Ketika cinta harus terpatahkan oleh maut, hati Ryan dipenuhi oleh rasa kalut. Dia baru menyadari perasaannya dan merasa menyesal setelah kehilangan kekasihnya. Ryan pun membuat permohonan, andai semuanya bisa terulang ....
Keajaiban pun berlaku. Sebuah kecelakaan membuat lelaki itu bisa kembali ke masa lalu. Seperti dejavu, lalu Ryan berpikir jika dirinya harus melakukan sesuatu. Mungkin dia bisa mengubah takdir kematian kekasihnya itu.
Akan tetapi, hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan, lalu bagaimanakah kisah perjuangan Ryan untuk mengubah keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Memastikan
...----------------...
Keesokan harinya, Ryan terbangun seperti orang linglung. Kedua matanya yang terasa perih karena tertusuk cahaya harus bekerja keras menyapu ke sekitar ruangan kamar. Memori di otak Ryan di pagi hari sudah terbiasa dengan warna dinding kamar yang berwarna putih, tetapi dinding kamarnya kali ini berwarna kuning langsat. Apa mungkin penglihatannya sedang tersesat?
Ryan memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. Bayangan kejadian kemarin pun kembali menghantui. Ya, ketika nyawa sudah berkumpul semua, Ryan sadar akan semua kejadian yang menimpanya. Sekali lagi, lelaki itu memastikan dirinya ada di tahun berapa.
Tentu saja hasilnya masih sama. Ryan ada pada waktu tiga tahun sebelum kematian Rara. Jujur saja, jiwa dan raganya belum bisa menerima. Namun, bagaimanapun Ryan harus terbiasa. Lelaki itu kemudian bangkit lalu mengambil jam pasir yang berdiri kokoh di atas meja di samping ranjangnya.
Jam pasir itu dibolak-balik beberapa kali, tetapi seperti tidak ada gaya gravitasi di dalam tabung pasir tersebut. Pasir yang jumlahnya sedikit tidak mau turun ketika tabungnya dibalik. Tentu saja keanehan itu terlalu mengusik. Apalagi dengan gerakan pasir yang turun begitu lambat membuat kening Ryan semakin mengernyit.
"Sebenarnya ini pasir ini sebagai penanda waktu apa? Apa iya ini sebagai penanda hari kematian Rara ...?" Ryan menjeda ucapannya sebentar sambil menggaruk pelipisnya yang terasa gatal, "kalau memang benar, berarti aku bisa mencegah Rara agar tidak berurusan dengan Danang. Dengan begitu, Rara nggak akan terlibat dengan insiden penculikan itu dan nyawanya tidak akan terancam."
Kedua mata Ryan berbinar ketika mengatakan kalimat berikutnya. Ia jadi punya kesempatan untuk hidup bahagia bersama Rara. Harapan untuk mengubah takdir Rara menjadi berumur panjang sepertinya akan terlaksana.
"Tapi aku harus membuat Rara percaya denganku dulu. Dia nggak mungkin percaya jika aku bilang, aku berasal dari masa depan. Apalagi kemarin aku udah membuat dia kesal," celoteh Ryan lalu mengigit bibir bawahnya, merasa khawatir.
Ryan meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur, lalu membuka aplikasi kalender dan mengaturnya pada tahun 2024. Tepatnya di tanggal 25 Juli di tahun itu, Rara meninggal dunia. Untuk berjaga-jaga, Ryan memberikan tanda di tanggal tersebut.
"Aku harus berbuat sesuatu." Ryan meletakkan kembali ponselnya di atas kasur, lalu bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini, misinya untuk mengubah takdir Rara akan dimulai.
***
Pukul 09.00 WIB, Ryan pergi dari rumahnya dengan mengendarai mobil. Tujuannya adalah rumah Rara. Situasi jalanan di tahun itu tidak terlalu banyak berubah sepertinya di tahun 2024. Hanya sedikit yang berbeda sehingga Ryan bisa dengan mudah menghafal jalannya.
Setengah jam berkendara, Ryan memasuki gang sebuah kompleks perumahan. Dia mengendarai mobilnya dengan perlahan sambil mengingat-ingat keadaan di lingkungan perumahan tersebut. Kondisi area di sana juga sama, hanya sedikit berbeda dengan kondisi terakhir kali Ryan melihatnya.
"Bukannya di situ seharusnya ada warung? Aku ingat betul kalau di situ ada warung kopi." Ryan bermonolog sendiri sambil mengendara dengan hati-hati, pandangannya sesekali menengok ke kanan dan ke kiri seolah sedang memantau situasi, "Berarti warung itu dibangun belum ada 3 tahun, ya," imbuhnya lagi.
Keadaan jalanan di sana sangatlah lengang. Hanya ada beberapa motor yang melintas selama Ryan merayap dengan mobilnya itu. Beberapa menit kemudian, tibalah pemuda jangkung itu di depan rumah Rara. Rumah yang bercat warna hijau tua itu tidak pernah berubah seperti terakhir kali Ryan berkunjung ke sana. Sepertinya si empunya rumah tak suka warna lain sehingga nuansa hijau sudah menjadi ciri khas rumah tersebut.
"Ini dia rumahnya." Ryan menepikan mobilnya di luar pagar rumah bercat hijau tersebut, lalu ke luar dari mobil setelah mobil tersebut terparkir sempurna. Pandangannya masih menyapu keadaan sekitar. Hanya ada sedikit perubahan. Arah pandang Ryan tertuju pada rumah yang berada di seberang rumah Rara. Rumah itu juga pernah dia kunjungi sebelumnya.
"Itu rumahnya Lilis. Apa dia ada di rumah?" Hampir saja Ryan melangkahkan kakinya untuk mendatangi rumah tersebut jika saja ia tak ingat kalau waktu telah mundur dengan cepat.
"Ah, iya. Aku lupa kalau saat ini seharusnya aku belum bertemu dengan Lilis. Dia pasti belum kenal aku. Yang ada nanti aku langsung diusir sama suaminya yang jutek itu," imbuh Ryan sambil menghela napas berat.
Pandangannya pun beralih lagi pada rumah Rara. Namun, Ryan tidak tahu tujuannya datang ke sana. Harus dengan alasan apa dia berkunjung ke rumah Rara? Juga harus memperkenalkan diri sebagai siapa? Tidak mungkin jika lelaki itu harus bilang jika dirinya adalah kekasih Rara.
Ryan pun hendak masuk kembali ke dalam mobil berniat untuk berpikir sejenak. Namun, belum sempat lelaki itu membuka pintu mobil, kedatangan sebuah mobil pickup membuat atensinya teralihkan. Kedua matanya membidik tajam mobil yang kini parkir tepat di gerbang rumah Rara. Lebih tepatnya hanya beberapa meter di depan mobil Ryan.
Pemuda itu bergeming sambil mengamati mobil pickup tersebut. Ia melihat sopir mobil pick up itu masuk ke gerbang rumah Rara lalu kembali sambil membawa kardus besar tak lama setelahnya. Beberapa orang di belakangnya pun mengikuti sambil membawa barang-barang juga. Ada yang membawa televisi, kipas angin, dan perabotan rumah tangga lainnya.
Kening Ryan mengernyit dalam. Kegiatan mereka seperti hendak pindahan. Apalagi ketika Ryan tahu jika beberapa dari orang-orang itu adalah orang tuanya Rara. Ryan jadi berpikir apakah Rara dan keluarganya akan pindah rumah? Apa mungkin keluarga itu pernah pindah ke tempat lain lalu kembali lagi setelah Rara masuk kuliah?
...*****...
...To be continued .... ...
Jangan lupa cek novel keren di bawah ini juga, ya