Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
“Lepaskan dia! Berani sekali kau menyentuh anakku, aku pastikan kau tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup,” teriak tuan Page.
Senyum iblis Briela terukir dengan sangat jelas, bahkan dalam situasi seperti itu dia tidak melepaskan cengkraman tangannya dari leher Widaw.
Mata tuan Page membulat sempurna dengan mengeratkan rahangnya, dia tidak menyangka jika wanita paruh baya yang berada di hadapannya memiliki keberanian yang lebih.
Widaw Page ingin melawan dengan menarik tangan Briela dari lehernya, tapi Briela dengan cepat menggenggam tangan Widaw dan memutarnya ke belakang hingga terdengar suara tulang yang patah.
“Aaaaaaaarrgh!” teriak Widaw.
Cengkraman Briela lepaskan tapi kali ini tangan Widaw yang di lipat ke belakang dan tekuknya di tendang dengan cepat hingga posisinya terduduk dan punggungnya sedikit membungkuk karena kaki Briela berada di sana.
“Berani sekali kau melakukannya, dia adalah anakku!!!”
“Bunuh mereka!!” teriak tuan Page dengan geram.
Para bodyguard nya kembali mendekat dan memberikan pukulan kepada Briela, tapi Lily dengan cepat melompat dan memberikan sebuah pukulan dan tendangan kepada beberapa pria yang ingin mendekati Briela.
Lily bertarung dengan sengit hingga membuat beberapa bodyguard terhempas. Beberapa bodyguard di antara mereka pun mendekati Briela dengan cepat memberikan pukulan tapi dengan cepat Briela menghindar dan melawan mereka.
Widaw yang mendapatkan kesempatan lolos segera berlari ke arah tuan Page dengan merintih kesakitan di tangannya.
Briela dan Lily sangat lihai dalam perkelahian tersebut hingga membuat mata tuan Page membulat. Bagaimana bisa para bodyguard terhempas begitu saja oleh dua orang wanita yang berada di hadapannya itu.
“Dasar sekelompok rakyat jelata, bagaimana bisa kalian di kalahkan oleh dua wanita jalang seperti mereka,” teriak tuan Page.
Mendengar itu, Briela menajamkan tatapannya layaknya elang. Kepala bodyguard yang saat itu berada di genggamannya dengan hentakan keras, dia membenturkannya di atas meja kasino untuk memberi peringatan kepada Page.
Briela dengan perlahan melangkah ingin mendekati Page yang saat itu langkahnya mundur perlahan karena keberaniannya mulai menciut mendapatkan tatapan tajam Briela.
“Gubernur Max datang,” suara teriakan menggema.
Page kemudian tersenyum, dia menatap ke arah pintu dan segera berlari keil mendekati rombongan beberapa pria yang terlihat sebagai pengawal Gubernur Max, Gubernur wilayah Utara.
“Selamat datang Gubernur Max, lihat wanit itu, dia telah menyakiti anakku,” ucap Page.
“Tolong Gubernur membunuh pengacau ini,” ucap Page kembali dengan sedikit tersenyum penuh kemenangan.
Kali ini penguasa Utara mengunjunginya pertama kali di tempat kasino miliknya merasa sedikit tersanjung. Beberapa tahun berlalu bahkan Gubernur Max sering menolak undangan apapun dari Page, karena Gubernur Max tahu jika perangai Page tidak bagus.
Dia sering kali mendengar bagaimana arogannya Page, tapi Max tidak bisa menggulingkan semua usahanya dengan memiliki alasan seperti itu, sangat tidak logis. Bagi Max jika tidak saling mengganggu makan tidak akan ada yang harus dipermasalahkan.
Kasino itupun memiliki aturan main. Max awalnya tidak setuju tapi sumbangan Page sangat banyak kepada penduduk wilayah utara, belum lagi di awal pembangunan, aturan kasino memiliki banyak batasan. Dan sejauh ini belum ada masalah yang Max temukan sebagai bukti yang bisa menjatuhkannya.
Max belum mendapatkan bagaimana kejinya Page menjalankan usaha kasinonya itu.
Kali ini wajah Page sangat garang memasuki ruangan. Kedatangannya karena dia baru saja mendapatkan laporan jika seorang gadis remaja akan dilecehkan di tempat itu, tapi kenyataan lain dia dapatkan adalah, sedang ada masalah di sana.
“Tuan Max, cepat bawa wanita gila ini kepengadilan, dan berikan mereka hukuman mati karena telah mengacau di tempatku ini,” ucap Page
kembali.
Dia sedari tadi melaporkan hal-hal yang tidak berguna hingga membuat Max muak.
“Diam!!”
Page mendengarkan hal itu kemudian terdiam dan menggenggam erat jemarinya. Dia tidak menyangka jika Max akan mempermalukannya di depan seorang wanita yang akan diberinya pembalasan.
“Siapa kau dan apa yang kau lakukan di tempat ini?!” tanya Max kepada Briela.
Tanpa basa basi Briela mengeluarkan sebuah pelakat kerajaan Leonor dengan lambang mahkota di sana. Mata Max membulat sempurna. Dengan cepat dia berlutut dan memberikan hormat.
“Yang Mulia Ratu, hormat kami!” ucap Max dengan tegas.
Widaw dan Page melihat itu tidak percaya, bahkan mata mereka membulat dan lutut mereka merasa lemah. Mereka berdua berlutut dengan sendirinya dengan rasa yang masih tidak percaya jika di hadapannya kali ini adalah Ratu Leonor.
“Ratu?” ucap Widaw.
“Ayah, bukannya Ratu saat ini sedang sakit, bagaimana bisa dia…”
“Kau benar, benar, ratu apa maksudnya,” ucap Page.
Dia kemudian mendekati Max yang masih menundukkan kepalanya dan bertanya tentang siapa wanita yang berada di hadapannya itu.
“Dasar bodoh, beliau adalah Ratu Briela Leonor, putri tunggal pewaris kerajaan Leonor yang baru saja kembali,” ucap Max.
“A-a…paaa?” ucap Page gugup.
“Berdirilah,” perintah Briela kepada Gubernur Max.
Max kemudian memberi hormat kemudian berdiri dari tempatnya, dia kemudian paham jika orang besar yang dimaksud oleh Jenderal Antonio adalah kedatangan Ratu sendiri di wilayahnya, dia telah mendapatkan informasi tersebut beberapa hari sebelum kunjungan Ratu Briela di tempatnya.
“Kau benar, dan kali ini kedatanganku untuk menghabisi para penghianat negara,” ucap Briela dengan melirik ke arah Page yang masih terdiam dan berusaha terlihat tidak mengetahui apa pun.
Briela menjelaskan jika saat ini dia memiliki beberapa nama sebagai penghianat negara. Awalnya Briela ingin langsung menunjuk Page tapi dia yakin jika Page akan banyak cara menghindar, kali ini dia menunjuk Widaw Page yang terlihat dungu untuk dijadikan sasaran.
“Widaw Page bekerja sama dengan bawahan Daici, dia juga bekerja sama dengan para tuan muda wilayah barat untuk menjadi penghianat,” ucap Briela.
Widaw gugup, “Aku, aku… ti…”
“Ayahmu yang akan menerima semuanya!”
“Tidak Yang Mulia jangan. Baiklah, aku mengaku jika aku bekerja sama dengan para tuan muda wilayah barat untuk menerima dana dari Tuan Daici tapi aku benar-benar tidak tahu jika dia adalah seorang penghianat, aku melakukan itu demi perusahaanku sendiri, tidak ada hubungannya dengan penghianatan kepada negara,” jelasnya.
Mata Page membulat, dia tidak menyangka jika di belakangnya, ternyata anaknya pun termasuk salah satu orang yang berada di bawah anggota tuan Daici, bukan hanya dia. Selama ini dia merahasiakannya dari keluarganya. Sudah jadi seperti itu, tidak ada cara lain dengan mengorbankan anaknya sendiri.
Page berdiri dari tempatnya dan pura-pura memukul dan menendang anaknya. Page pun terisak dan menjelaskan di hadapan semua yang berada di dalam ruangan tersebut, jika dia sangat menyesal membesarkan seorang anak yang tidak berguna karena tidak mengutamakan kemampuannya sendiri.