa Rehan dan Mika bisa melakukan hal ini. mereka benar-benar sekongkol untuk melakukan penipuan terhadap keluarga besarnya bukan?
"Kau salah Rey..." ucap Rio. walaupun Rehan sahabatnya, tapi Rio tetap tidak membenarkan apa yang dilakukan sahabatnya itu. apalagi ini menyangkut tentang sebuah hubungan dan bersaksi di depan Tuhan juga.
"Mau bagaimana lagi? aggghhh... aku pusing memikirkannya...". Rehan menjatuhkan kepalanya di sofa yang ia duduki.
"Sudah, minum saja lagi..." ucap Sandi. menyodorkan gelas kecil berisi minuman beralkohol pada sahabatnya itu.
dan Rehan menerimanya dan langsung menenggak minuman itu. rasa pekat dan sedikit pait langsung masuk ke tenggorokan. menyisakan sensasi terbakar berbau kuat.
***