Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pernikahan diam-diam
Langit biru dengan kabut tipis menghiasi langit, sinar matahari belum menampakkan wujudnya. Kedua mata yang masih lelap terpejam dengan tenang, tiba-tiba harus terganggu dengan suara gawai yang berbunyi.
Drrrrrtt...!!
Drrrrrtt...!!
Drrrrrtt...!!
Suara itu mengganggu di telinga Savero, membuatnya terbangun dengan mata yang masih terpejam Vero mulai mencari sumber suara itu menggunakan tangannya.
Tangan Savero mulai meraba-raba ke atas nakas tempat dimana dia meletakkan gawai nya semalam. Setelah mendapatkannya Savero lalu meraihnya dan mencoba memicingkan matanya menatap layar handphone dan nomor panggilan yang tertera di sana.
"Oma?" gumam Vero.
Segera Vero menggeser tombol hijau yang ada dilayar handphonenya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"Pagi Oma?" ucap Vero.
"Vero, kenapa kamu tidak pulang tadi malam? bahkan kamu tidak mengabari Oma, apa kamu pikir Oma tidak khawatir?!"
"Maafkan Vero Oma, Vero sungguh lupa untuk mengabari Oma"
"Halah.. kamu itu, bilang saja kalau kamu mau menghindari Oma bukan? Kamu ini selalu saja membuat Oma pusing."
"tidak seperti itu Oma, Oma jangan berfikir yang tidak-tidak."
"Makannya kamu itu harus cepat berkeluarga, supaya ada yang memperhatikan kamu dan merawat mu! Oma itu sudah tua, hidup Oma hanya ingin tenang melihat cucu Oma bahagia dan memberikan keturunan untuk Oma. Supaya Oma tidak stress memikirkan kamu yang susah di atur!"
"Mulai lagi"
"Ya sudah, Oma sebenarnya menelfon mu untuk bilang kalau Oma hari ini akan pergi kepuncak dan menginap di vila milik kita, mungkin Oma di sana akan agak lama karena Oma ingin menenangkan pikiran sekaligus bernostalgia dengan kenangan yang ada di sana. Oma harap kamu jaga dirimu baik-baik selama Oma pergi."
"Oma tenang saja aku bisa menjaga diriku disini, tapi Oma juga harus berjanji harus sehat-sehat di sana. jika ada apa-apa langsung kabari Vero secepatnya."
"Ya, ya sudah.. Oma mau siap-siap dulu "
"Baik Oma, maaf Vero tidak bisa mengantar."
"Tidak masalah."
Vero mematikan sambungan telfonnya dan melemparkan gawainya ke atas kasur dan mulai merentangkan tubuhnya yang terasa pegal dan mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya, tidak lama Savero bergegas bangun untuk mandi.
Dari dalam kamar Jena keluar dengan masih menggunakan piyama semalam, pagi ini dia merasa sangat segar karena tidur di kasur yang nyaman untuknya. Jena keluar kamar berniat untuk pergi ke dapur mengambil minum, ketika sampai dapur ternyata ada beberapa pelayan yang sudah ada di sana untuk bersih-bersih dan sekaligus memasak.
"Selamat pagi nyonya." sapa salah satu pelayan disana menghampiri Jena ketika melihat gadis itu masuk ke dapur.
"Pagi." ucap Jena dengan senyum tipis.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya pelayan tersebut.
"tidak, saya hanya ingin mengambil air putih." lanjut Jena.
"Kalau begitu silahkan duduk Nyonya, biar nanti saya akan mengambilkannya untuk anda." ucap pelayan sambil menggeser kursi untuk Jena duduk.
"Tidak perlu repot-repot, saya bisa mengambilnya sendiri." jawab Jena sungkan.
"Tidak nyonya, ini sudah menjadi pekerjaan kami. Jika tidak maka Tuan Vero akan marah pada kami karena tidak melayani nyonya dengan baik." ucap pelayan itu.
"Oh, baiklah." ucap Jena patuh.
Savero memang sudah berpesan pada para pelayannya kemarin agar mulai hari ini mereka harus melayani Jena dengan baik, jika tidak pekerjaan merekalah yang akan menjadi taruhannya.
Pelayan itu kembali dengan membawa segelas air putih untuk Jena dan meletakkannya di meja depan Jena.
"Ini air putihnya Nyonya, silahkan." ucap pelayan.
"Terimakasih."
Jena langsung mengambil gelas tersebut lalu meminumnya sampai habis dan meletakkannya lagi di atas meja.
"Pagi ini Nyonya mau makan apa? Biar nanti kami siapkan." tanya pelayan.
"Apa saja." jawab Jena singkat.
"Baiklah. Apa Nyonya mau sarapan sekarang? kebetulan makanannya sebentar lagi siap." ucap pelayan.
"Tidak nanti saja, karena saya mau mandi dulu." jawab Jena.
"Baik, kalau begitu saya permisi untuk melanjutkan pekerjaan saya lagi." ucap pelayan sambil menundukkan kepalanya.
"Ya, silahkan." ucap Jena.
Pelayan itu mengundurkan langkahnya lalu berbalik ke arah dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Baru kali ini Jena merasa hidup bak seorang ratu yang dilayani oleh para pelayan di sekelilingnya, kehidupan yang tidak pernah Jena bayangkan sebelumnya. Disinilah Jena mulai merasa kekuasaan atas uang. Uang dapat membeli apapun dan uang adalah segalanya.
Setelah itu Jena berdiri dari tempat duduknya dan berjalan kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap ke kantor.
💦
💦
💦
Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi Jena lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke ruang makan untuk sarapan. Di sana tampak Savero sudah duduk untuk menunggunya sarapan pagi ini dengan mengenakan pakaian formal.
"Pagi Tuan." sapa Jena sambil menundukkan kepalanya.
"Pagi, silahkan duduk mari kita sarapan bersama." titah Vero.
"Baik Tuan, terimakasih." jawab Jena lalu menggeser kursi untuk duduk di kursi depan Savero.
"Bagaimana tidurnya semalam? Nyenyak?" tanya Vero.
"Ya Tuan."
"Bagus. Oh ya, seperti yang saya katakan kemarin. Pagi ini kamu akan menandatangani kontrak kita dan akan melaksanakan pernikahan di sini terlebih dahulu nanti Rey yang akan mengatur semuanya setelah itu kita akan berangkat ke kantor seperti biasa." ucap Vero mengingatkan.
"Baik Tuan saya mengerti." jawab Jena dengan menganggukkan kepalanya.
"Dan ingat! sekali lagi saya tegaskan, jangan sampai kerjasama kita bocor ke telinga siapapun. Paham!" ucap Vero dingin dan penuh penekanan.
"Iya Tuan." jawab Jena malas.
Lagi pula siapa juga yang mau nggosipin hal seperti ini, menikah dengannya pun itu karena terpaksa jika bukan karena uang yang dia janjikan. ucap Jena dalam hati.
"Kalau begitu cepat makan, karena sebentar lagi Rey akan datang." titah Vero ketus.
Jena pun langsung mengambil satu suapan nasi dalam mulutnya dengan hati yang kesal terhadap Vero karena nada bicaranya yang dingin. Jika Vero bukan bosnya mungkin Jena sudah melayangkan tinju di wajahnya yang menyebalkan itu.
Ting-tong..!!
Ting-tong..!!
Tepat setelah selesai sarapan Rey datang ke apartemen Savero dengan segala persiapan. Rey menyerahkan surat perjanjian yang harus di tanda tangani oleh Jena atas perintah dari Savero lengkap dengan materai dan cap resmi milik Savero.
"Ini surat perjanjian anda sekertaris Je, silahkan tanda tangan di sini." ucap Rey dengan menyodorkan surat tersebut dan pulpen di atasnya.
Jena segera meraih pulpen dan surat tersebut, setelah selesai membacanya dengan saksama Jena langsung menandatanganinya.
"Ini." ucap Jena setelah selesai menandatangani surat perjanjian tersebut.
Setelah semua siap Jena dan Vero Duduk untuk memulai pernikahan diam-diam ini. Di dalam apartemen mewah milik Savero, mereka melangsungkan pernikahan di atas tangan dan tidak tercatat oleh hukum. Karena pernikahan ini terjadi hanya agar Savero mendapatkan keturunan yang nantinya akan lahir dari rahim Jena sekertaris cantiknya. Jadi jika nanti anak itu sudah lahir, Vero bisa kapan saja untuk menceraikan Jena karena kontrak mereka telah usai.
Dan Jena tidak perduli akan hal itu, karena sedari awal niatnya menikah dengan sang direktur hanya demi uang yang di janjikan untuk melunasi semua hutang ibu tirinya. Dan yang lebih penting, bisa di pastikan hidup Jena akan lebih terjamin nantinya dengan Savero.
"Sah!"
Satu kata itu menggema di apartemen mewah milik Savero setelah mereka berhasil melakukan ijab kabul. Kini keduanya telah sah menjadi sepasang suami istri. Tidak ada haru biru seperti layaknya pernikahan lainnya karena pernikahan ini terjadi atas kepentingan masing-masing dari kedua belah pihak.
Setelah semua selesai, Jena mendapatkan apa yang dia inginkan. Sebuah cek dengan nominal uang yang telah di janjikan dan kartu ATM milik Savero yang kini telah berpindah tangan menjadi miliknya istri sah dari Savero Abyan Lionel pemegang perusahaan terbesar di kota ini.