"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan pena tanpa tinta
"aku tidak mau, bisa gak, kalau aku di sini aja?" ucap Raina dengan memelas.
"kamu pikir aku tidak," jawab Bara dengan malas.
"lagi pula, kalian ini aneh sekali, aku seseorang yang memiliki mimpi indah tentang keluarga, sekarang juga terjebak di keanehan ini."ucap Raina dengan pelan.
"kamu saja yang tidak tahu dunia luar, isi kepala mu hanya makan, makan, makan, dan belajar, juga bekerja. Aku curiga, tidak ada yang mau berteman dengan mu." ujar Bara dengan memandang aneh Raina.
Raina dan Bara keduanya justru sedang berdebat, karena keluarga Dominick, meminta mereka untuk datang menghadiri acara keluarga, yang memang rutin di adakan setiap tahun.
Meski baru beberapa hari mengadakan pesta, rupanya kali ini, kedua orang tua Bara yang bertepatan sebagai tuan rumah.
Hal itu tentu saja membuat Raina enggan, mengingat beberapa waktu lalu, ibu Bara sangat tidak suka kepadanya, apa lagi, Raina juga akan bertemu Brian, dan juga Alicia. Raina bahkan tidak bisa membayangkan, bagaimana romantisnya keduanya, sementara dia dan Bara seperti orang asing. Seketika Raina menggeleng dan bergidik ngeri, membuat Bara yang tidak sengaja menoleh kearahnya merasa heran.
"kamu kenapa lagi?" tanya Bara heran.
"aku bahkan tidak sanggup membayangkan, bagaimana aku nanti di sana." ucap Raina pelan.
"kamu juga tahu, aku bukan siapa-siapa, pasti kamu juga akan di permalukan, karena menikahi gadis miskin, bukan gadis terhormat seperti keluargamu pada umumnya." tambah Raina lagi.
Bara terdiam mendengar penuturan Raina, benar yang di katakan Raina, mungkin kedatangan keduanya hanya akan digunakan sebagai lelucon, terutama oleh ibunya. Dia pasti akan berbangga dengan pernikahan Brian, sementara dirinya? tidak sama sekali.
"kamu jangan khawatir, kalau ada yang mencoba merendahkan mu, aku akan pastikan, dia menyesal." ucap Bara dengan membuang nafasnya kasar.
"tapi, kali ini aku harus hadir, dan aku membutuhkan mu Raina." ujar Bara dengan menatap Raina memohon.
"tolong aku, kali ini. Ada harga mahal yang harus ku bayar, setelah pertemuan kali ini, aku tidak akan memaksamu untuk mengikuti istilah keluarga, atau apapun itu." sambung Bara lagi dengan sungguh-sungguh.
"serius? kita akan datang?" tanya Raina lagi, dia bahkan masih ragu, sanggup berdiri atau tidak nanti.
***
Memakai gaun yang di padukan dengan motif batik, tetapi tidak mengurangi kemewahan dari gaun yang berwarna biru cerah, juga sepatu yang tidak terlalu tinggi, rambut panjangnya yang terurai dengan rapih, ada beberapa hiasan di atas telinganya, juga bibirnya yang berwarna merah muda, sungguh pemandangan yang sangat indah.
Ini untuk kedua kalinya, Raina di poles sedemikan rupa, untuk terlihat sangat cantik, dan mempesona. Bara yang melihatnya cukup terpana, segera senyumnya tergaris dengan sempurna, tangan kanan miliknya segera menyambut kedatangannya.
"kamu cantik sekali, ini perfeck Raina ." ujar Bara dengan berbisik pelan, di telinga Raina.
"aku tidak bisa lama-lama, janji ya." ucap Raina dengan cemas.
"siap, tuan putri!" jawab Bara dengan tersenyum lebar, akan tetapi, senyum itu justru terlihat seperti tertawa mengejek yang Bara berikan untuknya. Padahal, Bara tersenyum dengan tulus, dia juga sangat terpikat dengan penampilan Raina, karena dia baru memperhatikan Raina, saat keduanya menikah, Bara bahkan tidak sama sekali memperhatikan.
Tak lama, keduanya sampai di kediaman Dominick, Bukan di rumah , tetapi di sebuah hotel yang cukup terkenal, karena ternyata, ayah Bara sengaja menggabung acara tersebut dengan acara lain, dengan segera, Bara di sambut oleh beberapa orang di sana. Kedua orang tua Bara juga sedang sibuk menjamu tamu-tamu mereka.
Rupanya, hari ini juga ada penyambutan atas keberhasilan salah satu perusahaan milik keluarga Dominick, di mana ayah Bara yang memiliki tanggung jawab sebagai pimpinan.
"wah, selamat datang pak Bara dan istri, kalian sangat serasi." ucap salah seorang.
"terimakasih untuk pujian anda, tuan. " jawab Bara dengan tersenyum, sementara Raina masih asik memegangi lengannya, dengan mencoba tersenyum ramah
"tuh kan, ayah dan ibu mu, bahkan tidk perduli kita datang, atau tidak, harusnya kita tidak perlu di sini." ujar Raina dengan berbisik.
"semua orang di sini, adalah salah satu sasaran investasi ku, jadi aku tidak bisa membiarkan kesempatan ini begitu saja."balas Bara.
"aku bahkan tidak perduli di mana mereka, kalau kamu lelah, ini kartu ku, kamu pakai saja di kamar sana, nanti aku menyusul." ucap Bara dengan memberikan sebuah kartu kepada Raina.
***
"Ra, tunggu!"
"Sial!" kenapa aku harus mendengar suara itu lagi, batin Raina dengan malas, dia bahkan hanya berhenti melangkah, dia tak ingin menoleh.
"Ra, aku masih butuh penjelas."
"aku tahu, kamu juga sama merindukan ku." ucapnya lagi, dengan pelan. Nyaris saja, Raina luruh jika mendengar rasanya terbalaskan.
"Maaf, tinta ku sudah mengering, dan aku tidak berniat mengganti pena ku dengan yang lain!" balas Raina dengan segera mempercepat langkah kakinya, dan berlalu dengan cepat.
"mungkin, suatu saat kamu meminta ku kembali, saat kamu menyadari, betapa rasa ku untuk mu, tapi maaf, jika aku tidak lagi bersedia bersama mu, sebab luka itu sudah mengering, tanpa pernah sembuh.🥀"