Inara Early Wijaya atau kerap di sapa Nara,gadis berusia 21 tahun yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama, selain mahasiswi dia adalah seorang CEO di wijaya grup milik sang Ayah, kedua orang tua Nara meninggal karena kecelakaan maut 4 tahun lalu yang menimpanya. setelah ke dua orang tuanya meninggal Nara lebih memelih tinggal di jogja karena salah satu peristiwa.
Nara tinggal di sebuah apartemen miliknya, namun juga sering menginap di tempat sang paman yang ia panggil Abi, yang memiliki sebuah pesantren yang cukup terkenal.
Tanpa di ketahui Nara sebelum kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya ,Nara sudah di nikahkan oleh seorang anak kiyai kerabat Paman Nara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
" INARA EARLY WIJAYA" panggil Bintara sedikit berteriak, pasalnya meja Nara berada di paling ujung belakang.
Nara yang memang baru saja memejamkan matanya terbentuk karena teriakan Bintara, Nara mengakat kepalanya menatap lurus kedepan mendapati Sepupunya dan Suaminya berdiri di depan kantor. " kalo mau tidur Miss Nara bukan di sini" sindir Bintara, Nara dan Bintara memang tidK pernah terlihat akur, Nara yang emosi dan Bintara yang jahil membuat mereka selalu berdebat jika bertemu, semua pengajar mengetahui jika Nara adalah keponakannya Abi Rahman.
" ck berisik loe" gerutu Nara.
" yee bangun kagak loe, gue mau memperkenalkan seseorang" pinta Bintara.
" jadi semuanya di samping saya ini, adalah Gus Wildan, putra kiyai Jauhary dari pondok Al Hikmah, beliau akan mengajar di sini untuk beberapa saat menggantikan saya, beliau akan mengajar Bahasa Inggris putra dan juga kalo di putri beliau akan mengajar Balagha dan Hadits, jadi Miss Nara nanti untuk pembuatan soal ujian tolong di diskusikan dengan Gus Wildan yaa" Bintara memperkenalkan Atlas.
" hmm" Balasan singkat Nara.
" baik kalo begitu kita permisi terlebih dahulu Waalaikumsalam " pamit Bintara dan juga Atlas.
"sampean kenal Ning sama Gus Wildan?" tanya Ustdzah Dilla saat Bintara dan juga Atlas telah berlalu pergi.
Ustdzah Dilla adalah salah satu Ustdzah muda yang sedang mengabdi, umurnya di bawah Nara 1 tahun, dan Ia termasuk teman dekat Nara mengajar disini.
" loe panggil gue Ning sekali lagi, gue boikot loe jadi temen gue" ketus Nara yang tidak suka jika ada yang memanggilnya Ning, karena Nara bukanlah anak kiyai.
" hehehe maaf mb, habisnya gak sopan aja gitu kalo manggil mb atau sebut nama langsungkan sampean istrinya Gus kita?" celetuk Dilla setengah berbisik, yang membuat Nara melototkan matanya.
" maksud loe? sumpah gue gak paham" Nara bingung kenapa orang orang mengira ia adalah istri dari Bintara, sudah 2 tahun ia mengajar disini tetap saja mereka masih ke makan hoax. padahal Nara sudah memberitahu jika mereka adalah sepupu, lagipun Nara dan Bintara saudara persusuan yang mana Nara dan Bintara adalah mahram begitu pula dengan Nara dan Abian.
" 2 tahun loe kenal gue, masih percaya hoax kayak gitu?" tanya Nara pada Ustdazah Dilla.
" yaa kan mana tau itu benarkan? di lihat kedekatan sampean sama Gus Tara yang suka merangkul pundak sampean kalo jalan berdua, siapa tau kayak di novel, novel gitu lho mb, awalnya di sembunyikan terlebih dahulu co coweetnya sembunyi sembunyi" balas .Ustadzah Dilla , yang membuat Nara menyentil Dahi Ustadzah Dilla.
" kebanyakan baca novel loe, gue sama Bang Tara memang mahram karena dulu gue pernah di susuin sama Umi, apa kalo gue rangkuman rangkuman sama bang Abi, kalian bakal mikir kalo gue istri kedua Bang Abi hah?" geram Nara karena masih saja hoax seperti itu di percaya.
" jadi Mb beneran cuma sepupu Gus Tara?" tanya ustadzah Dilla kembali untuk memastikan.
" ya iyalah ngapain gue boong" ketus Nara.
" Alhamdulilah, jadi saya masih punya kesempatan jadi istri Gus Tara dong mb?" celetuk Ustdzah Dilla masih berbisik.
" ohh jadi loe suka sama Bang Taraaaa, makanya loe deketin gue, terus sering ngeledek gue sama Bang Tara karena ini?" Nara tersenyum smirk menggoda Ustdazah Dilla.
" ehh enggak kok Mb, saya temenan sama sampean karena sampean itu orang baik, bukan untuk deket dengan Gus Tara" panik Ustdazah Dilla.
srekkk
Nara berdiri dan berjalan berlalu keluar kantor, di susul oleh Ustdazah Dilla.
" Miss Nara"
" miss tunggu"
Panggil Ustdazah Dilla mengikuti Nara yang menuju ke kantin. Nara memasuki kantin yang terlihat hanya dua orang pria di sana, memang kantin di madrasah Al fath ini memang satu, karena kantin madrasah dan pondok berbeda. Di madrasah istirahat santri dan satriwati berbeda, agar tidak saling bertemu saat sedang istirahat.
" apasih Dil, gue tuh laper tau gak, ngapain loe ngikutin gue ?" tanya Nara.
" yahh kirain sampean marah sama saya" balas Ustdazah Dilla lesu, ia fikir Nara marah dengannya, karena Nara pergi begitu saja.
" bilang kek mb, kalo cuma mau ke kantin jadinya sayakan gak capek ngejar sampean" gerutu Ustadzah Dilla.
" gue gak nyuruh loe ngikutin gue tuh"
" ya sudah kalo gitu, saya balik ke kantor duluan yaa mb" pamit Ustdazah Dilla, namun pergelangan tangannya di cekal oleh Nara.
Nara terkekeh melihat kekebalan Ustdzah Dilla "heheh becanda, temenin gue makan dong, gue jajanin dech"
" beneran mb?" tanya Ustdzah Dilla memastikan.
" Iya pesen sesuka loe" balas Nara.
Nara dan Ustdazah Dilla mulai memesan makanan yang mereka inginkan, setelah itu mereka duduk tak jauh dari meja Atlas dan juga Bintara.mereka menikmati makanan mereka dengan hening tanpa suara, saat sedang asik memakan makanannya dari ikatan jilbab Nara, yang ia ikat di lepas oleh seseorang.
" ini masih kawasan madrasah " bisik Atlas dari belakang, yah yang melepas ikatan jilbab Nara adalah Atlas.
Nara terdiam setelah mendapat bisikan dari Atlas,Atlas yang masih berdiri di belakangnya dan juga Bintara yang sudah duduk di samping dirinya.
" ngelamun bae" ujar Bintara sambil menyiapkan bakso milik Nara, yang membuyarkan lamunan Nara.
" huh hah huh hah" Bintara merasa lidahnya terasa seperti terbakar, setelah menyicip bakso milik Nara yang begitu pedas.
"rasain itu akibatnya makan,makanan orang tanpa ijin " omel Nara yang begitu kesal karena makannya di comot oleh Bintara.
" loe mau mati apa Na? gila pedes banget huh hah, liat Gus istrimu mau bunuh diri" ceplos Bintara yang mendapat pukulan dari Nara.
" istri?" pekik Ustdazah Dilla.
" jadi Miss Nara sudah menikah dengan Gus Wildan?" tanya Ustdzah Dilla.
" emm itu..." jawab Bintara namun terpotong oleh teriakan seseorang memanggil Nara.
" NANA" teriak seseorang dari pintu masuk kantin.
Semua mata tertuju oleh seorang perempuan yang mengenakan tunik dan rok serta pashmina yang di lilit di leher, Nara mulai memincingkan matanya pasalnya ia tak mengenakan kaca mata ataupun soflen, karena itu ia tak begitu terlihat karena Nara rabun jauh.perempuan itu mulai mendekat, dan penglihatan Nara mulai fokus, dan mengetahui sedikit jelas, perempuan yang memanggilnya tadi, " Aaaaa Nayaaaaaaaaa" Nara merentangkan kedua tangannya.
Perempuan itu adalah Naya, putri ke tiga kiyai Rahman dan Nyai Hilya, Nara sedang menempuh pendidikan di kota solo, Naya seumuran dengan Nara hanya beda beberapa bulan, mereka seperti anak kembar yang tak terpisahkan jika sudah bertemu.
bepbem
Bintara spontan menutup kedua gadis yang baru saja melepas rindu itu, sifat Nayya sebelas dua belas dengan Nara sudah di pastikan seberapa berisiknya mereka berdua jika bertemu.
" ihh tangan sampean bau terasi" gerutu Nayya menepis tangan Bintara.
" tau main bekep mulut orang aja loe" imbuh Nara.
"Mari Gus Atlas sebaiknya kita menyelamatkan telinga kita dari dua toa masjid ini" ajak Bintara kemudian berlalu di susul oleh Atlas.
Namun sebelum beranjak Atlas tak lupa mengusap kepala sang istri, yang menurutnya begitu gemas,entah keberanian dari mana Atlas mengusap kepala Nara, namun itu terjadi spontan.
" ekhmnm ciee " ejek Nayya
" apasih" Nara mencoba mengelak.
" udah kenal nih sama paksu"
" diem loe, gue masih badmood masalah itu"
" maaf Ning Nayya, Miss Nara saya sudah selesai, saya duluan yaa, makasih Miss Nara buat traktirannya" pamit Ustdazah Dilla yang merasa sungkan di antara mereka berdua.
" ahh iya Us, makasih udah nemenin yaa" balas Nara.
"Waalaikumsalam Miss, Ning" Ustdazah Dilla berlalu, menyisakan dua orang yang sedang melepas rindu.
...****************...
Sore harinya Nara dan juga Nayya telah bersiap untuk pergi, mereka akan jalan- jalan menghabiskan waktu untuk quality timeline berdua.
" kamu dah ijin Na?" tanya Nayya saat menuruti anak tangga.
" sudah tadi aku sudah wa Umi"
" bukan sama Umi Na, sama paksu maksudku kan sekarang kamu istri orang, jadi kalo kemana- mana harus ijin sama paksu"
Nara sebenernya tau dosa bagi istri jika keluar tanpa ijin semua walau satu langkah saja, tapi Nara gengsi jika harus ijin dengan Atlas karena ia masih belom menerima keadaannya.
" ngapain harus ijin, toh selama ini gua juga gak pernah ijin sama dia, buktinya gua baik- baik ajakan"
" tampilan sekarang beda Na" sela Nayya.
" tidak papa kalian keluar saja,.saya izinkan kamu untuk keluaar" ujar seseorang dari belakang Nara
Bagus ceritanya☺️🤍