Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.
Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.
Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Melihat Roger dan Ronald membuat Raka ingin sekali memeluk kedua anak kandungnya itu.
Raka bisa melihat dengan jelas wajah mereka berdua, bahkan rupa keduanya sangat mirip dengan mendiang Laras.
"Ya Allah, Laras. Jika kamu tahu semua anak kita sudah sebesar dan selucu ini, pasti kamu juga akan senang melihatnya, pikir Raka.
Dia sudah melupakan apa yang dilakukan Laras dan keluarganya kepada dua anaknya itu.
Walaupun jika sebenarnya mereka semua tidak membuang Roger dan Ronald ke panti asuhan, tentu mereka akan bersama dengan Raka saat ini.
Raka tersenyum sambil memandangi Roger dan Ronald yang dipeluk oleh ayah angkatnya itu.
Panca yang saat itu sedang bersenda gurau dengan Roger dan Ronald mengalihkan pandangannya kepada Raka.
Dua pun merasa heran dengan tatapan Raka yang begitu lekat kepada kedua balita itu.
"Apa yang kamu lihat?" tanya Panca yang membuyarkan lamunan Raka.
"Tidak apa-apa, Tuan Panca. Aku melihat kedua anak Tuan Panca sangat lucu sekali, keduanya begitu tampan," jawab Raka.
"Tentu saja, mereka adalah kedua jagoanku," jawab Ronald dengan nada bangga.
Raka sebenarnya merasa terluka dengan apa yang dikatakan oleh Panca.
"Tidak, Panca. Kedua anak ini adalah anak kandungku. Sudah kupastikan mereka adalah darah dagingku yang dibuang oleh keluarga Laras di Panti Asuhan Harapan Bunda, gumam Raka.
Tok tok tok!
Kemudian terdengar suara ketukan sepatu wanita yang menghampiri Panca, Roger, dan Ronald.
"Wah, ternyata kalian berdua sedang bermain bersama Papa ya?" seru wanita yang bernama Dita.
Wanita cantik itu kemudian membelai dan mencium Roger dan Ronald secara bergantian.
Raka melihat pemandangan itu merasa cukup iri. Sebab seharusnya dialah yang mengasuh kedua anak kembarnya bukan Panca dan Dita.
Dalam hati Raka menangis, karena sudah terpisah dengan kedua anak kembarnya itu.
Namun Raka bersyukur karena Roger dan Ronald memiliki kehidupan yang serba kecukupan.
Bahkan tubuh mereka jika dilihat secara cermat, tumbuh dengan baik. Pakaian yang dikenakan juga pantas dan bagus.
Raka menjadi merasa rendah diri, apakah dia bisa membahagiakan kedua anak kembarnya itu jika sudah jatuh ke tangannya.
Namun bagaimanapun juga Raka adalah ayah kandung mereka. Apapun akan berakal lakukan demi kebahagiaan Roger dan Ronald. Bahkan memperjuangkan hak asuh mereka.
"Tenang saja anak-anakku! Papa pasti akan berjuang demi kalian agar kalian berdua bisa kembali ke dalam pelukan Papa lagi, kata Raka dalam hatinya.
Namun saat Raka tengah memperhatikan Roger dan Ronald. Dita malah merasa risih dengan sikap Raka.
"Siapa dia, Suamiku?" tanya Dita kepada Panca.
"Dia adalah tukang kebun baru kita, untung saja Pak Danu cepat mengirimkan penggantinya ke rumah ini," jawab Panca.
Kemudian Dita memperhatikan Raka dari ujung kepala sampai ujung kepala.
'Penampilannya tidak terlalu buruk bahkan cukup rapi, Dita menilai dari penampilan Raka.
Namun Dita merasa risih karena Raka terus memperhatikan kedua anak kembarnya.
"Hei, apa yang kamu lihat? Kenapa kamu memandangi kedua anakku seperti itu?" tegur Dita. Raka terkesiap mendengar apa yang dikatakan Dita saat itu.
"Maaf, Nyonya. Saya juga sangat menyukai anak kecil, apalagi kedua balita lucu ini," jawab Raka.
"Kedua anakku memang menggemaskan, tetapi kamu jangan memandangi mereka seperti itu! Itu sangat tidak sopan," tegur Dita lagi. Dia kurang menyukai sikap Raka.
"Maafkan saya, Nyonya," ucap Raka sambil menundukkan kepalanya. Walau dia sebenarnya masa kecewa dengan sikap Dita saat itu.
"Sudahlah, istriku. Dia bekerja di sini, tentu dia akan terus bertemu dengan Roger dan Ronald setiap hari,” kata Panca
"Tetapi aku tidak ingin kedua anak kita dekat dengan orang rendahan seperti dia," Perkataan Gita sangat menusuk hati Raka.
'Astaga, lancang sekali mulut majikanku ini!' pikir Raka.
Namun dia harus berusaha menahan emosinya. Kini Raka menjadi merasa khawatir jika Dita tidak akan mengizinkan Raka dekat dengan kedua putranya.
Tetapi Raka akan berusaha untuk bisa membuat Roger dan Ronald mengenalnya sebagai ayahnya.
Kedua anak itu pun nampaknya memperhatikan Raka dari tadi. Bahkan Roger yang sebenarnya ingin mendekat pada Raka dibandingkan Ronald.
Raka sebenarnya sangat ingin memeluk keduanya. Tetapi hasrat kerinduannya itu ditahan oleh Raka selama dia belum mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan kedua anak kembarnya tersebut.
"Tunggu Papa, kedua anakku sayang. Kita pasti akan bisa berkumpul bersama Mama Sarah dan juga Kakak Rama, kata Raka dalam hatinya.
"Baiklah, apa kamu ada yang ditanyakan lagi?" tanya Panca. Raka menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, besok datanglah saat pagi hari untuk bekerja," tandas Panca.
"Aku masih ada urusan lain, sampai ketemu besok dan jangan sampai terlambat," sambungnya sambil meninggalkan Raka.
Panca lalu menggendong kedua anak diikuti istrinya dengan dua pengasuh balita kembar itu.
Raka kemudian keluar dari rumah tersebut. Hatinya begitu riang, karena esok hari Raka akan bertemu lagi dengan kedua anak kembarnya.
Dia juga berharap bisa semakin dekat dengan Roger juga Ronald. Kemudian Raka dihampiri oleh petugas keamanan rumah itu.
"Bagaimana? Apakah kamu diterima sebagai tukang kebun di rumah ini?" tanya petugas keamanan tersebut. Raka mengiyakannya.
"Benar, Pak. Terima kasih sudah membantu saya," jawab Raka ramah.
Kemudian petugas keamanan itu mengulurkan tangannya.
"Selamat bekerja di sini, aku harap kamu betah. Perkenalkan namaku adalah Sapta, kalau ada yang tidak kamu pahami kamu bisa menanyakannya kepadaku," kata Sapta.
Raka menganggukkan kepalanya. Dia berpikir kalau Sapta adalah orang yang ramah.
"Baiklah, Pak Sapta. Terima kasih untuk semua kebaikan Pak Satya kepadaku," ucap Raka, yang kemudian pamit undur diri dari hadapan Sapta.
Raka kemudian pulang ke rumahnya, dia tidak sabar lagi untuk menunggu esok hari.
Tetapi Raka masih berpikir untuk bisa membagi waktunya agar dia juga bisa berjualan roti.
Bagaimanapun juga Raka harus terus fokus untuk mengembangkan usahanya itu. Kemudian Raka pun tidak tiba di rumah dan disambut oleh Rama.
"Hore! Papa sudah pulang seru!" Rama yang berlari sambil menghampiri Raka.
Dia ingin sekali digendong oleh Raka. Raka pun kemudian menggendong bocah itu.
"Bagaimana, Papa? Kapan Papa bisa membawa pulang kedua Adik kembarku?" tanya Rama. Raka tersenyum sambil mengurus rambut Rama.
"Rana doakan saja, semoga Papa bisa segera membawa pulang kedua adikmu itu," jawab Raka. Kemudian Sarah turut menghampiri Raka.
"Bagaimana, Raka? Apakah kamu diterima bekerja sebagai tukang kebun di rumah itu?" tanya Sarah.
"Alhamdulillah aku diterima bekerja di rumah itu, Sarah," jawab Raka.
"Lalu mulai kapan kamu bekerja, Raka?" tanya Sarah lagi.
"Mulai besok pagi aku bekerja di sana, Sarah. Tetapi aku masih ragu untuk bisa dekat dengan kedua anakku itu," ungkap Raka.
"Sebab nampaknya ibu angkat mereka tidak menyukaiku," Papar Raka yang mengungkapkan isi hatinya kepada Sarah. Sarah kemudian tersenyum.
"Percayalah kepadaku, Raka. Naluri ayah dan anak pasti akan segera terhubung," ujar Sarah yang berusaha menghibur hati Raka.