Ayah adalah sosok orang yang selalu berjuang untuk membahagiakan putrinya. Kebahagiaan akan selalu dirasakan seorang anak jika ayah selalu disampingnya.
Tapi, siapa sangka jika kebahagiaan itu tiba tiba harus hilang dengan sekejap.
Bisakah rasa bahagia itu hadir kembali seperti dulu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikhlas
Pagi ini Naura pergi ke kantor sudah siap membawa surat resign nya. Naura masih menyimpannya di dalam tas. Naura melakukan aktivitas di kantor seperti biasanya.
Tak berapa lama, teman-teman Naura mulai datang untuk absen di kantor. Kebetulan ada salah satu teman Naura yang merupakan karyawan baru di kantor tersebut. Tiba-tiba Naura muncul ide.
"Rafi, aku boleh minta tolong tidak?" tanya Naura.
"Boleh mba, mau minta tolong apa ?" tanya Rafi.
"Hari ini kamu ikut briefing ke kantor pusat tidak ?" tanya Naura.
"Iya mba, setelah ini saya langsung on the way ke kantor pusat, memangnya ada apa mba ?
"Saya mau titip sesuatu ya. Tolong berikan ini ke HRD" ucap Naura sambil menyodorkan amplop putih pada Rafi.
"Oh iya mba, nanti saya berikan" ucap Rafi.
"Memangnya itu apa Naura?" tanya salah satu teman yang lain.
"Surat cuti" ucap Naura secara spontan karena tak mungkin ia menjawab yang sejujurnya.
"Kapan kamu akan cuti?" sahut temannya yang lain.
"Minggu depan, ada acara keluarga. Jadi, aku coba ajukan cutinya sekarang saja supaya nanti ada yang menggantikan aku" ucap Naura.
Teman-teman Naura mulai menjalankan pekerjaan mereka masing-masing. Tak lama setelah Rafi menyampaikan suratnya kepada HRD, pihak HRD menghubungi Naura untuk meminta penjelasan kenapa Naura mengajukan resign.
"Hallo mba Naura, ini barusan kan saya terima surat dari Rafi. Ketika saya buka ternyata isinya surat pengajuan resign atas nama mba Naura. Kalau boleh saya tau, ada permasalahan apa ya mba? kenapa mba ajukan resign ? padahal saya lihat kinerja mba juga baik-baik saja" tanya pihak HRD.
"Mohon maaf sebelumnya mba, ini saya membuat keputusan untuk resign juga merupakan keputusan yang sangat berat mba. Saya sangat nyaman bekerja disini. Tidak ada permasalahan juga. Tapi, semua ini saya lakukan semata-mata karena tidak tega meninggalkan anak saya yang masih kecil untuk bekerja mba" ucap Naura.
" Bener mba? hanya karena mba mau mengurus anak mba, jadi mba ajukan resign?" tanya pihak HRD.
"Iya mba bener" ucap Naura.
"Kalau begitu, ini coba saya ajukan dulu ke kepala cabang dan direktur ya mba. Untuk keputusannya nanti saya kabari mba Naura lagi, terimakasih" ucap HRD.
Setelah menutup telphone, Naura kembali melanjutkan pekerjaannya. Kepala cabang menghubungi Naura dan bertanya.
" Ada permasalahan apa mba kok mengajukan resign ?" tanya kepala cabang.
"Tidak ada apa-apa pak. Hanya saja saya ingin merawat anak saya dirumah" ucap Naura.
"Yang bener mba? apa ada masalah dengan teman-teman sekantor cabang? cerita saja tidak apa-apa" ucap pimpinan cabang.
"Tidak pak, tidak ada permasalahan apapun disini. Saya juga tidak ada masalah dengan teman-teman yang lain, semuanya baik" ucap Naura sambil meneteskan air mata.
"Kalau misalkan memang ada masalah, jangan sungkan cerita dengan saya ya mba. Saya dengan senang hati akan mendengarkan dan tidak akan membocorkannya kepada siapapun" ucap kepala cabang.
"Iya pak. Terimakasih banyak atas perhatian bapak kepada saya. Tapi, sungguh saya mengajukan resign ini karena saya merasa berat meninggalkan anak saya yang masih kecil dirumah. Saya sangat bahagia bisa bekerja di kantor ini. Saya juga berat sekali harus membuat keputusan seperti ini, tapi saya harus membuat pilihan. Semoga keputusan ini yang terbaik" ucap Naura.
Naura tak henti-hentinya meneteskan air mata. Ia benar-benar berat untuk melepaskan pekerjaan ini. Beruntung saja ia hanya sendiri di kantor, jadi tak ada temannya yang melihatnya menangis. Jam pelayanan nasabah juga sudah selesai, jadi tak ada nasabah satupun yang datang ke kantor.
Naura segera mengusap air matanya dengan tisu. Ia takut jika ada teman yang melihatnya menangis. Ia mencoba untuk menenangkan diri, minum air putih dan beristirahat sejenak.
Tak lama kemudian HRD menghubungi Naura lagi.
"Mba, kamu mengajukan resign per tanggal berapa mba?" tanya HRD.
"Untuk minggu depan mba. Bulan ini kan berakhir di minggu depan, nah mulai bulan depan saya tidak akan masuk kerja lagi" ucap Naura.
"Mba, tadi saya sudah sampaikan ke pihak kepala cabang dan direktur. Mungkin kepala cabang sudah menghubungi mba ya?" tanya HRD.
"Iya mba, tadi sudah menghubungi saya" ucap Naura.
" Untuk direktur menyetujui keputusan resign mba Naura, tapi bagaimana jika itu diundur satu bulan lagi ? jadi, untuk bulan depan mba masih bekerja disini" tanya HRD.
"Mohon maaf sebelumnya mba, sepertinya saya tidak bisa. Saya sudah membicarakan ini dengan keluarga dan memutuskan untuk bekerja sampai bulan ini saja" ucap Naura.
"Oohh begitu ya mba..... sebenarnya pihak direktur sangat menyayangkan dengan keputusan mba resign. Pihak kantor masih sangat membutuhkan mba Naura. Apalagi kinerja mba Naura sangat baik di kantor ini. Tidak ada permasalahan juga. Jadi, misalkan untuk kedepannya mba Naura berubah pikiran dan ingin bekerja lagi, mba bisa suka lamaran pekerjaan di kantor ini ya mba. Insyaallah pasti kami akan menerima mba dengan senang hati" ucap HRD.
"Ya Allah mba.....(sambil meneteskan air mata) sebenarnya ini keputusan yang sangat berat untuk saya mba. Jauh di dalam lubuk hati saya, saya masih menginginkan pekerjaan ini. Masih ingin bekerja di kantor ini, tapi saya akan berusaha ikhlas melepas ini untuk melakukan tanggung jawab saya sebagai ibu mba. Terimakasih banyak atas tawarannya mba, kantor ini sangat berjasa untuk hidup saya mba. Terimakasih atas semua kebaikan dari kantor ini untuk saya. Saya tidak akan pernah melupakan semua atasan dan karyawan di kantor ini yang sudah saya anggap sebagai saudara. Tolong sampaikan rasa hormat dan terimakasih saya kepada direktur ya mba" ucap Naura.
"Iya mba....." ucap HRD sambil menutup telphone.
Naura masih tak henti-hentinya meneteskan air mata. Ia tak dapat membohongi hatinya jika ini keputusan yang benar-benar sulit.
Akhirnya jam kerja telah usai, Naura bergegas pulang dan menemui putri kecilnya supaya ia dapat melupakan rasa sedih ini. Saat sampai dirumah, Naura melihat putrinya tiduran di stroller bersama dengan ayahnya yang senantiasa mengabadikan setiap moment lucu putri kecilnya itu. Semua foto dan video di handphone ayah Naura hanya berisi tentang putri kecilnya.
Naura langsung menggendong, memeluk, dan mencium putri kecilnya. Menahan supaya air matanya tidak menetes di depan ayah. Namun apalah daya, ayah selalu tahu bagaimana perasaan Naura.
"Ada apa Naura? kenapa kamu menangis?" tanya ayah.
"Tidak apa-apa yah.....Naura hanya capek saja" ucap Naura menutupinya.
"Kalau capek istirahat saja dulu di kamar, tidak usah menangis. Sini biar ayah yang menggendong anakmu" ucap ayah.
Naura tak bergeming, malah meneteskan air mata dan menangis tersedu-sedu.