Dalam Pelukan Cinta

Dalam Pelukan Cinta

Bab 1. Awal Yang Memikat

Sambil mengusap peluh di dahinya Maya memandang ke arah jendela kantornya. Jakarta selalu sibuk, penuh dengan kebisingan dan hiruk pikuk. Tapi di balik kaca ini, dia merasa tenang. Pekerjaannya sebagai manajer pemasaran di perusahaan besar memberinya kepuasan, meskipun kadang-kadang membuatnya stres.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Maya meraih ponselnya dan melihat nama Aldo di layar.

“Halo, Sayang,” sapanya dengan senyum.

“Hai, Sayang. Sudah makan siang belum?” suara Aldo terdengar hangat di ujung sana.

“Belum. Masih sibuk ini. Kamu gimana?” Maya melirik jam di dinding, menunjukkan pukul 12.30 siang.

“Aku juga baru keluar meeting. Aku mau ngajak kamu makan siang. Mau?”

Maya merenung sejenak, berpikir tentang tumpukan pekerjaan di mejanya. Tapi ajakan Aldo terlalu menggoda untuk ditolak.

“Oke, di mana kita ketemu?”

“Aku jemput kamu di kantor, lima belas menit lagi,” jawab Aldo.

Maya buru-buru merapikan mejanya dan meraih tasnya. Lima belas menit kemudian, Aldo sudah menunggunya di lobi dengan senyum lebar.

“Kamu selalu tepat waktu,” Maya tersenyum sambil berjalan menghampirinya.

“Untuk kamu, selalu,” Aldo mengedipkan mata. “Ayo, aku tahu tempat baru yang enak.”

Mereka berjalan keluar dan masuk ke dalam mobil Aldo. Di dalam mobil, mereka bercakap-cakap dengan ringan tentang pekerjaan dan rencana akhir pekan.

“Jadi, kamu punya rencana apa buat weekend ini?” tanya Aldo sambil menatap jalan.

“Belum tahu. Mungkin cuma istirahat di rumah. Kamu?” Maya membalas.

“Aku ada surprise buat kamu,” Aldo tersenyum misterius.

“Surprise? Kamu bikin penasaran, deh. Kasih tahu dong, sedikit aja,” Maya mencoba merayu.

“Nggak boleh, namanya juga surprise. Sabar ya,” Aldo tertawa.

Setelah perjalanan singkat, mereka sampai di sebuah kafe kecil yang nyaman. Keduanya duduk di sudut, menikmati suasana yang tenang.

“Tempatnya enak ya, lumayan sepi,” komentar Maya sambil melihat menu.

“Iya, aku baru tahu tempat ini dari temanku. Katanya makanannya enak,” jawab Aldo.

Mereka memesan makanan dan terus mengobrol tentang berbagai hal, dari hal-hal sepele hingga yang serius. Maya merasa nyaman berbicara dengan Aldo, dan tawa mereka mengisi ruangan.

Saat makanan tiba, mereka makan sambil terus bercanda.

“Maya, ada yang mau aku omongin,” tiba-tiba nada suara Aldo menjadi serius.

“Ada apa?” Maya menatapnya dengan cemas.

“Aku cuma mau bilang kalau aku sayang banget sama kamu. Aku tahu kita sering berdebat, tapi aku nggak pernah mau kehilangan kamu,” kata Aldo dengan tulus.

Maya terharu mendengarnya. “Aku juga sayang kamu, Aldo. Maaf kalau aku kadang terlalu cemburu.”

“Itu tandanya kamu peduli. Tapi aku janji, aku nggak akan pernah menyakiti kamu,” Aldo meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat.

Maya tersenyum, merasakan kehangatan dalam genggaman Aldo. Mereka menikmati sisa makan siang dengan perasaan hangat dan bahagia.

Namun, di balik semua itu, Maya masih merasa ada sesuatu yang mengganjal. Sebuah pesan mencurigakan yang ia lihat di ponsel Aldo beberapa hari lalu masih menghantui pikirannya. Tapi, dia memutuskan untuk menepis rasa cemas itu, setidaknya untuk saat ini. Hari ini, dia hanya ingin menikmati kebersamaan mereka.

Setelah makan siang yang menyenangkan, Maya dan Aldo berjalan kembali ke mobil. Aldo menggenggam tangan Maya erat-erat, memberikan kenyamanan dan rasa aman yang selalu dia butuhkan.

“Terima kasih untuk makan siangnya, Sayang,” Maya tersenyum sambil membuka pintu mobil.

“Sama-sama. Aku senang kamu suka,” Aldo membalas sambil menghidupkan mesin mobil.

Dalam perjalanan kembali ke kantor, mereka kembali berbincang ringan. Namun, pikiran Maya terus berputar pada pesan mencurigakan yang dia lihat di ponsel Aldo beberapa hari lalu. Apakah benar hanya teman? Atau ada sesuatu yang disembunyikan Aldo?

“Sayang, kamu lagi mikirin apa?” tanya Aldo, menyadari perubahan raut wajah Maya.

“Oh, nggak kok. Cuma mikir tentang kerjaan,” Maya cepat-cepat menjawab, mencoba tersenyum.

“Aku tahu kamu sedang mikirin sesuatu. Kamu bisa cerita kok, apa pun itu,” Aldo menepuk tangan Maya dengan lembut.

Maya menarik napas dalam-dalam. Haruskah dia mengungkit soal pesan itu sekarang? Atau tunggu waktu yang lebih tepat?

“Aldo, beberapa hari lalu aku lihat ada pesan di ponsel kamu. Dari seseorang bernama... Nia. Siapa dia?” Maya akhirnya bertanya, suaranya terdengar ragu-ragu.

Aldo terdiam sejenak, kemudian menghela napas. “Oh, itu Nia. Dia teman lama aku. Kami cuma ngobrol soal reuni teman-teman lama. Nggak ada yang perlu dicemaskan, Sayang.”

Maya mengangguk pelan, mencoba menelan penjelasan Aldo. Tapi, keraguan masih ada di benaknya. “Oke, aku percaya sama kamu.”

“Terima kasih, Sayang. Aku nggak akan pernah menyembunyikan apa pun dari kamu,” Aldo meraih tangan Maya dan menciumnya dengan lembut.

Maya tersenyum, mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Setibanya di kantor, Aldo mengantarnya sampai lobi.

“Kita ketemu lagi nanti malam?” tanya Aldo.

“Tentu. Aku akan menunggu kamu,” jawab Maya.

Mereka berpisah dengan senyuman, meskipun Maya masih merasa ada yang tidak beres. Sepanjang sisa hari itu, Maya berusaha fokus pada pekerjaannya, tapi pikirannya terus kembali pada Aldo dan pesan mencurigakan itu. Haruskah dia mempercayai kata-kata Aldo? Atau haruskah dia mencari tahu lebih lanjut?

Maya mencoba mengalihkan pikirannya dengan tumpukan tugas di mejanya. Namun, setiap kali dia melihat ponselnya, rasa cemas itu kembali menghantui. Dia harus tahu kebenarannya, tapi dia juga tidak ingin merusak hubungan yang mereka bangun dengan susah payah.

Sore hari, ketika waktu pulang kerja tiba, Maya meraih tasnya dan berjalan keluar dari kantor. Di depan gedung, Aldo sudah menunggunya dengan senyuman yang menenangkan.

“Udah selesai kerjaannya?” tanya Aldo sambil membuka pintu mobil untuk Maya.

“Ya, akhirnya selesai juga,” jawab Maya, mencoba tersenyum.

Mereka berkendara menuju apartemen. Di sepanjang perjalanan, Aldo bercerita tentang rencana mereka untuk akhir pekan. Namun, Maya hanya setengah mendengarkan. Pikirannya masih terjebak pada keraguan dan ketidakpastian.

Setibanya di apartemen, Maya mengajak Aldo masuk. “Kamu mau kopi? Atau teh?”

“Kopi aja, kalau ada,” jawab Aldo sambil duduk di sofa.

Maya menuju dapur dan menyiapkan dua cangkir kopi. Ketika dia kembali, dia melihat Aldo memegang ponselnya dan mengetik pesan. Hatinya berdegup kencang. Siapa yang dia hubungi?

“Kopi siap,” kata Maya sambil meletakkan cangkir di meja.

“Terima kasih, Sayang. Kamu baik sekali,” Aldo tersenyum dan menyesap kopi itu.

Mereka duduk berdua di sofa, menikmati kopi sambil menonton televisi. Tapi, rasa cemas Maya semakin kuat. Dia harus tahu kebenarannya, dan hanya ada satu cara untuk memastikan.

“Sayang, boleh aku lihat ponsel kamu sebentar aja?” tanya Maya tiba-tiba.

Aldo terkejut dan menatap Maya. “Kenapa? Ada apa?”

“Aku cuma... ingin memastikan sesuatu. Tolong, Aldo,” Maya memohon.

Aldo menatap Maya dengan bingung, lalu menyerahkan ponselnya. Maya dengan cepat membuka pesan dan mencari nama Nia. Pesan-pesan itu tampak biasa, tapi ada sesuatu yang membuat Maya merasa tidak nyaman.

“Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu sering chat sama dia?” tanya Maya, suaranya bergetar.

“Aku... aku nggak mau kamu salah paham. Kami cuma teman, Maya. Nggak ada yang lebih dari itu,” Aldo berusaha menjelaskan.

Maya menarik napas dalam-dalam. “Aku percaya sama kamu, Aldo. Tapi tolong, jangan sembunyikan apa pun dari aku lagi.”

Aldo menggenggam tangan Maya. “Aku janji, Maya.”

Mereka saling menatap, dan untuk pertama kalinya, Maya merasa sedikit lega. Tapi di hatinya, dia tahu ini belum berakhir. Rasa cemas dan curiga masih ada, dan dia harus mencari cara untuk menghadapinya.

Terpopuler

Comments

Adico

Adico

lanjut

2024-08-06

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Yang Memikat
2 Bab 2. Rahasia Tersembunyi
3 Bab 3. Pesan Yang Mencurigakan
4 Jejak Yang Terbuka
5 Bab 5. Cemburu Yang Menggelora
6 Bab 6. Tekanan Yang Menyesakkan
7 Cemburu Diluar Nalar
8 Bab 8 Langkah Kecil Menuju Pemulihan
9 Bab 9. Kecemburuan Yang Kambuh Lagi
10 Bab 10. Ketegangan Yang Meningkat
11 Bab 11. Pertengkaran Baru
12 Bab 12. Pekerjaan Kacau
13 Bab 13. Bertambah Parah
14 Bab 14. Depresi
15 Bab 15. Menelusuri Masa Kecil Maya
16 Bab 16. Kisah Masa Kecil Maya
17 Bab 17. Menyusun kembali
18 Bab 18. Menyambut Keajaiban Baru
19 Bab 19. Kesibukan Merawat Bayi
20 Bab 20. Merangkai Harapan
21 Bab 21. Kecemasan Yang Kembali Timbul
22 Bab 22. Diagnosis Kecemasan
23 Bab 23. Serangan Kecemasan Di Kantor
24 Bab 24. Perpisahan Sementara
25 Bab 25. Serangan Panik Tanpa Sebab
26 Bab 26. Pertemuan Tak Terduga
27 Bab. 27. Serangan Panik Yang Semakin Menjadi
28 Bab 28. Ancaman Tersembunyi
29 Bab 29. Ketegangan Memuncak di Jalan
30 Bab 30. Kabar Buruk Ditengah Ketegangan
31 Bab 31. Kedekatan yang Tumbuh
32 Bab 32. Gangguan di Kantor
33 Bab 33. Kejaran Mobil Misterius
34 Bab 34. Teror Tanpa Henti
35 Bab 35. Perhitungan di Ruang Pimpinan
36 Bab 36. Perpisahan
37 Bab 37. Sambutan Hangat
38 Bab 38. Momen Kebersamaan
39 Bab 39. Panggilan Tak Terduga
40 Bab 40. Kembali ke Kantor Lama
41 Bab 41. Teror Telepon Tak Dikenal
42 Bab 42. Berterus Terang
43 Bab 43. Kekhawatiran Maya
44 Bab 44. Membeli Senjata
45 Bab 45. Pertemuan Tak Terduga
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Bab 1. Awal Yang Memikat
2
Bab 2. Rahasia Tersembunyi
3
Bab 3. Pesan Yang Mencurigakan
4
Jejak Yang Terbuka
5
Bab 5. Cemburu Yang Menggelora
6
Bab 6. Tekanan Yang Menyesakkan
7
Cemburu Diluar Nalar
8
Bab 8 Langkah Kecil Menuju Pemulihan
9
Bab 9. Kecemburuan Yang Kambuh Lagi
10
Bab 10. Ketegangan Yang Meningkat
11
Bab 11. Pertengkaran Baru
12
Bab 12. Pekerjaan Kacau
13
Bab 13. Bertambah Parah
14
Bab 14. Depresi
15
Bab 15. Menelusuri Masa Kecil Maya
16
Bab 16. Kisah Masa Kecil Maya
17
Bab 17. Menyusun kembali
18
Bab 18. Menyambut Keajaiban Baru
19
Bab 19. Kesibukan Merawat Bayi
20
Bab 20. Merangkai Harapan
21
Bab 21. Kecemasan Yang Kembali Timbul
22
Bab 22. Diagnosis Kecemasan
23
Bab 23. Serangan Kecemasan Di Kantor
24
Bab 24. Perpisahan Sementara
25
Bab 25. Serangan Panik Tanpa Sebab
26
Bab 26. Pertemuan Tak Terduga
27
Bab. 27. Serangan Panik Yang Semakin Menjadi
28
Bab 28. Ancaman Tersembunyi
29
Bab 29. Ketegangan Memuncak di Jalan
30
Bab 30. Kabar Buruk Ditengah Ketegangan
31
Bab 31. Kedekatan yang Tumbuh
32
Bab 32. Gangguan di Kantor
33
Bab 33. Kejaran Mobil Misterius
34
Bab 34. Teror Tanpa Henti
35
Bab 35. Perhitungan di Ruang Pimpinan
36
Bab 36. Perpisahan
37
Bab 37. Sambutan Hangat
38
Bab 38. Momen Kebersamaan
39
Bab 39. Panggilan Tak Terduga
40
Bab 40. Kembali ke Kantor Lama
41
Bab 41. Teror Telepon Tak Dikenal
42
Bab 42. Berterus Terang
43
Bab 43. Kekhawatiran Maya
44
Bab 44. Membeli Senjata
45
Bab 45. Pertemuan Tak Terduga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!