"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Cocok Dengan Namanya
Tanpa terasa setelah perjalanan yang cukup lama. Akhirnya, Azze tiba di Sisilia. Tepatnya di kota Palermo. Dia berjalan keluar dari pesawat, lalu mencari seseorang yang bernama Alexandro yang mungkin juga mencarinya. Saat Azze sedikit kebingungan mencari orang itu, seorang pria berbadan tinggi besar berkulit gelap mendekatinya.
"Permisi, permisi nona. Apa benar anda Azzevanya dari Indonesia.? "
Azze berbalik melihat siapa orang yang menepuk pundaknya.
"Ahhh iya, apa anda Alexandro? "
"Iya benar sekali nona, perkenalkan saya Alexandro. Saya yang bertugas menjadi guide anda agar tidak tersesat. Tuan Johan yang mengirim saya. "
Alexandro mengulurkan tangan kepada Azze sebagai tanda selamat datang, lalu Azze menyambut nya dengan senang hati.
"Hai, Alexandro. Aku Azzevanya panggil saja aku Azze. Senang bertemu denganmu. "
"Senang juga bertemu denganmu nona. Mari saya antar nona menuju tempat tinggal nona. Selama disini. "
"Baiklah, Terima kasih Alexandro. "
Azze mengikuti langkah Alexandro, mereka keluar dari bandara. Lalu menaiki sebuah mobil sedan berwarna hitam yang di kendarai oleh Alexandro.
Di sepanjang perjalanan menuju tempat tinggalnya, Azze berusaha mengetahui seluk beluk kota ini lewat Alexandro.
"Maaf, Alexandro. Ternyata kau bisa bahasa Indonesia ya..? apa kau belajar? "
"Iya nona, sudah berapa orang turis asal Indonesia yang saya layani sebagai guide. Jadi sedikit-sedikit saya belajar. "
"Wahhh, hebat sekali.. bahkan aksenmu sudah seperti ku saja. Oh iya Alexandro, Apa kau asli Sisilia.? "
"Iya nona, saya lahir disini. Tapi Ibu saya orang Ghana. Sedangkan ayah saya asli italia. Saya tidak pernah keluar dari kota ini. Nikmati lah waktu anda di negara ini nona, apalagi Sisilia yang di kelilingi pemandangan pantai, tebing tinggi dan Gunung yang indah"
"Baiklah.. apa tempat tinggal ku dekat dengan Pantai yang indah Alexandro? "
Alexandro tampak terdiam sejenak saat Azze menanyakan hal itu. Dia bingung harus menjawab apa.
"Alexandro... kau malah melamun. "
"Maafkan saya nona, tadi nona menanyakan apa? "
"Apa tempat tinggalku Stella Marino itu dekat dengan pantai yang indah? "
"I.. iya nona, Stella Marino adalah tempat tinggal yang pas untuk melihat keindahan pemandangan pantai disini. "
"Wahhhh pasti sangat indah sekali disana. Aku tidak sabar. berapa lama lagi kita akan sampai? "
"Sekitar 2 -3 jam lagi nona dari pusat kota. Tenang lah nona, segala sesuatu yang indah itu butuh proses. "
"Kau pandai berkata-kata juga ya. Ehhh Tunggu.. "
Azze mengerutkan dahinya, lalu meraih tas nya dan ia peluk dengan erat. Alexandro yang melihat itu dari spion mulai tidak tenang, dia berpikir apa Azze menyadari bahwa hal yang dia cerita kan sebagian besar adalah kebohongan. Alexandro mulai berkeringat dingin.
"Kau tidak berniat menculik ku kan!!! "
"Ya ampun, tidak nona. Jika saya penculik, mana mungkin saya mengatakan siapa yang mengirim saya. "
"Huhhhhh benar juga Pak Johan yang mengirim mu kan, Dia tidak mungkin melakukan hal yang jahat. maaf Alexandro aku hanya sedikit takut. Ini kan pertama kalinya aku kemari. "
Entah kenapa ada sedikit rasa bersalah dalam hati kecil Alexandro. Dia kira Azze adalah gadis yang berpenampilan seperti jalang, atau punya attitude yang buruk. Ternyata dia salah, Azze sangat baik dan ramah.
"Oh iya, apa kau sudah menikah? "
"Sudah nona, dan saya punya seorang anak perempuan berusia 5 tahun. "
"Siapa namanya? "
"Aleya"
"Namanya cantik sekali, tunggu sebentar"
Azze membuka tasnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Walaupun Alexandro ingin tau apa yang dilakukan Azze tapi dia tetap harus fokus mengemudi.
"Ini, beberapa cemilan khas negara ku. Rasanya manis seperti permen. Ada wajit, dodol, Aromanis dan masih banyak macamnya. Berikan pada Aleya ya, pasti dia menyukainya. "
Alexandro meraih pemberian Azze, lalu dia simpan disebelah nya.
"Terimakasih banyak nona. Anak saya memang sangat suka makanan manis. Apa Saya juga boleh mencobanya.? ".
" Hahaha, tentu Alexandro. Cobalah nanti bersama istri dan anakmu ya. "
"Sekali lagi, Terima kasih banyak nona. "
"Sama-sama."
Setelah percakapan yang lumayan panjang, mereka sampai di tujuan. Mobil Alexandro memasuki sebuah pekarangan yang luas dengan pagar yang tinggi, Di sana sebuah bangunan yang besar dengan nuansa gothic mencuri perhatian Azze. Dari namanya, Azze pikir tempat itu akan dikelilingi taman bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang. Tapi ini sedikit berbeda, ya memang benar bangunan itu menghadap langsung ke pantai. Juga dikelilingi pohon rindang. Tapi kenapa rasanya tidak cocok saja dengan namanya yaitu Stella Marino.
"Mmm... Alexandro, apa ini benar tempatnya? "
"Benar nona, ayo kita turun. Biar saya yang membawa koper anda. "
Azze keluar dari mobil, Dia melihat sekeliling nya. Memang indah tapi aura nya sedikit membuat Azze tidak enak perasaan.
"Kemana semua orang sepertinya hanya kita disini? "
"Tentu saja mereka bekerja di hotel nona, lihat itu"
Azze mengikuti arah yang ditunjuk Alexandro padanya.
"Disana adalah hotel The Le' Grande Rose tempat anda bekerja nanti. Hanya butuh waktu 15-20 menit kesana. Berjalan kaki pun bisa. Jadi anda tidak usah khawatir. "
"Aku hanya merasa hanya kita yang ada disini, disini sepi sekali rasanya"
"Nona memang sebenarnya tidak banyak yang tinggal disini, hanya ada beberapa saja. Karena kebanyakan adalah orang lokal yang bekerja disana. Yang tinggal disini hanya beberapa orang yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Tapi biasanya malam hari mereka akan pulang. Jadi tenang saja dan nikmati harimu dulu disini. "
"Mmmm.. baiklah"
Akhirnya, Azze mendengar kan perkataan Alexandro. Mereka masuk kedalam bangunan itu. Di dalamnya memang megah, tapi karena tempat itu didominasi dengan warna gelap jadi auranya sangat menyeramkan bagi Azze.