Alinah seorang guru SD di kampungnya. Tidak hanya itu, Bahkan Alinah mengajak turut serta murid muridnya untuk menulis buku Antologi Alinah DKK. Alinah tidak memungut biaya sepeserpun atas bimbingan ini. Selain itu sosok Alinah juga sebagai seorang istri dari suami yang bernama Pak Burhan. Bagaimana aktivitas Alinah dalam keseharian itu akan terutang dalam buku ini. Alinah sebagai pendamping suami begitu sayang pada Pak Burhan. Bagaimana Alinah menjalani hari - hari selanjutnya tanpa ada Pak Burhan disisinya? Bagaimana pula Alinah meniti karir sebagai penulis novel? Simaklah buku ini untuk menatap dunia di luar sana .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mugiarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: Guru Honor
Alinah melamar kerja sebagai guru honor di kampung halaman nya namun dirasakan amat sulit baginya. Pernah melamar kerja sebagai guru honorer di kota itu. Tapi Alinah bagai orang yang linglung saat itu. Bagaimana tidak, Alinah tidak punya kenalan seorang kepala sekolah pada saat itu. Ketika itu Alinah memberanikan diri untuk mengajukan lamaran sebagai guru honorer di kampung. Tapi tipis harapan.
Alinah menghadap pimpinan di SMA negeri, namun dari dialog antara Alinah dengan pimpinan sekolah itu membuat nya dia merasa rendah diri. Pesimis untuk mendapat kesempatan sebagai guru honorer. Namun ketika Alinah melihat teman-temannya yang lulusan satu kampus dengannya, semua teman angkatannya itu mendapatkan kesempatan untuk mengajar di sekolah. Baik sekolah negeri atau sekolah Swasta. Tapi usut punya usut, teman Alinah itu punya kenalan seorang kepala sekolah. Bahkan ada teman yang anak nya kepala sekolah, itu baru punya peluang yang besar untuk mengajar di SMA meski hanya berstatus tenaga honor.
Sementara Alinah terlahir sebagai anak petani di kampung. Karena itu entah apa yang ada dalam pemikiran seorang yang menjabat kepala sekolah pada sosok Alinah. Betapa malang nasib Alinah. Di pandang sebelah mata oleh orang yang menduduki jabatan kepala sekolah SMA yang Alinah datangi saat itu. Alinah tak berdaya. Sekalipun melamar dengan ijazah sarjana namun dirinya tak ada peluang di sana. Sementara Ayah dan Ibu Alinah begitu berharap Alinah bisa menjadi guru di desanya.
Pernah beberapa tahun yang lalu Alinah mengajar di SD pejabat yang di datangi mengatakan, “Untuk saat ini belum ada formasi guru honor yang tersedia. Namun apabila keiinginan ibu begitu kuat, silahkan saja ibu mengajar di SD yang ibu pilh, hanya saja ibu tidak mendapatkan honor dari sekolah itu.
Karena Alinah berhasrat ingin menjadi guru, Alinah pun tetap mengajar di sekolah itu. Tanpa honor. Tanpa tunjangan apapun. Alinah pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda goes. Waktu perjalanan hingga menuju ke sekolah tempat mengajar sekitar empat puluh lima menit.
Coba kalau Alinah di era sekarang. Alinah pasti mendapatkan honor dari sekolah. Dapat uang.
Dahulu Alinah murni menjadi guru yang setiap hari ke sekolah dengan mengayuh sepedanya. Begitu luhur hati Alinah, mengajar tanpa honor.
Sementara di era yang sekarang ini Alinah kerap mendengar guru honor yang minta gaji tambahan pada seorang kepala sekolah di SD Negeri.
Tapi itu hak mereka. Alinah tidak mau turut campur dalam hal ini. Bagi Alinah yang terpenting saat ini Alinah mengajar itu karena tugas dan kewajibannya namun pada prakteknya Alinah begitu penyayang pada murid- muridnya.
***
Alina Berjuang kuliah. Kadang kos. Kadang naik sepeda motor. Kadang naik angkot. Kadang numpang pada seseorang yang kebetulan melintas dan searah tempat tujuan kerja.
Suatu pagi di pinggir jalan saat Alinah tengah menunggu angkot yang lewat.
"Ayo bareng aku,!" Mas Pri menyapa Alinah. Mas Pri hendak mengajar ketika itu.
Tanpa berpikir panjang Alinah membonceng Mas Pri menuju ke kampus. Obrolan kecil pun kerap terjadi. Yang terfikir oleh Alinah kala itu hanya ingin secepatnya pergi ke kampus.
***
Tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru honorer di kampung itulah yang membuat Alinah pergi merantau ke Tangerang kota. Tak lama kemudian Alinah mutasi ke Kabupaten Tangerang karena suatu alasan,
Awalnya Alinah merasa nyaman saat-saat pertama mengajar di Kabupaten Tangerang. Namun seiring dengan bertambahnya waktu, ada pernak-pernik kehidupan yang Alinah rasakan. Tak ada tempat yang membuat dirinya nyaman untuk curhat, dirinya menuangkan kisah sedih itu dalam bentuk tulisan dan dimuat di Tabloid lokal. Melalui Cerpen. Alinah pun menulis cerpen.
Cerpen berjudul AKU yang Kecewa
Karya: Alinah
Yaa Rabb
Aku bersujud di atas permadani lembut nan wangi.
Aku menyebut nama-Mu, duhai sang Khalik
Engkau pemilik semua yang hidup
Atau pun yang mati
Kekuasaan,- luas tak bertepi
Karena engkau sang Khalik
Jika sang makhluk merasa dirinya punya kekuasaan
Lantas, apa arti dari semua ini?
Di sana ada penindasan
Di sana ada keangkuhan
Di sana ada kesombongan
Di sana ada keegoisan
Betapa sulitnya, saat diri ini memutuskan Untuk menjadi hamba-Mu yang terbaik.
Namun,
Kau beri hamba-Mu ujdian
Kau beri hamba-Mu hinaan
Serendah tanah di dasar samudra
Dia menghempaskan aku dari kerajaan yang dia ciptakan
Aku terhempas di suatu negeri
Sebuah negeri yang semua penghuni begitu asing di mata ku
Namun seiring waktu berjalan, penghuni itu manusia beradab
Manusia yang berakhlak
Manusia yang santun pada sesama
Manusia,
Yang engkau rahmati, dengan hati sanubari
Ya Rabb, inikah yang Engkau janjika Siapa yang menabur, dia akan menuai
Engkau rahmati hamba-Mu dengan kasih sayang
Hatiku bergemuruh. Ingin rasanya aku berkata pak, mereka yang menghina saya, mereka yang fitnah saya, tapi Bapak terkesan membiarkannya saja! Kalab membiarkan, itu artinya boleh!"
Itulah jeritan hati ku saat mengingat sosok Pak Gunadi. Dia adalah Bos ku di perusahaan yang lama. mengenang kejadian itu, hati bagai tersayat.
Saat seseorang yang katanya membenci orang yang suka berghibah, malah ddia sendiri lah yang yang menjadi orang yang suka menghina orang lain. Sebut saja dia sebagai Mawar. Mawar yang membenci aku teramat dalam. Karena saking membenci aku, dia pun mempengaruhi orang lain untuk membenciku pula. Dan ironisnya, orang lain ikut terpengaruh olehnya. Meski mulanya aku sendiri pun tak tahu apa penyebab dari semua itu? Hingga pada akhirnya aku tahu. Betapa mereka semua membenci aku karena sifat tamaknya. Susah melihat orang lain senang. Dan senang melihat orang lain susah.
Bosku memandang persoalan yang aku hadapi sebagai suatu hal yang bersifat sepele saja. Bahkan Bosku lebih percaya pada rekan kerjaku. Oknum seorang teman yang sampai hati untuk mem- fitnah seorang kawan. Dan Pak Gunadi berpikir bila saya adalah orang yang tak pandai menyikapi candaan seorang kawan. Maklum saja, Pak Gunadi adalah Bos
baru di tempatku bekerja. Belum memahami situasi kerjanya. Sementara oknum yang mengadu pada Pak Gunadi adalah seorang kepercayaan-nya. Pak Gunadi percaya begitu saja dengan kata-kata yang dia lontarkan. Tak hanya itu, Oknum seorang kawan yang membenciku memiliki posisi penting di perusahaan itu sangatlah mudah untuk mencari simpati dan dukungan dari rekan kerjanya.
Rezeki datangnya melalui aku, maka teman-teman berBuat baiklah sama aku!
Sementara itu, dia berjalan lenggak lenggok laksana penari ronggeng.
Suatu kali, aku tak kebagian konsumsi saat di perusahaan itu menggelar acara besar. Ini sungguh aneh. Saat akıı membicarakan soal ini pada pak Gunadi, beliau menjawab begitu santai, "Saya juga tidak kebagian..." mendengar jawaban itu, aku diam tertunduk. Menelan ludah setelah mendengarkan jawaban yang tak puas.
"Bapak tidak memberikan bonus Bulanan secara pribadi ke Bu Lulu" tutur Bu Mawar ngeledek. Menyindirku dengan kata-kata yang dia lontarkan.
"Jangan begitu!" tutur Pak Gunadi dengan lembut.
Mampir juga ya kak ke cerita aku, mari saling mendukung sesama penulis baru. Jangan lupa like & komen nya🤗🤗💋