Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diserap masuk
Beberapa hari terakhir, Dilema akan pilihan membuat Yuan perlu berfikir keras menentukan pilihan yang tepat. Entah tetap memfokuskan diri menjalani latihan atau mempelajari dan memahami Kitab Alam Suci terlebih dahulu demi mengungkapkan kekuatan misteri dari kitab tersebut.
Dihantui dengan rasa keingintahuan, berbagai cara sudah dilakukannya namun semuanya tidak membuahkan hasil. Kejadian aneh terjadi hanya ketika pertama kali saat dia menyentuh Kitab Alam Suci tersebut.
Semenjak kejadian aneh malam itu, kehidupan Yuan kembali seperti biasa saja tidak ada kejadian janggal atau pertanda-pertanda lainnya dari Kitab Alam Suci.
Nenek Ling pernah berkata kepadanya, jika Kitab kuno yang utuh pasti memiliki jiwa didalamnya. Apabila seseorang ingin mempelajari isi dari kitab tersebut, langkah pertama adalah bertemu dengan pemilik jiwa di dalam kitab itu terlebih dahulu.
Namun untuk secara pastinya bagaimana bentuk dan wujud jiwa didalam kitab itu nenek Ling tidak mengetahuinya.
"Huh.."Yuan menghela nafas kasar. Seperti biasa, dia selalu pergi ke hutan siluman untuk bertarung dengan para siluman yang sudah ditentukan oleh nenek Ling sebelumnya.
Khasiat permata siluman sudah dijelaskan oleh nenek Ling kepada Yuan, namun anehnya dirinya sama sekali tidak mendapatkan izin untuk mengonsumsinya.
Sebagai murid yang patuh, Yuan mengikuti semua larangan nenek Ling tanpa banyak pertanyaan.
Setiap hari Yuan selalu berhasil menjalankan ujian yang nenek Ling berikan. Sampai-sampai di kantongnya hampir penuh dengan berbagai permata siluman dari makhluk yang berbeda-beda.
Karena memang saat dia bepergian ke pasar gelap guna menukarkan permata siluman dengan barang yang diinginkannya, Yuan tidak pernah menukarkan lebih dari satu permata siluman miliknya itu. Selain memang dirinya tidak mau, ini juga merupakan instruksi dari nenek Ling sebelumnya supaya tidak begitu berlebihan disebabkan bisa menimbulkan kecurigaan pihak keamanan desa atas barang ilegal tersebut.
Sebelum disimpan ataupun dijual, setiap permata siluman yang didapatkan Yuan selalu ditunjukkan terlebih dahulu kepada nenek Ling.
"Guru, aku berhasil lagi"
Kaki Yuan melangkah maju menyodorkan sebuah permata siluman untuk ditunjukkan sebagai bentuk bukti jika dia benar-benar berhasil membunuh siluman berdasarkan pilihan dari nenek Ling.
Nenek Ling mendekat kearah Yuan. "Nenek tau kau pasti berhasil."
"Apakah sudah ada perkembangan?" Tanya nenek Ling, membuat Yuan mengangkat kepalanya perlahan.
Mata keduanya sama sama menatap. Yuan menggelengkan kepala seraya tangannya menyimpan kembali permata siluman yang tadi ditunjukkan kepada gurunya itu.
Yuan tau kemana arah pertanyaan nenek Ling kepadanya. Dengan raut wajah sedikit sendu Yuan melangkahkan kakinya langsung memeluk nenek Ling.
"Maafkan aku nek, sama sekali belum" Jawab Yuan dengan kepalanya mendongak keatas.
"Apakah nenek kecewa?" tanya Yuan. Dia takut kalau guru sekaligus neneknya itu berputus asa dengan kepercayaan kepada dirinya yang masih belum mampu membuka dan mempelajari Kitab Alam Suci.
"Tidak" Jawab nenek Ling sambil mengelus lembut rambut lurus Yuan dengan tangannya.
"Sama sekali tidak. Nenek yakin kamu pasti bisa" Sambung nenek Ling memberikan semangat.
"Terimakasih nek. Aku sayang nenek" Yuan semakin mempererat pelukannya.
"Nenek juga" Nenek Ling tersenyum lepas. Dia menyadari kesalahannya dimasa lalu yang menolak keras sebuah pernikahan.
Walaupun begitu dia begitu bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh sang pencipta kepadanya karena telah diberikan kepercayaan untuk merawat anak kecil yang sekarang sangat disayanginya walaupun memang bukan berasal dari darah dagingnya sendiri.
Begitu juga Yuan, dia sangat bersyukur atas hidupnya. Disaat keterpurukan ditinggalkan oleh kedua orangtuanya, sang pencipta mempertemukan dirinya dengan sosok malaikat pelindung seperti nenek Ling kepadanya.
....
"Apakah ayah mengharapkan kehadirannya lagi?" Gadis kecil berusia 9 tahun yang sebelumnya berurusan dengan Xingcho bertanya kepada ayahnya.
Gadis kecil yang mempunyai nama Lechia Meyling atau nama hariannya dipanggil sebagai Chia mengarahkan bola matanya kesana kemari mencari sosok yang sudah ditunggunya beberapa hari ini namun tak kunjung datang.
Dia juga menunggunya.
Pria paruh baya itu terlalu fokus menunggu kedatangan sosok anak kecil yang biasanya kurang dari 4 hari akan datang kesini untuk menukarkan permata siluman dengan barang-barang ditempatnya, sampai-sampai tidak mendengarkan pertanyaan putri kecilnya itu.
"Ayah.." Chia mencubit pelan lengan ayahnya.
"Awww" Xiao Lee mengelus bekas cubitan putri kecilnya.
Ya, nama pria paruh baya itu adalah Xiao Lee.
"Ayah mengabaikan ku..." Chia cemberut membuang pandangan kearah lain sambil melipatkan tangannya di dada.
"Majuk..." Memonyongkan bibirnya membuat pria paruh baya itu tidak tahan untuk mencubit pipi putri kecilnya itu.
Majuk singkatan dari merajuk merupakan kata yang selalu diucapkan Chia kepada ayahnya.
"Pokoknya ayah jangan panggil Chia lagi.." Chia melirik ayahnya namun pria paruh baya itu berpura-pura tidak peduli.
"Ayah!!!! Chia lagi majuk ini..." Menggoyang-goyangkan lengan ayahnya yang membuat pria paruh baya itu sedikit terhuyung.
"Jadi kenapa?" tanya Xiao Lee menaikkan satu alisnya ingin menggoda anaknya.
"Pujuk.." Jawab Chia.
"Tidak mau."
"Ayah!!!!"
Pria paruh baya itu tertawa melihat kekesalan putri kecilnya. Tangannya bergerak reflek langsung gemas mencubit kedua belah pipi Chia dan bibirnya mendarat di seluruh permukaan wajah gadis kecil itu.
"Ayah, Chia kan majuk. Jangan cium-cium Chia" Bibirnya cemberut melirik sedikit ke arah pria paruh baya itu.
"Yakin?" Xiao Lee menatap dalam putri kecilnya menaikkan satu alis dengan tangan diangkat yang siap untuk memberikan sebuah gelitikan.
"Ah ayah curang, Chia minta maaf ayah." Dua jarinya di acungkan sebagai bentuk permintaan maaf dengan membuat muka seimut mungkin.
"Terlambat nona manis" Tangan Xiao Lee langsung beraksi memberikan gelitikan diarea perut putri kecilnya membuat tawa geli Chia langsung lepas, menjadikan mereka pusat perhatian pedagang-pedagang lain.
Xiao Lee adalah seorang pedagang pasar di desa Bunga teratai biru yang menjual semua kebutuhan bahan pokok dan juga berbagai jenis obat-obatan untuk jenis sakit ringan.
Namun, tidak menutup kemungkinan dia juga akan menerima semua jenis barang-barang ilegal untuk ditukarkan dengan dagangan yang dimilikinya.
Xiao Lee melakukan secara sembunyi-sembunyi sebagaimana yang dilakukan oleh pedagang lainnya. Pokoknya jangan sampai terendus oleh pihak desa. Selain mendapatkan hukuman fisik, tentu juga menimbulkan kerugian berkali-kali lipat karena semua aset dagang akan disita dan dijadikan sebagai aset desa.
...
Diperjalanan menunju pasar, Yuan sedikit demi sedikit mengingat dan mempelajari kejadian selama beberapa hari terakhir ini. Siapa tau terselip sebuah petunjuk bagaimana cara membuka dan mempelajari isi Kitab Alam Suci.
"Setidaknya aku harus berusaha lebih keras lagi." Mungkin Kitab Alam Suci adalah jawaban atas keinginannya supaya menjadi orang yang kuat.
"Di usiaku yang sudah sepuluh tahun ini, sebuah aib jika tidak segera menaikkan level tingkatan pendekar."
"Aku tidak mau dibully lagi."
Xingcho, nama yang selalu diingat oleh Yuan. Anak itu selalu saja mencari masalah dengannya. Walaupun usia mereka terpaut satu tahun, tapi dari segi level tingkatan, Xingcho berada diatas Yuan.
Dalam 3 tahun ini, setiap kali Yuan bertemu dengan Xingcho entah sengaja atau tidak, anak itu selalu mengajaknya bertarung. Yuan selalu menolak dan menghindar. Dia tau siapa Xingcho, jangan sampai membuat masalah yang ujung-ujungnya melibatkan nenek Ling didalamnya, memikirkan itu saja Yuan tidak mau. Diusia senja nenek Ling sekarang, Yuan hanya ingin melihat neneknya itu bahagia.
Itulah salah satu alasannya mengapa Yuan sangat ambisius ingin mengetahui isi dan mempelajari kitab Alam Suci, semua itu demi membuat nenek Ling bangga kepadanya.
Terakhir kali Yuan ketemu Xingcho, wajahnya babak belur karena dihajar Xingcho beserta teman-temannya. Ingin melawan, tapi dari segi tingkatan level sangat tidak mungkin jika Yuan mampu bertahan lebih lama.
Lagipula Yuan malas meladeni anak itu. Biarpun dia dihajar babak belur, setidaknya masalah tidak akan berlanjut dengan nama nenek Ling disangkut pautkan.
"Kau hanya manusia lemah yang berlindung di bawah kekuatan gurumu itu. Kasian sekali nenek tua itu memiliki murid yang lemah sepertimu." Xingcho tertawa begitu senangnya diikuti semua teman-temannya yang sebelumnya juga sempat melayangkan bogeman mentah di wajah Yuan.
Perundungan-perundungan dari Xingcho itulah yang membuat Yuan semakin matang dalam menjalani hidup. Ada saatnya nanti dia membalas perbuatan anak itu.
Cara terbaiknya adalah dengan kekuatan. Yuan harus segera memperkuat diri demi dijauhkan dari perundungan atau bully-an Xingcho kepadanya.
"Rasakan dan ingat tawa mereka yang merendahkan mu nak, ada kalanya kamu membungkam mulut besar anak itu sehingga dia jatuh kedalam lubang yang sebenarnya digalinya sendiri."
Kata-kata nenek Ling kepadanya saat Yuan pulang ke rumah dengan wajah bonyok akibat perbuatan Xingcho.
Dalam perjalanan menuju pasar, ingatan ingatan masa lalunya berputar layaknya sebuah pertunjukan adegan di dalam kepalanya. Sambil senyum-senyum sendiri, Yuan menggelengkan kepalanya.
"Ternyata di dunia ini ada ya manusia seperti anak itu." Tersenyum geli.
"Dia benar-benar gila."
...
Seperti biasa, Yuan mengeluarkan permata siluman dari kantongnya langsung diberikan kepada pedagang itu.
"Paman, aku hanya ingin satu karung gandum saja" ucap Yuan kepada pedagang paruh baya itu. Orang tersebut adalah Xiao Lee.
Xiao Lee mengerutkan keningnya. "Kenapa satu karung gandum saja?"
"Aku hanya ingin itu saja" Jawab Yuan lugas karena memang stok makanan dirumahnya masih banyak. Dia kesini hanya ingin menghilangkan rasa gelisah nya saja.
Xiao Lee menggelengkan kepalanya pelan seraya menghela nafas kasar. "Seberapa banyak permata siluman anak ini sampai-sampai dia hanya mau menukarkan dengan satu karung gandum saja" batin Xiao Lee.
"Ya sudah ayah, berikan saja" Celetuk seorang gadis dari sudut tempat penyimpanan bahan makanan karena melihat ayahnya sedang kebingungan.
Yuan menghadap ke sumber suara.
Deg.
Terlihat seorang gadis dengan rambut lurusnya yang panjang, kulit putihnya, hidung mancungnya serta mata indahnya membuat Yuan tertegun cukup lama.
Yuan terpana. "Apa aku tidak salah lihat?" Batinnya.
Cantik sekali.
"Apa yang kau lihat ha!!" bentak Chia menyilangkan tangannya di dada.
Yuan terperanjat kaget setelah sepenuhnya sadar. "Apa yang kau lihat Yuan, memalukan sekali" Batinnya.
"Aa... Itu anu, aku tidak sengaja, maaf." Yuan tergagap. Dia ingin mengambil karung gandum tadi dan berniat langsung pergi karena rasa malu yang teramat kan.
"Ternyata kau anak yang mesum." ucap Chia.
"Aku tidak mesum, aku tidak sengaja tadi nona. Maaf sekali lagi." Jawab Yuan gugup. Matanya sama sekali tidak berani melakukan kontak dengan Chia.
"Ngaku saja, apa yang kau lihat ha!" Chia berdiri berkacak pinggang.
"Aku tidak melihat apa-apa" Kilah Yuan.
Xiao Lee memutar bola matanya malas. "Dasar anak-anak." gumamnya.
"Ayah, lihatlah anak ini sudah salah tidak mau mengakuinya." Chia dengan manja mengadukan kepada Xiao Lee.
"Kenapa jadi begini?" batin Yuan.
"Tidak paman, aku tidak sengaja." Balas Yuan tidak terima.
"Tidak sengaja dari mana, kau tadi melihat kearah dadaku." Ucap Chia ketus memonyongkan bibirnya, kembali menyilangkan tangannya didada.
Yuan tidak terima dengan tuduhan itu. Dia memang mengagumi kecantikan gadis depannya ini tapi pikirannya tidak sekotor itu.
"Memangnya apa yang aku lihat? Kenapa juga kau harus menyilangkan tangan di dada begitu? Orang ngak ada isinya juga." Ucap Yuan memberikan kalimat pedas, tapi pandangannya tetap menunduk.
"Ayah!!!!!" Chia menjerit kuat.
"Anak ini melecehkan ku" Sambungnya.
"Anak kecil terlalu banyak drama" Xiao Lee beranjak mengambil satu karung gandum dan menyuruh Yuan segera pergi dari sini.
"Pergilah nak. Maafkan anak gadisku. Jangan lupa datang kesini jika ingin tukar menukar barang lagi." Ucapnya pada Yuan berbisik.
"Baik paman, aku permisi." Tanpa pikir panjang Yuan segera pergi dari tempat itu dengan setengah berlari.
"Gadis aneh" batin Yuan.
"Kenapa ayah biarkan anak mesum itu pergi?" tanya Chia ingin segera mengejar Yuan.
"Kenapa kamu marah sekali nak?" Xiao Lee balik bertanya.
"Jelaslah Chia marah, dia melihat Chia dengan tatapan mesum ayah" jawabnya.
"Memangnya apa yang dilihatnya?" tanya Xiao Lee kepada Chia. Gadis kecil itu melirik memberi kode kepada ayahnya dengan tangannya disilangkan di dada.
"Aih..." Xiao Lee menepuk dahinya. "Apa yang anak itu katakan memang benar sepenuhnya, itu memang tidak ada isinya." Menunjuk area dada Chia.
"Ayah!!!!!!!" Chia mendekat kearah Xiao Lee memukul dada ayahnya itu karena kesal. Pria paruh baya itu tertawa lepas.
Xiao Lee kemudian mengunci tangan anaknya. "Ayah tau dari kemarin kamu sudah tertarik bukan dengan anak itu?" Menaikkan satu alisnya menggoda Chia.
Gadis kecil itu kaget dengan mata terbelalak. Bagaimana mungkin ayahnya tau. Pipinya merah padam setelah mendengar ucapan ayahnya. "I..itu, emm Chia tidak.." Gugup.
"Apakah begitu cara anak ayah supaya bisa dekat dengan seorang pria?" Xiao Lee bertanya.
"Buruk sekali" Xiao Lee juga yang menjawabnya.
"Bukankah dari tadi kamu memang menunggunya nak?"
"Hmmm" Alis Xiao Lee naik turun mengejek Chia.
...
Malam harinya Yuan tidak bisa tidur pulas memikirkan kejadian siang tadi saat pertama kali dia bertemu dengan gadis aneh itu, tapi bukan itu yang membuatnya kepikiran.
Pertama kalinya Yuan memiliki ketertarikan dengan perempuan. Apalagi gadis yang ditemuinya tadi memiliki daya tarik yang begitu luar biasa. Yuan mengaguminya sekaligus terpesona akan keindahan paras wajah gadis tersebut.
"Ah sepertinya aku sudah gila" Ucap Yuan pelan.
"Ayah? Dia bilang pada paman itu ayah? Kenapa aku baru melihatnya?"
"Kemarin-kemarin dia kemana?"
"Ah tidak, aku masih kecil. Kenapa harus seperti ini?" Berdebat dengan pikirannya sendiri sampai akhir dia terlelap ke alam mimpi.
Belum lama Yuan tidur, tiba-tiba cahaya terang benderang menyilaukan matanya membuat Yuan terlonjak kaget melihat arah cahaya itu berasal. Betapa terkejutnya Yuan saat tau jika cahaya itu berasal dari Kitab Alam Suci.
Cahaya itu merembes keluar dari arah sela-sela kitab tersebut. Walaupun tidak terbuka sepenuhnya, tapi ada jarak tipis antara lembaran dengan lembaran lainnya.
Yuan ingin segera memberitahu nenek Ling dengan kejadian aneh ini. Namun kakinya terpaku, begitu juga seluruh anggota badannya tidak bisa digerakkan.
"Kenapa ini?" Ketakutan melanda hatinya.
Cahaya terang tadi kini secara berkala makin meredup bersamaan dengan Kitab Alam Suci kembali seperti sediakala.
Tak sampai disitu, hanya berselang beberapa detik saja, Kitab Alam Suci kembali mengeluarkan sebuah cahaya seperti sebelumnya yaitu diantara sela-sela lembaran kitab tersebut. Tetapi kali ini juga disertai suara keras yang bersumber dari dalamnya.
"Akhirnya!!!!!" Suara misterius dari Kitab Alam Suci. Sebuah suara yang membuat bulu kuduk Yuan merinding.
Setelah suara itu keluar, dari dalam Kitab Alam Suci juga mengeluarkan sebuah cahaya lagi berwarna kehitam-hitaman yang bergerak mendekat kearah Yuan.
Cahaya hitam kemudian mengelilingi tubuh Yuan. Dia berusaha meronta-ronta namun hasilnya tetap sama, sedikitpun tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Yuan merasakan seperti ada seseorang yang mendekap tubuhnya sebelum pada akhirnya dirinya diserap masuk kedalam Kitab tersebut.