Maya, seorang wanita muda yang cantik dan sukses dalam karier, hidup dalam hubungan yang penuh dengan kecemburuan dan rasa curiga terhadap kekasihnya, Aldo. Sifat posesif Maya menyembunyikan rahasia gelap yang siap mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Pertemuan Tak Terduga
Aldo merasakan semangat yang baru sejak ia memulai pekerjaan di perusahaan teknologi besar. Lingkungan kerja yang dinamis dan inovatif membuatnya merasa lebih hidup. Setiap hari, ia belajar hal-hal baru dan bertemu dengan banyak orang yang inspiratif.
Suatu pagi, saat Aldo sedang mempersiapkan presentasi untuk rapat mingguan, pintu ruang kerjanya terbuka dan seorang wanita masuk. Dia memiliki rambut hitam panjang yang tergerai rapi dan senyuman yang memikat.
"Maaf mengganggu, aku baru di sini dan sedikit tersesat. Namaku Arini. Aku dengar kamu Aldo, kan?" katanya dengan suara lembut.
Aldo mengangguk dan tersenyum. "Iya, aku Aldo. Senang bertemu denganmu, Arini. Ada yang bisa kubantu?"
Arini tertawa kecil. "Sepertinya aku butuh arahan ke ruang rapat utama. Bisa bantu tunjukkan jalan?"
"Tentu, aku juga akan ke sana sebentar lagi. Mari kita jalan bersama," jawab Aldo sambil mengemasi dokumen-dokumennya.
Selama perjalanan ke ruang rapat, mereka berbicara tentang berbagai hal—pekerjaan, hobi, dan sedikit tentang kehidupan pribadi mereka. Aldo merasa nyaman berbicara dengan Arini, dan ia menyadari bahwa mereka memiliki banyak kesamaan.
Setelah rapat selesai, Aldo dan Arini memutuskan untuk makan siang bersama di kantin perusahaan. Mereka duduk di sudut yang tenang, menikmati makanan sambil terus mengobrol.
"Aku merasa sedikit gugup di tempat kerja baru ini," kata Arini. "Tapi melihat betapa ramahnya orang-orang di sini, aku mulai merasa lebih tenang."
Aldo tersenyum. "Aku juga merasakan hal yang sama saat pertama kali mulai bekerja di sini. Tapi, jangan khawatir, semua orang di sini sangat mendukung."
Selama makan siang, mereka terus berbagi cerita. Arini bercerita tentang pengalamannya bekerja di perusahaan teknologi lain sebelum pindah ke tempat yang baru ini. Aldo merasa terkesan dengan dedikasi dan semangat Arini dalam pekerjaannya.
Ketika mereka kembali ke meja masing-masing, Aldo merasa senang telah bertemu dengan seseorang yang menarik seperti Arini. Namun, pikirannya tidak bisa sepenuhnya lepas dari Maya dan Luna. Ia tahu bahwa pertemanan ini harus dijaga dengan baik, mengingat tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah.
Hari-hari berikutnya, Aldo dan Arini semakin dekat. Mereka sering bekerja bersama dalam proyek-proyek tim dan saling mendukung dalam berbagai tantangan. Arini sering memberikan pandangan baru yang segar, membantu Aldo melihat masalah dari perspektif yang berbeda.
Suatu hari, saat mereka sedang bekerja lembur di kantor, Arini mengajukan pertanyaan yang membuat Aldo terdiam sejenak. "Aldo, aku sering mendengar cerita tentang keluargamu. Bagaimana hubunganmu dengan Maya dan Luna?"
Aldo tersenyum tipis, mengingat kenangan manis bersama Maya dan Luna. "Hubungan kami sangat baik. Maya adalah wanita yang luar biasa, dan Luna adalah cahaya dalam hidupku. Aku selalu berusaha untuk menjadi suami dan ayah yang baik bagi mereka."
Arini mengangguk, tampak memahami. "Itu luar biasa, Aldo. Aku selalu menghargai orang yang bisa menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga."
Aldo merasa lega mendengar kata-kata Arini. Ia tahu bahwa pertemanan ini bisa menjadi hubungan yang sehat dan mendukung tanpa harus mengganggu kehidupan pribadinya. Mereka berdua sepakat untuk terus saling mendukung di tempat kerja, sambil menjaga profesionalisme dan integritas.
Dengan pikiran yang lebih tenang, Aldo merasa semakin siap menghadapi tantangan di tempat kerja barunya. Dan di setiap langkah, ia selalu mengingat Maya dan Luna, yang menjadi alasan utama untuk terus maju dan memberikan yang terbaik.
Hari itu di kantor terasa seperti hari-hari biasanya, namun Aldo merasakan sesuatu yang tidak beres. Kepalanya terasa berat dan pusing mulai menghampirinya. Meskipun ia mencoba tetap fokus pada pekerjaan, rasa berputar yang semakin parah membuatnya sulit untuk berkonsentrasi.
Ketika rapat pagi selesai, Aldo merasa tubuhnya semakin lemah. Kepalanya seakan berputar dan ia merasa hampir kehilangan keseimbangan. Dengan tubuh yang mulai gemetar, Aldo berusaha untuk tetap tenang, namun pusing itu terus memburuk.
Arini, yang berada di meja sebelah, melihat perubahan drastis pada Aldo. Dengan wajah cemas, ia segera mendekati Aldo. "Aldo, kamu kelihatan sangat tidak sehat. Ada apa?"
Aldo dengan susah payah menjelaskan, "Aku merasa sangat pusing, dan sepertinya ruangan ini berputar. Aku tidak tahu apa yang terjadi."
Arini tanpa ragu segera bertindak. "Kita harus pergi ke rumah sakit. Aku akan membantumu."
Dengan bantuan Arini, Aldo perlahan-lahan menuju pintu kantor. Ia merasa sangat lemah dan hampir tidak bisa berdiri dengan stabil. Arini memanggil taksi dan membantu Aldo masuk ke dalam kendaraan.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Arini berusaha menenangkan Aldo yang semakin lemah. "Aldo, tenang saja. Kita akan segera sampai ke rumah sakit, dan mereka akan memberikan perawatan yang kamu butuhkan."
Sesampainya di UGD, Arini membantu Aldo keluar dari taksi dan membawanya ke ruang gawat darurat. Dia menjelaskan situasi Aldo kepada petugas medis, dan Aldo duduk di ruang tunggu sambil merasa bersyukur atas dukungan Arini.
Dokter segera memeriksa Aldo dan melakukan serangkaian tes untuk menentukan penyebab gejala tersebut. Selama pemeriksaan, Arini tetap berada di samping Aldo, memberikan semangat dan dukungan.
Setelah beberapa saat, dokter memberikan hasil pemeriksaan. "Aldo, kamu mengalami vertigo akibat kelelahan dan stres. Kami akan memberikan obat untuk meredakan gejala ini dan menyarankan kamu untuk beristirahat total selama beberapa hari."
Aldo merasa lega mendengar bahwa tidak ada masalah serius. "Terima kasih, Dokter."
Arini mengangguk dengan penuh perhatian. "Kamu harus benar-benar mengikuti petunjuk dokter dan tidak terlalu memaksakan diri."
Setelah mendapatkan obat dan instruksi dokter, Arini mengantar Aldo pulang. Dalam perjalanan pulang, mereka berbicara tentang rencana pemulihan Aldo dan cara menjaga kesehatan dengan lebih baik di masa depan.
Sesampainya di rumah, Aldo merasa sangat berterima kasih kepada Arini. "Aku sangat menghargai semua bantuanmu. Terima kasih banyak."
Arini tersenyum. "Tidak perlu berterima kasih, Aldo. Yang penting sekarang adalah kamu cepat sembuh."
Aldo merasa bersyukur memiliki teman seperti Arini. Dengan dukungan dari keluarga dan teman, ia bertekad untuk cepat pulih dan kembali ke rutinitasnya dengan semangat baru, sambil menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesehatan.
Setelah pulang dari rumah sakit, Aldo merasa sedikit lebih tenang dan memutuskan untuk menghubungi Maya melalui telepon.
"Aldo, bagaimana keadaanmu?"
Aldo mencoba untuk terdengar tenang. "Ya, aku baru saja kembali dari UGD. Aku mengalami pusing dan perasaan berputar yang sangat mengganggu. Aku hampir tidak bisa berdiri."
Maya terdengar khawatir. "Oh, itu terdengar sangat menakutkan. Apa kata dokter? Apakah semuanya baik-baik saja?"
Aldo menjelaskan situasinya. "Dokter mengatakan bahwa aku mengalami vertigo akibat kelelahan dan stres. Mereka memberikan obat untuk meredakan gejala ini dan menyarankan aku untuk beristirahat total selama beberapa hari."
Maya menghela napas lega. "Syukurlah kalau begitu. Kamu harus benar-benar mengikuti saran dokter dan istirahat dengan baik. Jangan terlalu memikirkan pekerjaan."
Aldo mengangguk meskipun Maya tidak bisa melihatnya. "Aku tahu. Aku merasa sedikit lebih baik setelah perawatan, tapi aku tetap khawatir tentang pekerjaan dan semua yang harus kulakukan."
Maya mencoba memberikan semangat. "Jangan terlalu memikirkan pekerjaan saat ini. Yang terpenting adalah kesehatanmu. Kamu perlu fokus pada pemulihan. Pekerjaan bisa menunggu."
Aldo merasa nyaman mendengar kata-kata Maya. "Terima kasih, Maya. Aku merasa sangat terbebani dengan semua yang terjadi belakangan ini."
Maya merespons dengan lembut. "Aku mengerti, Aldo. Tapi ingatlah bahwa nggak sendirian. Kami semua ada di sini untuk mendukungmu dan membantu sebisa mungkin."
Maya menasihati Aldo untuk beristirahat dan memastikan dia tahu bahwa dia bisa menghubunginya kapan saja jika membutuhkan sesuatu. "Beristirahatlah yang cukup dan jangan ragu untuk menghubungi aku jika ada yang ingin dibicarakan. Aku di sini untukmu."
siapa sebenarnya satria ??
siapa pendukung satria??
klo konseling dg psikolog g mempan, coba dekat diri dg Tuhan. setiap kekhawatiran muncul, mendekatlah dg sang pencipta. semoga dg begitu pikiran kalian bisa lebih tenang. terutama tuk Maya. berawal dr Maya & kini menular ke Aldo