HATI-HATI DALAM MEMILIH BACAAN!
Serena dan Yuan terjebak di satu malam panas yang membuat mereka menyesali semuanya. Yuan yang memiliki kekasih dibuat bingung antara tanggung jawab dengan Serena atau memilih kekasihnya.
Semuanya menjadi rumit karen Yuan yang candu dengan tubuh Serena tidak bisa berhenti memaksa wanita itu untuk melakukannya. Yuan yang egois tidak ingin memutuskan pacarnya bahkan dia berkata tidak akan pernah merusak pacarnya.
Ketika ia mulai sadar bahwa rasa cintanya telah beralih kepada Serena, semuanya semakin rumit karena kekasih Yuan tidak ingin di lepaskan dan mengancam akan mengakhiri hidupnya jika Yuan meninggalkannya.
Kehadiran Johan di antara Yuan dan Serena juga membuat mereka semakin renggang.
Pernikahan Yuan dan Maudy tiba-tiba dipercepat karena wanita itu menjebak Yuan yang sudah menolaknya mentah-mentah padahal hubungan mereka tengah baik-baik saja pada saat itu.
Serena yang mendengar itu pun memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AICE PARK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bioskop Bersama Pak Johan "Terlena"
Serena berjalan menyusuri koridor kantor bersama dengan Johan, saat ini di kantor sedang istirahat makan siang sehingga banyak karyawan yang berlalu lalang untuk sekedar membeli makan siang atau beristirahat.
Banyak pasang mata menatap Serena dan Johan yang tampak sedang berbicara sembari berjalan, mereka sesekali tertawa kecil yang membuat orang semakin menaruh curiga karena kedua orang itu sangat jarang terlihat seperti itu di kantor.
Saat hampir sampai di depan pintu devisi keuangan merekapun berhenti hendak saling berpamitan karena ruangan mereka berbeda walaupun bisa dibilang lumayan berdekatan.
Belum sempat mengucapkan apa-apa, mereka dikagetkan dengan Yuan dan Maudy yang keluar dari ruangan devisi keuangan.
Yuan menatap Serena dan Johan yang tampak dekat, lelaki itu tak berekspresi sama sekali. Sedangkan Maudy menyapa Johan dengan tersenyum dan membungkukan tubuhnya sedikit.
"Pak Johan, tumben kok disini?" tanya Maudy.
"Kebetulan selesai pertemuan dengan klien dan di dampingi Serena tadi!" jawabnya singkat.
"Owalah, ngomong-ngomong Bapak mau ngga nonton bioskop sama kita nanti?" tawar Maudy yang langsung mendapatkan penolakan dari Yuan.
"Kamu ini aneh banget sayang, Pak Johan kan pasti sibuk banget lagian kan beliau juga ngga mungkin sama kita."
"Betul sekali saya sibuk, mungkin lain kali saya akan bergabung dengan kalian. Apakah kamu ikut, Serena?" tanya Johan kepada Serena.
"Nanti saya ikut Pak," jawabnya.
"Kalau begitu saya ikut, biar yang lainnya di handle sama sekertaris saya!" spontan Johan.
Maudy senyum-senyum sendiri melihat tingkah Johan, dia menebak pasti ada sesuatu diantara Johan dan Serena.
"Baik Pak, nanti akan kami hubungi kalau mau berangkat!" ucap Maudy.
Serena menatap ke arah Yuan, dia masih tidak berekspresi sama sekali. Lagipula apa yang harus ia harapkan dari pria itu?
"Saya masuk dulu Pak Johan, sampai jumpa nanti!" ucap Serena sebelum meninggalkan tempat itu dan masuk ke ruangannya.
Johan menatap punggung Serena dan tersenyum tipis, namun masih bisa dilihat oleh Yuan dan Maudy.
Setelah Serena menghilang dari balik pintu, ia pun berpamitan dengan Yuan dan Maudy, lalu setelah itu pergi menuju ruangannya.
"Kamu lihat tadi sayang? Pak Johan tersenyum, dan dia ikut karena ada Serena? Fiks sih Pak Johan suka Serena!" Maudy langsung heboh.
"Tapi belum tentu bisa dapetin sih, tau sendirikan kalo Serena tuh orangnya jual mahal dan cuek sama orang yang ngga terlalu deket. Yang ada Johan nyerah kalo nunggu dia sampe lama!" ucap Yuan dengan mengalihkan pandangan dan beberapa kali membuat ekspresi aneh.
"Tapi tadi Serena juga bicara sama dia tau, bahkan beberapa kali aku denger mereka juga tertawa sebelum kita keluar dari ruangan ini tadi."
"Bisa jadi mereka bicarain bisnis, Serena ngga bakalan omongin hal-hal lain kalo di kantor, lagian juga mereka kan ngga deket. Dahlah mending makan siang aja daripada bahas mereka!" ucap Yuan sembari meninggalkan tempat itu untuk menuju ke kantin.
Maudy mengernyitkan dahinya dan menatap punggung Yuan sebelum akhirnya mengikutinya untuk pergi ke kantin juga.
*******
Pekerjaan kantor telah selesai, karyawan devisi keuangan keluar dari ruangan mereka setelah membereskan meja mereka.
"Akhirnya selesai juga, Bu Serena hubungi Pak Johan dong. Atau kalau ngga panggil ke ruangannya, boleh ngga?" pinta Maudy.
"Biar aku aja!" Yuan dengan cepat pergi menuju ke ruangan Johan.
Serena menatap Yuan yang melangkah melewatinya, dia sedikit terheran dengan tingkah laku pria itu sedari tadi.
"Aku booking tiketnya ya!" ucap Sifa.
"Jangan dulu, siapa tau mau dibayarin Pak Johan. Mendingan nanti beli langsung disana aja!" ucap Maudy.
"Bener-bener ya lo Maudy, tapi semoga aja dibayarin sih. Soalnya lagi bokek banget nih gue kalu harus bayarin dua tiket!" ucap Rama.
"Jadi ngga ikhlas selama ini ngebiayain aku?" tuding Sifa.
"Ngga gitulah sayang!" Rama langsung memeluk Sifa sedangkan gadis itu cemberut dan terus berusaha menghindarinya.
"Stop bisa ngga sih, itu Pak Johan datang!" sebal Sifa.
"Yaudah maafin ya?"
"Iya iya!" jawab Sifa dengan ketus.
Semua orang menatap ke arah Johan dan Yuan yang baru saja datang. Johan menghampiri Serena, dan Yuan menghampiri Maudy.
"Maaf sudah menunggu lama, ayo berangkat?" tanya Johan.
Semua orang itu pun berangkat menuju ke bioskop terdekat, sesampainya disana mereka langsung memesan tiket dan pop corn paket couple.
Serena dengan Johan, Yuan dan Maudy, Rama dengan Sifa.
"Biar saya saja Pak yang bayar pop corn nya, kan Bapak sudah bayar tiketnya!" bujuk Serena.
"Tidak perlu Serena, kamu simpan saja uangnya buat hal lain!" paksa Johan.
Sedangkan yang lainnya hanya menatap dan mendengarkan perdebatan atasan mereka, Maudy menatap Sifa dan tersenyum kikuk melihat kejadian itu.
"Bener-bener atasan kita ini kayaknya ada sesuatu, satunya kaya dan satunya ngga mau ngalahan!" ucap Maudy.
"Cocok sih! Secara Pak Johan ganteng, cool, tinggi, kaya raya sedangkan Bu Serena cantik, pinter, ambis, dan sangat ke Ibuan bahkan nyaris sempurna. Kayaknya bakalan jadi couple goals sih kalo sampe mereka pacaran atau nikah. Apalagi usia mereka juga ngga terpaut jauh!"
"Bisa jadi," setuju Maudy.
"Tapi ngga akan sih, Johan bukan tipe Serena!" celetuk Yuan.
"Ngga tipe pun kalo jodoh dan cocok ya tetep jadi!" ketus Sifa.
Sedangkan Maudy menatap Yuan dengan alis yang di kerutkan, pria itu sedari tadi selalu menjawab di luar perkiraannya. Seperti orang yang cemburu dengan kekasihnya.
"Woi ayo, bentar lagi film nya mulai!" ajak Yuan yang mendahului semua orang karena merasa kesal dengan Johan dan Serena.
Akhirnya Serena pun mengalah, Johan yang membayari tiket sekaligus pop corn mereka.
Mereka pun memasuki bioskop dan duduk di kursi masing-masing, dengan posisi dari paling ujung kanan adalah Johan, Serena, Yuan, Maudy, Sifa dan yang paling kiri adalah Rama.
Mereka berada di seat belakang sehingga sangat nyaman dan aman dari tatapan orang lain.
Lampu sudah di matikan, beberapa iklan di tayangkan sebelum film di mulai.
Pop corn yang mereka beli berada di tengah-tengah antara couple masing-masing sehingga tidak kesusahan untuk mengambilnya.
Sifa dan Rama tampak sedikit ribut, masih dengan masalah tadi dan beberapa hal lainnya.
Film berjalan, perlahan mulai lah adegan romantis yang membuat Maudy menyenderkan kepalanya di bahu Yuan.
Serena menatap lurus ke layar, namun sebenarnya dia bisa melihat semua yang dilakukan Maudy dan Yuan disana.
Johan mencoba mengambil perhatian Serena, wanita itu pun menoleh dan melihat senyum indah dari Johan.
Lelaki itu membisikkan sesuatu kepada Serena.
"Boleh saya memegang tanganmu?" pintanya.
Serena hanya mengangguk dan tersenyum tipis, wanita itu pun memasrahkan tangannya yang di pegang oleh Johan.
Film terus berjalan, perlahan Johan menarik kepala Serena untuk menyenderkan kepala wanita itu di bahunya.
"Maaf kalau lancang, kamu tidak boleh lihat adegan di samping sana!" ucap Johan kepada Serena.
Di samping sana, Yuan dan Maudy sedang b*rc*u*an. Begitu juga dengan Rama dan Sifa yang sudah terl*n* dengan filmnya.
Layar menunjukkan adegan d*w*s* yang membuat c*u*an mereka semakin panas, Serena menghela nafasnya dan reflek menatap ke arah Johan padahal niatnya untuk mengalihkan pandangannya dari Yuan dan Maudy karena cemburu.
Ternyata lelaki itu menatap Serena sedari tadi dengan dalam, perlahan mereka saling terlena dengan tatapan yang begitu dalam dan menghanyutkan itu.
Perlahan jarak mereka mulai terkikis, Serena memejamkan matanya begitu juga dengan Johan.
Bersambung