Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Kamu dari mana?"
Suara Aslan mengagetkan Aisyah yang baru saja menutup jendela. Tangan itu langsung memeluk istri nya. Aisyah begitu terkejut.
Mereka pun memulai dengan pertempuran kecil yang hangat. Aslan tidak memperdulikan tubuh istri nya yang basah oleh keringat. Bagi nya, keringat Aisyah begitu seksi.
Aisyah pun seakan lupa pada kejadian semalam yang membuat nya ngambek. Bujuk rayu sang suami membuat nya lupa segala nya.
Aisyah tertidur setelah semua nya berakhir. Akan tetapi, ia langsung bangun dan mandi karena sebentar lagi ia harus menyiapkan sarapan.
Ponsel nya menyala. Dan seperti biasa. Makanan telah tiba di depan pintu gerbang. Untung saja jam segitu pak satpam belum datang.
Satpam yang bekerja di rumah Aslan bisa pulang karena rumah nya bersebelahan. Aslan tidak bisa percaya pada siapapun untuk tinggal lebih lama di rumah nya. Ya walaupun seorang satpam.
Satpam pulang ketika Aslan pulang kerumah. Setelah itu, ia boleh pulang kerumah nya. Aslan pun tidak pernah pulang larut. Ia tidak ingin meninggalkan Alin lama seorang diri dirumah itu.
"Mau kemana sayang?" Tanya Aslan saat melihat Aisyah mau pergi.
"Mau menyiapkan sarapan. Kamu mandi aja dulu."
"Bentar lagi deh. Masih lelah ini. Kamu jago banget. Aku hampir aja kalah."
Aisyah tertawa kecil. Dan langsung pergi begitu saja. Jika di biarkan, ia takut nanti akan menyambung lagi cerita yang tadi.
Seperti biasa, sarapan pagi sudah tersedia. Untuk bekal Alin, akan di kirim ke sekolah nya nanti ketika jam istirahat. Biar fresh dan Alin bisa makan selagi hangat.
Jangan tanya mengapa Aslan tidak tahu. Jelas saja. Aisyah memakai uang pribadi nya untuk menyiapkan segala nya.
"Udah siap aja sarapan nya."
"Baru aja siap kok sayang. Kamu makan dulu?"
"Boleh deh."
"Papa nggak nungguin Alin? Papa curang mau makan duluan."
"Papa lupa sayang."
"Bundaaaa,,"
"Iya sayang ku. Sini makan. Nanti Papa akan Bunda marahi ya."
Alin pun memeletkan lidah nya ke arah Aslan. Aslan begitu terkejut. Sejak kapan anak nya Alin jadi seperti itu.
"Bunda, hari ini di sekolah Alin ada lomba."
"Lomba apa?"
"Nggak tahu. Lomba nya banyak. Bunda bisa datang?"
"Tentu bisa. Tidak ada yang tidak bisa Bunda lakukan untuk anak Bunda."
"Horee,,"
Alin begitu kegirangan. Hidup nya yang dulu gelap, kini sudah memiliki cahaya.
Alin pun berangkat sekolah bareng Bunda nya kali ini. Ia sudah tidak takut lagi jika mereka akan menghina Bunda nya yang gendut.
Ternyata hari itu adalah hari peringatan ulang tahun sekolah nya Alin. Sesampainya mereka di sana, sekolah sudah di hias sedemikian rupa.
Semua murid dan orang tua nya memakai kostum aneh yang lucu. Hanya Alin dan Aisyah yang memakai pakaian biasa.
"Sayang, kok kamu nggak bilang ke Bunda, kalau hari ini mesti pake kostum?"
"Hmm,, Alin takut Bunda nggak mau pake kostum kayak begitu."
"Kan kamu belum nanya."
"Hmm,, maafin Alin Bunda." Ucap nya sambil menunduk. Aisyah jadi merasa bersalah pada anak nya itu.
"Kalau Bunda pesan kostum nya, kamu mau pake nggak?"
"Mau kok. Apa aja asalkan Bunda mau."
Aisyah langsung mengirimkan pesan pada Bonita. Dalam waktu tiga puluh menit kostum itu harus sudah tiba.
Bonita memaki Aisyah sedemikian rupa. Namun Bonita tidak bisa berkata tidak jika Aisyah sudah meminta tolong.
"Pak, kita ke suatu tempat ya. Kami mau ganti kostum dulu. Seperti nya kami salah kostum deh hari ini."
"Saya juga mau ngomong gitu, Bu. Tapi, tidak berani. Karena saya dengar dari supir yang lain, jika hari ini harus pakai kostum."
"Lain kali, apapun informasi yang kamu dapatkan dari sekolah nya Alin, kamu laporkan ke saya. Saya tidak mau, hal seperti ini terjadi lagi."
"Baik, Bu Aisyah."
Supir pun mengantarkan Alin dan juga Aisyah ke suatu tempat. Alin tidak tahu itu di mana. Sebuah toko jahit yang di dalam nya memiliki banyak lorong.
Lorong-lorong itu bahkan tidak bisa di ingat oleh nya. Seandainya ia tersesat di sana, mungkin ia tidak akan pernah pulang.
"Alva,"
Mata Aisyah melotot saat ada yang memanggilnya dengan nama itu.
"Maaf, aku Aisyah."
"Oh,, aku salah orang."
Ternyata wanita itu adalah salah satu teman nya juga. Hanya saja, ia lupa jika saat ini Aisyah sedang bersama Alin.
"Apa sudah siap?"
"Sudah. Tapi aku tidak tahu bagus atau tidak. Kamu minta nya mendadak."
"Aku pernah meminta kau menyelesaikan kostum ku dalam waktu lima menit, bukan."
"Benar. Tapi yang ini beda Aisyah."
"Tapi sudah jadi bukan?"
"Tu, lihat saja di sana."
Alin melihat kostum yang di maksud. Demi apa, tukang jahit kenalan Bunda nya, bisa menyelesaikan kostum itu dalam waktu beberapa menit saja.
"Sayang, kamu suka?"
"Alin suka Bunda. Suka sekali." Ucap Alin dengan wajah sumringah.
"Calista, karena anak ku suka. Satu koin emas untuk mu."
"Benar kah?"
"Apa aku pernah berbohong?"
"Terima kasih Aisyah. Aku akan bekerja dengan giat lagi saat kau meminta tolong."
Teman nya Aisyah berteriak kegirangan. Kapan lagi ia bisa mendapatkan koin emas. Biasa nya paling tinggi, hanya koin perak yang ia dapatkan dari para agen.
Tapi kali ini, ia mendapat kan koin emas karena anak tiri nya Alva atau Aisyah. Di dalam dunia mereka. Koin emas adalah pembayaran tertinggi yang diberikan kepada para penjual jasa.
Jika sudah mendapatkan koin emas, bisa di pastikan usaha nya akan di lirik oleh kaum atas. Aisyah memang memiliki banyak koin emas.
Ia dapatkan dari misi-misi yang ia jalankan dulu. Harta nya juga tidak terhingga. Untuk yang satu ini, ia tidak jujur pada suami nya.
Ia takut Aslan akan pingsan jika tahu harta milik Aisyah yang sebenar nya.
"Sayang, ayo kita ganti kostum."
Setelah berganti kostum, Alin dan Aisyah pun masuk ke dalam mobil.
"Bu, lima menit lagi kita masuk."
"Apa? Kok kamu nggak bilang dari tadi."
"Saya udah masuk tapi tersesat dan kembali keluar."
"Duduk di belakang. Pakai sabuk pengaman."
"Ibu mau apa?"
"Duduk saja dan jangan banyak tanya! Alin sudah Terlambat. Alin, pakai sabuk pengaman dan jangan takut anggap saja kita sedang naik rollercoaster. Oke."
"Oke Bunda."
Pak supir akhir nya pindah ke belakang bersama Alin. Aisyah duduk di depan dan mengendarai mobil itu.
Aisyah pun mulai mengendarai mobil itu dengan perlahan. Namun, ketika jalanan sepi, ia langsung tancap gas. Mobil itu bergerak sangat cepat.
Pak supir sampai tidak bisa bernafas dan jantung nya tidak berhenti memompa.
"Alin, kita sudah sampai sayang."
Aisyah langsung turun dan menggendong Alin. Ia tahu, mungkin Alin masih terguncang jiwa nya.
Sedangkan Pak supir, sedang memuntahkan sarapan buatan istri tercinta di halaman belakang.
"Owalah Pak Aslan. Istri mu mantan pembalap, Pak eeee."
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...
bukan gerahnya.
aku harap Alin adalah yg asli
bermakna ada wanita lain ka?....