Setelah patah hati, untuk pertama kalinya Rilly mendatangi sebuah club malam. Siapa sangka di sana adalah awal mula hidupnya jadi berubah total.
Rilly adalah seorang nona muda di keluarga Aditama, namun dia ditawan oleh seorang Mafia hanya karena salah paham, hanya karena Rilly menerima sebuah syal berwarna merah pemberian wanita asing di club malam tersebut.
"Ternyata kamu sudah sadar Cathlen," ucap seorang pria asing dengan bibir tersenyum miring.
"Siapa Cathlen? aku Rilly! Rilly Aditama!!" bantah gadis itu dengan suara yang tinggi, namun tubuhnya gemetar melihat semua tatto di tubuh pria tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TSM Bab 6 - Kamu Adalah Cathlen
"Harus berapa kali aku mengatakannya, namaku adalah Rilly, Rilly Aditama, aku berasal dari Indonesia, bukan negara ini. Semuanya hanya salah paham, aku bahkan tidak mengenal wanita yang namanya selalu kalian sebut, Cathlen, aku bukan Cathlen," terang Rilly lagi.
Sebelumnya Liam bicara dengan suaranya yang pelan, meski sangat dingin. Jadi sekarang Rilly pun melakukan hal yang sama. Dia bicara pelan dan tidak lagi menunjukkan suaranya yang tinggi.
Dia selalu bisa menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya. Aura sang nona muda terpancar jelas dari sikapnya.
Tapi di mata Liam, wanita ini sangat licik. Begitu pas jadi bagian dari Black Venom. Hanya saja dia harus menunjukkan sedikit kekejaman untuk membuat wanita itu patuh.
Dan sungguh, Liam sedikitpun tidak mempercayai semua bualan wanita pelaccur tersebut.
"Baiklah, sepertinya kamu memang benar-benar belum mengenalku," balas Liam. Dia mengangkat tangan kanannya, memberi isyarat pada Frans untuk keluar.
Liam akan membuat Cathlen sadar bahwa saat ini yang dia hadapi adalah pimpinan Black Venom, organisasi Mafia yang paling ditakuti di kota Servo.
Jadi ... berhenti main-main.
Frans yang memahami perintah sang tuan melalui isyarat itu pun langsung keluar dari kamar tersebut, dia juga kembali mengunci pintu itu.
Dan melihat semua ini, Rilly seketika mendelik. Dia seperti hendak menghadapi sebuah penghukuman.
Rilly sontak mundur saat melihat tatapan Liam jadi lebih tajam.
"Jangan mendekat!" pekik Rilly.
Tapi semua terjadi di luar kendalinya, Rilly bahkan seperti tidak melihat kapan pria itu bergerak, namun tiba-tiba sudah berdiri di hadapan dan mencengkram kuat rahangnya.
Akh! nafas Rilly tercekak, menahan sakit luar biasa. Dua tangannya terus memukul tangan Liam agar melepaskan, namun tidak membuahkan hasil apa-apa.
"Yang kamu hadapi sekarang adalah pimpinan mafia di kota Servo, Black Venom. Aku bisa saja mencincang tubuh mu tanpa belas kasih, jadi berhentilah main-main. Kedatangan mu ke markas ini untuk jadi bagian dari kami, paham?" tanya Liam.
Rilly tak akan bisa menjawab pertanyaan itu, rahangnya seperti nyaris pecah. hanya air bening yang keluar dari dua matanya sebagai jawaban.
Mafia?
Black Venom?
Kehidupan seperti itu tak pernah Rilly bayangkan selama ini.
"Aku tidak peduli semua bualan mu, Indonesia, Rilly Aditama, aku tidak peduli. Jika aku mengatakan bahwa kamu adalah Cathlen, maka kamu adalah Cathlen, paham?" tanya Liam lagi.
Dan setelah mengatakan kalimat penuh ancaman itu, Liam pun segera mendorong tubuh Cathlen dengan kuat hingga jatuh di atas lantai.
Brugh!!
Tubuh Rilly sampai mengenai sofa di ujung ranjang.
Tak sampai di sana saja, Liam bahkan melepas ikkat pinggangnya dan mulai mencambbuk tubuh Cathlen sebanyak 3 kali.
Sampai teriakan gadis itu begitu melengking menggema di dalam kamar.
Tangis yang sejak tadi tanpa suara kini mulai terdengar jelas. Remuk sudah tubuhnya.
Liam kemudian berjongkok tepat di wajah Cathlen yang kesakitan.
"Kamu adalah Cathlen, paham?" tanya Liam.
Rilly tak bisa menjawab, dia hanya mampu menangis. Bagaimana bisa dalam sekejab saja hidupnya berubah jadi seperti ini. Rilly sampai melupakan semua sakit hatinya pada Louis. Karena kini dia sendiri tak bisa menangani hidupnya.
Dan diamnya Cathlen itu, membuat Liam jadi geram. Dia lantas menjambak rambut panjang Cathlen dan semakin mendekatkan wajah mereka.
Sampai Rilly bisa melihat dengan jelas sorot mata yang paling menakutkan.
"Jawab pertanyaan ku, kamu adalah Cathlen, paham?" tanya Liam.
Dan pada akhirnya Rilly mengangguk. Seirama dengan air matanya yang bertubi jatuh.