Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebangkitan yang Terus Berlanjut
Setelah melakukan ritual di taman yang penuh kenangan, Anis merasakan perubahan yang mendalam dalam dirinya. Suasana di rumah tua itu semakin terasa hidup, seolah-olah semua cerita yang tersimpan dalam dinding-dindingnya mulai terungkap satu per satu. Anis dan Pak Handoko kembali ke rumah dengan semangat baru, merasa seolah mereka telah melakukan sesuatu yang benar.
Malam itu, saat duduk di ruang tamu yang hangat, Anis menghabiskan waktu bersama Pak Handoko. Mereka berbagi cerita, tertawa, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya untuk menjaga kebun dan merawat rumah. Anis merasa lebih terhubung dengan Pak Handoko, seperti dia memiliki teman sejati yang bersedia menemani dalam perjalanan ini.
Namun, meskipun suasana terasa damai, ada satu hal yang masih menghantui pikiran Anis. Ia merasa bahwa hubungan antara keluarga Fina dan keluarga pria di desa masih belum sepenuhnya terjalin. Ada keinginan di dalam hatinya untuk mempertemukan kedua keluarga tersebut—untuk menyembuhkan luka lama yang telah mengganggu mereka selama bertahun-tahun.
Dengan tekad itu, Anis mengajak Pak Handoko untuk kembali ke desa dan bertemu dengan pria tua yang mereka temui sebelumnya. “Pak, saya merasa kita harus berusaha lebih keras. Kita perlu mencari cara agar kedua keluarga ini bisa bersatu dan mengakhiri sejarah kelam yang ada,” ucap Anis dengan semangat.
Pak Handoko mengangguk. “Saya setuju, Nona. Kita perlu mencari cara agar mereka bisa saling mengenal dan saling memahami. Mungkin kita bisa mengundang mereka untuk datang ke rumah tua dan melihat bagaimana tempat ini telah berubah.”
Keesokan harinya, mereka pergi kembali ke desa dan menemui pria tua itu. Anis menjelaskan niatnya dan bagaimana mereka ingin menyatukan kedua keluarga untuk mengakhiri kesedihan yang telah berlangsung terlalu lama.
“Menarik sekali, Nona,” kata pria tua itu. “Jika Anda ingin, saya bisa membantu menghubungi beberapa anggota keluarga yang tersisa. Mereka mungkin masih memiliki kenangan dan rasa penasaran tentang sejarah mereka.”
Anis merasa senang mendengar tawaran itu. Setelah berbincang-bincang lebih lanjut, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan di rumah tua. Pria tua itu setuju untuk mengundang anggota keluarga pria yang terlibat dalam kisah cinta yang tragis itu.
Beberapa hari kemudian, persiapan untuk pertemuan itu dilakukan. Anis dan Pak Handoko berusaha menghidupkan kembali suasana rumah dengan menghias setiap sudut dengan bunga-bunga segar, menciptakan atmosfer hangat yang bisa membuat tamu merasa nyaman. Anis berharap pertemuan ini akan membawa kedamaian bagi kedua keluarga.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Anis merasa berdebar-debar ketika mendengar suara kendaraan mendekat. Ketika pintu terbuka, tampak beberapa anggota keluarga pria itu memasuki rumah dengan rasa ingin tahu. Mereka terlihat ragu-ragu, tetapi senyuman tulus Anis dan Pak Handoko segera menghilangkan ketegangan di udara.
“Selamat datang di rumah tua ini,” sapa Anis, sambil membuka pintu lebar-lebar. “Kami berharap kalian bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan di sini.”
Setelah mereka saling berkenalan dan berbincang-bincang, suasana mulai mencair. Anis menceritakan tentang ritual yang telah mereka lakukan dan bagaimana mereka berusaha menghubungkan kembali cerita-cerita lama. Ia merasa bahwa kejujuran dan ketulusan dapat membuka jalan bagi pemulihan yang telah lama ditunggu-tunggu.
Di tengah perbincangan, seorang wanita dari keluarga pria itu bernama Maya, yang merupakan cucu dari pria dalam foto yang mereka temukan, mulai bercerita. “Saya sering mendengar cerita tentang nenek Fina dan hubungan mereka yang tidak pernah terwujud. Selalu ada rasa sakit dan penyesalan dalam keluarga kami,” ungkapnya, matanya berkilau penuh emosi.
Anis mengangguk, merasakan kedalaman perasaan Maya. “Kami juga merasakan hal yang sama. Kami ingin semua orang bisa merasakan kedamaian dan mengakhiri siklus kegelapan ini,” jawab Anis.
Keduanya berbagi cerita dan pengalaman, saling membuka lembaran-lembaran sejarah yang telah terpendam. Anis merasakan energi positif mengalir di antara mereka, seolah-olah kenangan yang hilang kini mulai hidup kembali.
Satu demi satu, anggota keluarga mulai saling berbagi cerita, mengenang masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik. Anis melihat bagaimana hubungan antara kedua keluarga perlahan-lahan membaik, menghilangkan rasa curiga dan ketidakpastian yang pernah ada.
Setelah beberapa jam berbincang-bincang, mereka memutuskan untuk mengadakan ritual bersama sebagai simbol persatuan. Anis dan Pak Handoko memimpin, membimbing semua orang dalam proses yang penuh makna. Lilin-lilin dinyalakan dan bunga-bunga diletakkan sebagai tanda penghormatan bagi nenek Fina dan kekasihnya, serta semua jiwa yang terhubung dengan rumah ini.
Saat mereka mengucapkan doa bersama, Anis merasakan kehadiran yang kuat—kehadiran nenek Fina dan semua yang pernah tinggal di rumah ini. Dalam momen itu, semua orang merasakan kebangkitan yang mendalam, seolah-olah mereka telah terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari sekadar kenangan.
Setelah ritual, suasana menjadi lebih hangat dan penuh harapan. Mereka berbagi makanan, tertawa, dan saling mendukung. Anis merasa bahagia melihat bagaimana kedua keluarga dapat saling menerima dan mengatasi masa lalu.
Ketika malam semakin larut, Anis berkeliling, melihat senyum-senyum bahagia di wajah orang-orang di sekelilingnya. Ia menyadari bahwa semua usaha dan perjalanan yang telah dilaluinya tidak sia-sia. “Ini adalah awal baru,” pikirnya, penuh harapan.
Saat acara berakhir dan para tamu bersiap untuk pulang, Maya mendekati Anis. “Terima kasih atas semua ini, Anis. Kamu telah mengubah banyak hal bagi keluarga kami. Kami akan selalu mengenang pertemuan ini.”
Anis tersenyum, merasa hangat di hatinya. “Kami juga berterima kasih. Ini bukan hanya tentang keluarga kita, tetapi tentang menghormati semua yang telah terjadi dan melanjutkan perjalanan kita ke depan.”
Keesokan harinya, Anis bangun dengan rasa damai yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Rumah tua itu terasa seperti rumah yang sebenarnya, tempat di mana cinta dan harapan telah berakar. Ia dan Pak Handoko melanjutkan merawat kebun dan rumah, tetapi kini dengan semangat yang lebih besar—semangat untuk melanjutkan legasi baik yang telah ditinggalkan oleh nenek Fina dan keluarganya.
Selama beberapa bulan ke depan, Anis terus berupaya menjaga hubungan dengan keluarga pria tersebut. Mereka saling mengunjungi, berbagi cerita, dan merayakan kehidupan. Anis merasa bahwa dia telah menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya—sebuah jaringan cinta yang tidak hanya menyatukan dua keluarga, tetapi juga menghapus kegelapan yang pernah melanda rumah tua itu.
Akhirnya, Anis menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang memulihkan rumah, tetapi juga tentang mengembalikan harapan dan cinta ke dalam hidup mereka. Dengan semangat baru, dia bersumpah untuk terus melestarikan warisan nenek Fina dan menjaga rumah tua itu agar tetap menjadi tempat yang hangat dan penuh kasih.
Dengan begitu, Anis telah menemukan tujuan hidupnya di rumah angker yang lama tidak dihuni itu. Dari kegelapan yang pernah mengancam, kini ia dan semua orang yang terlibat telah menulis bab baru—bab yang penuh dengan cinta, harapan, dan kebangkitan yang tak akan pernah padam.