NovelToon NovelToon
Stole My Rain

Stole My Rain

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ega Endrawati

Aku Revina.

Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.

Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.

Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?

Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?

Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.

Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Setelah keluar dari bioskop. Stevi terus saja menggandeng tangan David,seolah David akan kabur darinya.

“Kita mau kemana sekarang?” Tanya Stevi.

“Pulang aja,nanti kamu di cariin Mami kamu”

“Iihh masa langsung pulang” rengek Stevi.

“Ya terus mau kemana ? Ini udah mau malem,kamu belum ganti baju belum ngabarin Mami kamu kan”

“Ya tapi kan aku mau makan,boleh ga kita makan dulu ? Revina juga laper,ya kan Rev” tanya Stevi menumbalkanku.

“Kamu laper?” Tanya David kepadaku.

“Iya lah. Anak orang ga lo kasih makan seharian mana dari bioskop kedinginan,ya lo fikir aja sendiri” ketus ku dengan begitu sinisnya. Namun David malah tertawa mendengar ocehan ku.

“Ya udah mau makan apa kalian?” Tanya David.

Stevi terlihat begitu senang karena akhirnya David mau mengajak nya makan.

“Mmm makan apa ya? Mau makan ala apa ni kita ? Western, lokal ?” Tanya Stevi.

“Steak aja gimana ?” Tanya David kepada Stevi lalu dia melihat ke arahku,mungkin dia ingin melihat ekspresiku saat tau dia mengajak untuk makan makanan favorit ku.

“Nah steak enak tuh,Revi suka banget sama stek. Iya kan Rev?” Tanya Stevi.

David menatap ku dengan senyum penuh arti.

“Ihh ya udah udah udah cepet,gue laper ni”

“Okee kita menuju tempat steak enak disini”

Kami sudah duduk di salah satu meja restaurant yang ada di dalam mall. David memanggil pelayan restaurant dan mulai membaca menu makanan yang ada di tangannya.

“Aku mau Beef Ribeye ya tingkat matang nya medium aja bumbunya barbeque,kalian apa ?” Tanya Stevi yang sudah lebih dulu memesan.

“Mbak saya pesan Steak Tenderloin kematangan nya Well ya bumbunya yang barbeque terpisah” ujar David.

“Lo apa Rev?” Tanya Stevi.

Aku menatap David.

“Samain aja” ucap ku sambil memasukan snack yang di sediakan pihak restaurant untuk kami makan selagi menunggu pesanan.

“Sama gue?” Tanya Stevi bingung.

“tapi kan lo ga suka daging ga mateng” dia masih saja tidak sadar.

“Oh sama David maksudnya”

“Iyaaa..Udah cepetan biar cepet di bikin pesanan nya” ujar ku dengan masih saja marah marah.

David menatap ku dengan tersenyum seperti meledek. Dia pasti sengaja memesan steak kesukaan ku agar aku bisa mengingat masa dimana kami pernah membeli makanan ini berdua,dan dia seolah memberi tahuku jika dia masih ingat dengan makanan kesukaan ku di setiap detailnya.

Makanan datang. Kami langsung makan dengan begitu lahapnya. Aku tidak ikut berbincang sama sekali,aku hanya terus berfokus dengan makanan di hadapan ku sampai habis agar aku bisa cepat pulang.

Makanan kami semua sudah habis. David membayar dulu semuanya,lalu kami beranjak dari resaurant itu.

Baru saja kami keluar daru restaurant,aku dan David di buat heran dengan ekspresi Stevi saat membuka sebuah pesan di handphone nya.

“Mati gue. Mami gue minta liveloc” ucap Stevi sambil memegang kepalanya.

“Hah kenapa ?”

“Soalnya gue bilang mau beli peralatan buat tugas bareng elo Rev”

“Kan kan kann.. ya lo lagian cari bahan tugas sampe jam segini aneh banget” omel ku.

“Kita harus cepet2 pulang”

Lalu Stevi berlari kecil mengejar lift yang hampir tertutup.

David langsung melajukan mobil keluar mall.

“Kita langsung kerumah kamu?” Tanya David.

“Iya Mami aku udah neleponin”

Aku langsung tidak terima dengan keputusan Stevi yang tidak seperti perjanjian awal.

“Kerumah gue dulu lah. Lo janji mau anterin gue dulu kan Stev”

“Iya tapi di anter David. Kamu gapapa kn anter Revina dulu pulang” tanya Stevi kepada David.

“Ngga,gue gamau”

“Terus lo mau pulang naik apa ?”

“Gue bisa pesen taxi online”

“Ini udah malem Rev”

“Ya gapapa kenapa emang?”

“Ya jangan nanti lo malah di bawa kabur sama taxi online”

“Ya udah,gue minta driver gue aja buat jemput di tempat lo atau dimana kek”

“Lama lagi Rev,rumah lo tuh jauh kalo dari rumah gue dari ujung ke ujung. Udah ga apa apa di anter David aja,lagian kalian searahkan?” Tanya Stevi ke David.

David hanya menganggukan kepalanya.

“Gue ga mau”

“Ayolah Rev. Kalo ada apa-apa sama lo gue yang di amuk sama anak2 nanti”

Aku langsung berfikir sejenak.

Masalahnya jika aku di biarkan berdua saja dengan David,David pasti akan menyerangkan ku dengan berbagai pertanyaan pertanyaan yang membuat ku enggan untuk menjawab nya.

“Oke ya?” Tanya Stevi.

Aku tidak menjawab hanya memasang wajah malas dan memalingkan wajah ku menatap luar jendela.

Kami sampai di dekat Rumah Stevi.

“Ga apa apa sampai sini?” Tanya David.

“Ga apa apa. Aku takut mama liat mobil kamu,aku jalan sedikit aja”

“Ya udah”

Lalu Stevi mendekatkan wajah nya ke David,dan mendaratkan ciuman di pipi kiri David dengan begitu lembut. David hanya bisa diam menerima ciuman manis itu dan wajah nya tiba-tiba berubah jadi gundah.

Stevi keluar mobil.

“Pindah ke depan Rev” pinta Stevi sambil sedikit menunduk untuk melihat ku di jendela mobil.

“Gue ga mau”

“Aku bukan supir. Pindah kedepan!” Pinta David dengan nada yang menyeramkan.

Aku berdecak dengan kesal dan keluar dari mobil lalu menutup pintu dengan kencang. Stevi berdiri di hadapan ku dengan senyum bodohnya.

“Ini kali pertama dan terakhir gue mau di nemenin lo pacaran”

“Okee” bisik Stevi dengan wajah yang takut.

Aku masuk kembali ke dalam mobil dan duduk di samping David yang menyetir.

“Bye” pamit David.

“Bye sayang. Titip Revi ya”

“Oke”

Wajah ku terus saja menatap kedepan dengan terus mengerutkan kening ku karena kesal. Stevi pasti menyadari itu,sehingga dia tidak berani berpamitan kepadaku.

Ketika mobil sudah melaju di lampu merah David menatapku dengan lesu.

“Seatbelt nya mau aku yang pakein atau kamu yang pake sendiri” pinta David dengan dingin.

Aku menyadari jika aku belum memakai seatbalt. Lalu buru-buru aku memasang nya sebelum tangan dia yang mendahului ku untuk memasang seatbelt nya.

“Aku ga tau kamu ikut” ucap David dengan begitu lembut.

“Stevi yang maksa”

“Aku udah terlanjur beli tiket nya jadi terpaksa kamu harus ikut nonton”

“Ga masalah”

“Kenapa Stevi minta kamu untuk ikut ? Tumben banget”

“Dia cuma pengen nunjukin kalo pacarnya itu baik,ga seperti apa yang kita fikirin” ucap ku menatap nya dengan sinis.

David mengehela nafas.

“Tadinya memang aku mau putusin dia secara baik-baik hari ini. Tapi pas aku tau kamu ikut,aku jadi susah buat bilang nya”

Aku menatap David tak percaya.

“Putus? Setelah puluhan kali kamu sakitin dia dan bikin dia nangis terus sekarang kamu mau minta untuk putus?”

“Ya ini untuk kebaikan dia. Biar dia ga terus2 an ngerasa di sakitin sama aku kan?”

“Ya bukan gitu caranya. Harusnya kamu lebih memperlihatkan gimana sayang nya kamu sama Stevi bukan malah ninggalin dia”

“Aku ga pernah jatuh cinta sama Stevi,Rev. Bahkan sampai detik ini,aku ga bisa jatuh cinta sama dia. Kamu tahu itu kan?!”

Aku menggelengkan kepala ku.

“Dari awal kamu minta aku untuk menerima dia aku udah coba buat jatuh cinta sama dia,tapi apa hasilnya ? Aku ga bisa. Aku malah masih jatuh cinta sama kamu”

Hatiku berdebar hebat ketika dia kembali mengutarakan perasaan nya. Sudah lama sekali aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini lagi,namun perasaan ini bukanlah perasaan yang membahagiakan,tapi perasaan yang penuh dengan kesedihan.

“Aku cape terus2an berbohong kalau aku jatuh cinta sama Stevi. Aku cape terus berusaha buat jatuh cinta sama dia,aku ga mau nyakitin dia jauh lebih lama lagi. Aku mau akhirin semua ini”

“Kalo kamu putusin dia,dia bisa gila Vid. Kamu ga tau gimana sayang nya dia sama kamu,kamu ga tau gimana dia mengagungkan kamu di hadapan kita semua. Dia sesayang itu sama kamu,aku ga bisa liat dia sedih lagi”

David berdecak kesal.

“Kenapa sih kamu selalu mementingkan perasaan orang lain di banding perasaan kamu sendiri. Kenapa sejak awal kamu ga pernah bilang sama teman2 kamu kalo kamu juga sayang sama aku Rev. Kenapa harus berbohong yang hanya akan menyakiti perasaan kita satu sama lain”

“Ya karena dari awal aku ga tau kalau ternyata sahabat aku sendiri juga suka sama orang yang sama sama aku. Kalau tau kaya gitu aku ga akan pernah mau sejauh itu sama kamu”

“Ya kenapa ga dia aja yang ngalah,kenapa harus kamu. Jelas-jelas yang aku sayang dari dulu itu kamu”

“Kamu ga usah munafik,kamu juga mau nerima Stevi karna kamu suka dia kan?”

“Bukan karena aku suka dia. Tapi karena kamu pergi dari aku tanpa alasan jelas. Aku cuma mau tau seberapa jauh kamu bertahan liat aku pacaran sama Stevi,ternyata sampai sejauh ini pun kamu masih mau mengorbankan perasaan kamu untuk sahabat kamu”

“Perasaan itu udah hilang sejak lama” ucap ku begitu lirih sambil menatap keluar jendala dengan mata yang berkaca kaca.

“Apapun yang terjadi,aku akan tetap putusin Stevi”

Aku menatap dalam David.

“Ga masalah kamu mau putusin dia,tapi aku mohon jangan ninggalin luka yang begitu dalam untuk Stevi. Aku sayang Stevi,aku ga bisa liat dia sedih,aku mohon”

David menatap ku dengan pilu. Dia paling tidak bisa melihat ku memohon seperti ini.

Kita sampai di depan rumah ku. Aku langsung melepaskan seatbelt ku dan membuka handle kunci mobil. David menahan tangan ku.

“Tunggu”

Aku menatap nya menunggu apa yang akan di katakan nya lagi.

“Apa benar perasaan itu udah hilang dalam diri kamu?” Tanya nya membuat ku ragu untuk menjawabnya.

David memiringkan posisi duduknya untuk lebih mengintimidasiku.

“Aku tanya. Apa kamu benar2 udah ga jatuh cinta sama aku”

“Aku harus masuk vid” ucap ku berusaha keluar dari mobil.

Namun David malah mempererat pegangan tangan nya di lengan ku.

David malah lebih mendekat diri ke kursiku.

Dia menyentuh pipiku dengan lembut. Tatapan dia sejak dulu tidak pernah berubah,selalu begitu dalam dan tulus. Setiap kali melihat wajah nya sedekat ini aku selalu merasa tenang,aku selalu melihat kedamaian di dalam diri David,aku tidak pernah menyangka sekarang situasi kami begitu rumit,bahkan mungkin hubungan kami pun sudah tidak akan pernah bisa untuk di mulai.

Aku tersadar kepada dunia ku. Bibir David hampir saja menyentuh bibir ku jika saja aku tidak sadar. Aku menjauhkan wajah ku darinya,aku melepaskan tangan lembutnya dari wajahku,lalu aku menggelengkan kepalaku.

“Aku udah ga jatuh cinta sama kamu” ucap ku dengan penuh keberanian sambil menggelengkan kepalaku.

“Ga ada lagi perasaan yang tersisa untuk kamu” dan lalu aku pergi dari sana sebelum David kembali menghipnotisku lagi kedalam kebahagiaan itu.

Saat masuk ke dalam rumah aku meneteskan air mata. Begitu pedih sekali harus mengutarakan perasaan yang bertolak belakang dengan isi hati. Tapi aku tidak ingin egois untuk menggugu perasaan ini,aku tidak ingin menyakiti hati sahabat sejatiku. Biarlah perasaan ini akan aku pendam sendiri,dan rasa sakit yang akan aku telan sendiri.

1
vivian
Support up thor semangattttt
tyan_01
Up thor
vivian
Love you thor
venna
Terusan nya gimanaa ???
Anonymous
Bagus thor😇
Ms. No name
Ayo up thor upp
venna
Lanjut thor semangat 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!