Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSI TRISYA 2
Trisya memberikan tiga lembar uang seratus ribuan pada petugas resepsionis.
"Ayo lah, Mba. Aku tahu kau sangat butuh uang. Ini adalah yang pertama. Kau beri tahu saja berapa nomor bloknya. Aku tak akan masuk. Setelahnya,. aku akan menambah jumlah ini sepuluh kali lipat, jika kau berhasil mencopy atau menggandakan kunci flat milik Samhadi Duardja Pratama. Bagaimana?" ujar Trisya berusaha bernegosiasi dengan menyogok pegawai wanita tersebut.
Wanita itu menatap uang tiga lembar berwarna mereka bergambar proklamator kemerdekaan Indonesia itu. Wanita itu menoleh kanan dan kiri, memeriksa apakah aman untuk meloloskan transaksi ilegal ini.
Matanya memindai seluruh ruangan hingga akhirnya bertemu dengan sudut di mana ada kamera kecil tersembunyi mengintai semua kegiatan manusia di ruangan itu.
"Bayangkan, Mba. Tiga ratu ribu kali sepuluh. Tiga juta, akan Mba dapat hanya meloloskan saya saja," bujuk Trisya lagi.
Resepsionis yang bernama Anggun itu menutup matanya lalu menggenggam tangan Trisya. Netra menatap lekat gadis cantik dengan pakaian mewah. Ia yakin jika tamunya ini adalah orang kaya.
"Maaf, Nona. Terima kasih atas tawarannya. Tapi, kami dilarang untuk memberi tahukan berapa nomor flat yang dihuni oleh seluruh penghuni apartemen ini," tolak Anggun sambil tersenyum. Genggaman tangannya terlepas dari tangan Trisya.
Trisya tersenyum. Kecut, netra mereka saling menatap dan akhirnya, Trisya pergi dengan langkah lunglai. Ketika di luar gedung bertingkat itu. Seulas senyum sinis terpatri di sana.
Anggun kembali bekerja. Ia hanya menghela napas panjang. Sesekali ia mengusap peluh di keningnya. Mendadak ia merasa ketakutan.
"Aku sudah berbuat benar kan?" tanyanya meragu.
Namun kemudian wanita itu mengabaikan perasaan bersalahnya. Tak lama, pira yang tadi dicari oleh gadis yang baru saja pergi, datang bersama gadis lain. Anggun mengenal gadis yang dibawa oleh pria itu.
"Selamat datang Tuan Pratama, Nona Kaina," sapanya ramah sambil membungkuk hormat.
Sam hanya mengangguk sedang Kai tersenyum lebar pada, karyawan tersebut.
"Terima kasih," sahut Kai.
Mereka berdua pun masuk ke lift. Kai membawa tas dan jas atasannya. Anggun menghela napas lega ketika dua insan itu telah berlalu. Salah satu lengannya ia masukkan kantung roknya.
Wanita itu mengernyit ketika merasakan sesuatu di dalam kantungnya. Ia pun mengeluarkan benda dalam kantung itu.
"Oh."
Ia pun memasukkan kembali benda berbentuk kertas itu dalam saku roknya. Ia kembali bekerja seperti biasa.
Di tempat lain, Trisya tengah berusaha mendapatkan undangan dinner party untuk pembukaan anak cabang perusahaan dari Rusia itu. Sayang, perusahaan itu bukanlah perusahaan display, jadi tak butuh model.
"Ah ... kenapa sulit sekali bisa masuk kalangan pebisnis. Jika saja, Ibu bodoh itu bisa kembali dengan Ayah, aku bisa saja mengambil tepat kembali di sisi Umar Agatha!" racaunya kesal.
"Aku tak mungkin menggandeng pria pebisnis lain. Mau di kemanakan mukaku!" lanjutnya masih meracau.
"Ck ... Ibu bodoh, bisanya kau diceraikan oleh pria sekaya Umar!" gadis itu menghina ibunya sendiri.
"Aku akan tetap ke pesta itu nanti malam. Kai. Tunggu aku," lanjutnya penuh dengan kelicikan.
Drrtt! Trisya melihat ada notifikasi pesan. Satu nomor tak dikenal. Ia membuka pesan. Angka 111 tertera di sana. Gadis itu hanya tersenyum penuh arti.
"Aku akan menepati janjiku. Nanti," gumamnya lagi bermonolog.
Trisya mencari gaun terbaiknya. Gara-gara Arin ditalak oleh Umar. Kini semua bajunya dikirim via kurir ke rumah mantan nenek sambungnya yang baik itu. Trisya mengambil sebagian gaunnya ke apartemen miliknya.
"Umar masih baik hati. Buktinya, ia tak menyita apartemen hadiah ulang tahun ku yang ke tujuh belas tahun ini," lagi-lagi dia bermonolog.
Satu gaun warna gold yang begitu seksi. Ia memilih gaun itu dengan Pump shoes warna senada. Trisya melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya yang memang sempurna.
Benda kenyal yang menggantung dengan bentuk sempurna, perutnya yang rata. Bokongnya yang padat. Pinggulnya yang berbentuk dan pinggang yang ramping.
Ia pun masuk kamar mandi berendam di bathtub beraroma therapi. Ia harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk pertemuan nanti malam. Ia yakin jika mantan ayah sambungnya itu akan hadir di dinner party tersebut.
Malam telah datang. Sam sudah hadir dengan balutan taxedo hitam karya Stuart Hughes Diamond Edition. Begitu berkelas dan mewah. Sedangkan Kaina memakai gaun navi rancangan Christian Dior Haute Couture yang melekat sempurna di tubuhnya. Kaki Kai memakai Stiletto warna hitam sesuai dengan tas jinjing yang dibawanya.
"Selamat datang, Tuan Pratama, Nona Kaina!" sambut Renox dalam bahasa Inggris. (Othor langsung terjemahin aja ya).
"Terima kasih, Tuan Luvinsky," sahut Kai dalam bahas Rusia.
Kai mengikat setengah rambutnya. Perhiasannya hanya kalung liontin berlian merah jambu dengan inisial S. Renox tersenyum penuh arti melihat kalung inisial itu.
'Nama tengahku Serughio, atau Sergio,' serunya dalam hati gembira.
Kai membungkuk hormat ketika mata biru itu menatapnya lekat. Sungguh, Sam ingin mencongkel mata indah itu yang menatap gadis di sebelahnya ini dengan inten.
"Silahkan, silahkan," ujar Renox mempersilahkan tamunya masuk.
Kedua insan itu masuk. Sedang Renox menyambut tamu lainnya. Sam, mengaitkan lengan kanan Kai di lengan kirinya. Gadis itu hendak melepas, tetapi langsung ditahan oleh pria itu.
"Ada Om Umar dan Papaku melihat," peringatnya.
Kai tak jadi melepas rangkulannya di lengan Sam, setelah mendapat tatapan dari dua pria yang kini saling berbisik melihatnya.
'Nggak asik banget sih," sungutnya dalam hati.
Tiba-tiba ia ada ide brilian. Davidson ada di tengah ruangan. Dengan berpura-pura menyapa pria itu, Kai bisa melepas tangannya dari lengan Sam.
"Hai, Dave!" sapa Sam lebih dulu.
Kai urung melepas tangannya. Sam hanya bisa tersenyum penuh arti melihat gadis di sisinya itu cemberut. Mereka mendatangi ketiga pengusaha yang dikenali oleh Kai.
Sedang di halaman parkir. Sosok gadis cantik dengan balutan gaun warna gold yang seksi. Ia bergegas mencegat sosok pria tambun yang ia kenali sebagai sesama teman bisnis mantan ayah sambungnya.
"Om Daniel!" panggilnya.
Pria itu menoleh. Matanya menatap takjub dengan sosok yang memanggilnya.
"Om, ajak aku ke dalam dong Om. Tadi, aku ketinggalan, Ayah keburu pergi setelah aku selesai dandan cantik begini," ujarnya merayu.
"Boleh ya, Om," pintanya memelas.
"Ayo," ajak Daniel sambil menyerahkan lengannya untuk dikalungkan oleh gadis itu.
Dengan senyum lebar, gadis itu merangkul dan menggelayutkan tubuhnya di sisi pria berusia lebih tua dari Umar itu.
Ketika memasuki ruangan. Trisya terkagum dengan dekorasi ruangan yang begitu mewah. Bahkan kain-kain yang menghias adalah terbuat dari sutra terbaik. Lampu-lampu hias yang menggantung terbuat dari kristal.
Semua yang hadir pun memakai setelan mewah dari designer ternama. Trisya sedikit minder, walau ia memakai gaun terbaik, tetapi bukan dari designer ternama di dunia.
"Hai Mr. Daniel Subrata, selamat datang," sapa Renox ramah.
Lagi-lagi Trisya terpana dengan ketampan pria yang menyambut mereka. Mata biru nan tegas, hidung mancung, rahang kokoh, badan atletis nan tinggi. Sosok sempurna setelah Samhadi tentunya.
Daniel membawa gadis itu masuk ke dalam, setelah Renox mempersilahkan mereka. Matanya kini mencari sosok yang ia cari. Di tengah ruangan, gadis itu mendapat apa yang ia cari.
"Sam, Kai!"
bersambung.
nah loh ... mo ngapain gitu?"
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat