Di hari pertunangan, Emily mendapatkan kenyataan yang pahit di mana Adik Tirinya yang bernama Bertha mengatakan kalau tunangannya yang bernama Louis lebih mencintai Bertha dari pada Emily.
Untuk membuktikannya Bertha dengan sengaja mendorong Emily ke kolam renang kemudian Bertha ikut menyemburkan diri ke kolam renang.
Ternyata tunangannya lebih memilih menolong Bertha dari pada memilih Emily. Di saat krisis seorang pria tampan menolong dirinya dan membawanya ke rumah sakit.
Di saat itu pula Emily memutuskan pertunangannya dan ingin membalaskan dendam ke keluarganya serta mantan tunangannya. Di mana Emily menikah dengan pria penolongnya.
Apakah balas dendam Emily berhasil? Bagaimana dengan pernikahan Emily dengan pria penolongnya, apakah bahagia atau berakhir dengan perceraian? Ada rahasia tersembunyi di antara mereka, apakah rahasia itu? Silahkan ikuti novelku.
Tolong jangan boom like / lompat baca / nabung bab. Diusahakan baca setiap kali update
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Kasandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuatir
"Aku tidak merasa keberatan. Menurutku kamu melakukannya dengan sangat baik. Karena Aku tidak ingin istriku bersama mantan pacar di mana setiap hari bertemu." Jawab Richardo dengan jujur.
"Tapi jika kamu ingin memulihkan Perusahaan Employer Cooperation, Aku bisa membantumu." Sambung Richardo.
"Jangan kuatir, jika ada yang bisa Kak Richardo lakukan maka Aku pasti akan meminta bantuan Kak Richardo." jawab Emily.
Ketika Richardo ingin berbicara tiba-tiba ponsel milik Emily berbunyi membuat Emily mengambil ponselnya di dalam tas kemudian menggeser tombol warna hijau.
Sedangkan Richardo hanya menatap sekilas ke arah layar ponsel milik istrinya dan diam-diam mendengarkan percakapan istrinya dengan Louis.
'Kenapa Aku cemburu dan ingin mendengarkan mereka mengobrol?' Tanya Richardo dalam hati.
'Hallo.' Panggil Emily.
'Kamu pikir kamu bisa dengan mudah membatalkan kerja sama antara Perusahaan William dengan perusahaan kami? Apakah kamu pikir kalau kami tidak memiliki rencana cadangan?' Tanya Louis tanpa basa basi dengan nada sombong.
'Kamu itu sangat bo x doh. Aku tidak mengerti dengan apa yang sudah kamu katakan.' Ucap Emily dengan wajah bingung.
'Jangan berpura-pura. Aku akan memberitahumu sekarang kalau kami sudah merekrut pemenang ke tiga dan mendapatkan Piala Dunia.' Ucap Louis dengan nada sombong.
'Pfftttt....' Tawa lepas Emily.
'Kenapa kamu tertawa?' Tanya Louis dengan nada kesal.
'Benarkah? Jika Aku tidak salah pemenang ketiga adalah Bertha, benar bukan?' Tanya Emily.
'Dari mana kamu tahu?' Tanya Louis dengan nada terkejut.
'Semoga kamu beruntung.' Ucap Emily tanpa menjawab pertanyaan Louis.
Selesai mengatakan hal itu Emily memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak tanpa mempedulikan jika Louis marah pada dirinya.
"Apakah yang menelepon Louis?" Tanya Richardo pura-pura tidak tahu.
"Iya benar. Perusahaan Fernando dan Perusahaan William, tiba-tiba membatalkan kerja sama." Jawab Emily tanpa ada yang ditutup-tutupi.
"Louis mengira kalau itu gara-gara kamu?" Tanya Richardo yang bisa menebak.
"Betul sekali. Otaknya tidak bagus karena menuduhku dengan asal." Jawab Emily dengan nada kesal.
'Sebenarnya Louis menebaknya dengan benar karena sebetulnya itu berkaitan denganmu.' Ucap Richardo dalam hati.
"Tadi yang Aku dengar dari telepon kalau Dia sepertinya sudah menemukan solusinya?" Tanya Richardo.
"Memang benar. Katanya Louis sudah menemukan pemenang ketiga piala dunia yang bernama Bertha." Jawab Emily.
"Karena itu kamu merasa kuatir?" Tanya Richardo.
"Aku tidak kuatir hanya saja karya milikku diakui oleh Bertha karena itulah Bertha bisa memenangkan juara ketiga" Jawab Emily sambil menahan kesal terhadap Bertha.
"Punya kamu?" Tanya Richardo dengan wajah terkejut.
"Benar sekali. Itu adalah karyaku pada awal karirku. Di mana karyaku selalu di simpan di dalam kamarku. Suatu ketika Bertha mengambilnya untuk mengikuti acara lomba jadi Dia adalah penipu." Jawab Emily.
"Mengapa kamu tidak mengatakan ke juri lomba tentang apa yang sudah dilakukan oleh Bertha?" Tanya Richardo.
"Sebelumnya Aku pernah mengatakannya tapi tidak ada orang yang percaya padaku. Selain itu Ayahku mengancamku agar tidak memberitahukan masalah itu ke orang lain." Jawab Emily dengan wajah kecewa dengan sikap Ayahnya.
"Sekarang, Aku akan memberitahumu sebuah rahasia kalau Aku adalah pemenang utama piala dunia." Sambung Emily sambil tersenyum bahagia.
"Tidak Aku sangka istriku ternyata seorang tokoh tersembunyi." Ucap Richardo sambil memegang lengan Emily.
"Tentu saja dan suamiku beruntung menikah denganku." Ucap Emily sambil bersidekap dan tersenyum manis.
Richardo hanya terdiam dan membalas senyuman Emily sambil menggenggam kedua tangan Emily.
"Sebenarnya Aku ingin menggunakan identitas ini di mana saat negoisasi Perusahaan Fernando dengan Perusahaan William untuk meningkatkan persentase kontrak tapi kelihatannya tidak perlu lagi." Ucap Emily dengan wajah kecewa terhadap sikap Louis.
"Kalau kamu ingin kerjasama dengan Perusahaan William mungkin Aku bisa membantumu." Ucap Richardo.
"Serius?" Tanya Emily sambil tersenyum.
"Ya." Jawab Richardo dengan singkat sambil membalas senyuman Richardo.
"Kalau begitu setelah Aku berhasil mengambil kembali Perusahaan Fernando dan membalik nama menjadi Perusahaan Emily. Maka Aku akan menggunakan identitas Perusahaan Emily untuk bernegosiasi dengan Perusahaan William." Ucap Emily.
"Baik." Jawab Richardo dengan singkat.
"Ayo kita pulang." Sambung Richardo.
Emily hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua pulang ke rumah milik Emily.
Yaitu Perumahan William Garden Estate dan tanpa di ketahui oleh Emily kalau perusahaan milik Richardo membangun perumahan tersebut.
xxxxxxxxxxxxxxxxxx
Keesokan harinya di mana Bertha dan Louis Fernando berada di ruang kerja untuk mempelajari dokumen yang dulu pernah dikerjakan oleh Emily.
Hingga sepuluh menit kemudian salah satu orang kepercayaan mereka mengetuk pintu. Setelah mendapatkan jawaban barulah orang kepercayaannya masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Ada apa?" Tanya Louis.
"Maaf, perusahaan William masih menolak bekerja sama dengan Perusahaan Fernando." Jawab Orang Kepercayaannya.
"Tidak mungkin, apakah kamu tidak memberitahu ke mereka kalau perusahaan Fernando telah merekrut pemenang top ke tiga dan mendapatkan piala dunia?" Tanya Bertha sambil berdiri dengan wajah terkejut.
Semua perusahaan pasti sangat senang dan berlomba-lomba jika salah satu dari pemenang juara pertama atau kedua atau ketiga mengajaknya untuk bekerja sama.
Karena itulah Bertha sangat terkejut ketika Perusahaan William menolaknya untuk melakukan kerja sama.
"Saya sudah menyebutkannya tapi mereka tetap saja menolaknya." Jawab Asisten Setianya.
"Kakak kali ini pastinya sudah menyinggung Tuan Muda Richardo William dengan serius. Karena Perusahaan William sangat menghargai talenta, jadi bagaimana mungkin perusahaan William bisa menolaknya?" Tanya Bertha yang selalu berprasangka buruk dan iri hati terhadap Emily.
"Aku kemarin telepon Emily kalau Emily sungguh mengetahui identitasmu." Ucap Louis tanpa menjawab pertanyaan Bertha.
"Kak Emily tahu apa? Memang apa yang Kakak katakan?" Tanya Bertha dengan wajah panik namun berusaha bersikap biasa saja.
"Tidak ada. Tapi nadanya sepertinya sangat meyakinkan dan seolah-olah Dia mengetahui kalau rencana kita akan di tolak oleh Perusahaan William." Jawab Louis.
"Kakak pasti sudah mengetahui identitasku kemudian di depan Tuan Muda Richardo ingin menyingkirkan kita." Ucap Bertha sambil memegang lengan Louis.
"Sekarang hanya ada satu cara." Ucap Louis.
"Kak Louis, Kak Louis punya cara apa lagi?" Tanya Bertha penasaran.
"Karena Emily sudah menggunakan cara kotor maka kita pergi ke perusahaan William untuk menemui CEO Perusahaan William. Biarkan Emily benar-benar putus asa dan dalam industri ini tidak bisa bertahan." Jawab Louis.
"Kak Louis berbuat begitu terhadap Kakak, apakah boleh? Kakak cukup kasihan ..." Ucapan Bertha terpotong oleh Louis.
"Kamu itu, terlalu baik hati. Itu sebabnya Emily terus menindasmu." Ucap Louis sambil memegang pipi mulus Bertha.
"Ayo kita pergi, Aku segera membawa kamu untuk bertemu CEO Perusahaan William." Sambung Louis sambil berdiri dan diikuti oleh Bertha.
'Dasar bodoh, kamu memberiku kesempatan untuk mengenal Tuan Muda Richardo lebih awal. Aku pasti akan membuat Tuan Muda Richardo terpesona terhadapku.' Ucap Bertha dalam hati sambil tersenyum jahat.
Kemudian mereka pergi ke perusahaan milik Richardo untuk melakukan kerja sama. Hingga dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai di perusahaan milik Richardo.
"Hallo, kami ingin bertemu dengan Tuan Muda Richardo." Ucap Louis pada resepsionis.
"Apakah Tuan sudah punya janji?" Tanya resepsionis.
"Belum." Jawab Louis.
"Kalau begitu maaf, jika tidak ada janji maka Tuan tidak bisa bertemu dengan Tuan Muda Richardo." Ucap resepsionis.
"Tolong beritahu ke Tuan Muda Richardo kalau kami adalah pimpinan dari perusahaan Fernando dan Perusahaan Employer Cooperation. Kami ingin bertemu dengan Tuan Muda Richardo untuk membicarakan bisnis kerja sama." Ucap Bertha.
"Baik, tunggu sebentar." Jawab resepsionis.
Kemudian resepsionis menghubungi asisten kepercayaan Richardo yang bernama Asisten Han lewat telepon dan sambungan pertama langsung di angkat.
Resepsionis tersebut menceritakan tentang kedatangan dan keperluan Louis dan Bertha secara singkat. Setelah selesai Asisten Han memutuskan sambungan komunikasi secara sepihak lalu menemui Richardo di ruangannya namun sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu.
'Tuan Muda Richardo, resepsionis mengatakan kalau pimpinan dari perusahaan Fernando dan Perusahaan Employer Cooperation menunggu di bawah untuk bertemu dengan Tuan Muda Richardo." Ucap Asisten Han.
"Biarkan mereka naik dan menunggu di ruang tunggu sampai Aku selesai rapat. Sambil Aku memutuskan apakah Aku bersedia bertemu atau tidak." Jawab Richardo sambil berdiri dan berjalan ke arah pintu.
Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan di mana Louis dan Bertha di minta oleh resepsionis untuk menunggu di ruang tunggu.
Louis dan Bertha tentu saja sangat senang kemudian mereka pergi ke ruang tunggu khusus untuk tamu perusahaan.
Ketika Bertha lagi berjalan tanpa sengaja Bertha mendengar dua suara langkah kaki. Hal itu membuat Bertha menghentikan langkahnya sambil memalingkan wajahnya ke arah samping dan melihat dari kejauhan dua pria berjalan ke arah ruang rapat.
Louis yang melihat Bertha menghentikan langkahnya membuat Louis ikut menghentikan langkahnya begitu pula dengan resepsionis.
"Mengapa kamu bingung? Ayo jalan." Ajak Louis yang melihat wajah bingung Bertha.
"Tadi Aku melihat orang yang masuk ke dalam ruang rapat seperti suami Kakakku." Jawab Bertha dengan wajah bingung.
"Apa kamu yakin?" Tanya Louis.
"Aku tidak begitu yakin, mungkin Aku salah melihat." Jawab Bertha.
"Pasti kamu salah lihat. Orang seperti Dia bahkan tidak tahu di mana pintu masuk perusahaan William." Ucap Louis.
"Memang benar. Mana mungkin suami Kakakku bisa masuk ke manajemen perusahaan William." Jawab Bertha.
"Lebih baik kita jalan saja." Ucap Louis yang tidak sabar ingin bertemu dengan pemilik perusahaan William.
"Ayo." Jawab Bertha dengan singkat.
Kemudian mereka melanjutkan langkahnya mengikuti resepsionis dari arah belakang. Sampai di ruang tunggu mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa sedangkan resepsionis mengambilkan minum untuk Louis dan Bertha.
"Silahkan tunggu sebentar." Ucap resepsionis.
"Terima kasih." Jawab Bertha sambil tersenyum.
Resepsionis tersebut membalas senyuman Bertha kemudian pergi meninggalkan mereka berdua menuju ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Detik, menit dan jam berjalan dengan sangat lama itu yang dialami oleh Louis dan Bertha. Karena menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan terlebih sampai berjam-jam lamanya.
Mereka menunggu sambil makan cemilan, makan berat hingga makan cemilan serta minum yang disediakan oleh salah satu office girl. Hingga tidak terasa sudah sepuluh jam mereka menunggu namun Richardo belum juga datang menemui mereka.
Di mana suasana perusahaan mulai gelap karena para karyawan dan karyawati sudah pulang kerja. Louis berdiri sambil menahan amarahnya yang teramat sangat terhadap pemilik perusahaan.
"Ini sangat menjengkelkan. Orang yang bernama Tuan Muda Richardo ini sama sekali tidak menganggap kita. Kita sia-sia saja menunggu begitu lama tanpa ada hasil sama sekali." Omel Louis.
"Kak Louis, sabarlah. Siapa tahu Tuan Muda Richardo memang sedang sibuk karena mengurus perusahaan sebesar ini." Ucap Bertha yang sebenarnya sudah merasakan bosan.
Namun demi ingin bertemu dengan Richardo membuat Bertha harus bersabar dan berusaha agar Louis tidak meminta dirinya untuk mengajaknya pulang.
Di tempat yang sama namun berbeda ruangan di mana Richardo masih sibuk mengecek dokumen. Hingga beberapa saat kemudian Richardo sudah mulai lelah dan akan melanjutkan pekerjaannya besok pagi.
Richardo mematikan laptopnya kemudian berdiri namun ketika Richardo berjalan beberapa langkah ke arah pintu bersamaan pintu ruangannya di ketuk seseorang.
Setelah mendapatkan jawaban Asisten Han membuka pintu ruangan dan berjalan ke arah Richardo.
"Tuan Muda Richardo, mereka masih menunggu Tuan Muda Richardo di ruang tunggu. Apakah Tuan Muda Richardo ingin menemui mereka?" Tanya Asisten Han.
"Mereka cukup sabar tapi Aku harus pulang sekarang." Jawab Richardo.
"Baik." Jawab Asisten Han dengan singkat.
Kemudian Richardo melanjutkan langkahnya dan meninggalkan ruangan tersebut dan diikuti oleh Asisten Han.
Asisten Han menghubungi kepala sekuriti untuk menyampaikan ke Louis dan Bertha kalau Richardo tidak bisa menemui mereka.
Kepala sekuriti yang mendapatkan telepon dari Asisten Han langsung menemui Louis dan Bertha yang masih sabar menunggu.
"Maaf, perusahaan ini sudah tutup karena sudah malam jadi silahkan pergi dari sini!" Usir Sekuriti.
Kepala Sekuriti tersebut berani mengatakan hal itu atas perintah Asisten Han agar tidak menghormati Louis dan Bertha.
Bertha dan Louis yang mendengar ucapan kepala sekuriti sangat terkejut sekaligus menahan amarahnya secara bersamaan.
"Kami sudah membuat janji untuk bertemu dengan Tuan Muda Richardo. Jadi kami akan menunggunya di sini." Ucap Louis.
"Maaf, Tuan Muda Richardo sudah pulang jadi silahkan pergi dari sini!" Usir Kepala Sekuriti sambil mengarahkan tangannya ke arah pintu.
"Apa?" Tanya Louis dengan wajah terkejut sekaligus menahan amarahnya.
"Tuan Muda Richardo sangat berani mempermainkan kami." Ucap Bertha dengan wajah kesal karena rencananya gagal total.
"Silahkan pergi!" Usir Kepala Sekuriti tanpa mempedulikan ucapan Bertha.
"Si alan!" Bentak Louis sambil memukul meja.
Kemudian Louis dan Bertha pergi meninggalkan perusahaan tersebut sambil menahan amarah yang teramat sangat terhadap Richardo dan juga Emily. Padahal jelas-jelas Emily tidak tahu apa yang sudah terjadi.
Sedangkan di tempat yang sama hanya berbeda di mana Asisten Han selesai menghubungi Kepala Sekuriti. Asisten Han mengantar Richardo pulang ke Perumahan William Garden Estate di mana istrinya yang bernama Emily sedang menunggu dirinya.
Hingga lima belas menit kemudian Richardo sudah sampai di rumah Emily karena kebetulan jalanan tidak begitu macet.
Richardo menekan pin hingga terdengar suara klik tanda pintu utama terbuka. Richardo membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah tersebut.
Richardo berjalan dengan santai sampai Richardo menghentikan langkahnya di ruangan dapur ketika melihat Emily sedang berdiri sambil menyiapkan makan malam.
"Sudah pulang? Ayo duduk dan makan malam bersama." Ajak Emily dengan nada lembut.
"Ok." Jawab Richardo sambil duduk di kursi makan.
"Oh ya, hari ini Aku tidak sengaja melihat Louis dan adik tirimu." Ucap Richardo.
"Apakah Kak Richardo baik-baik saja?" Tanya Emily dengan wajah kuatir.