MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 29
Malam hari semua orang sudah nampak tertidur di rumah Wibhawa. Jun yang berada di kamar berbeda dari orang tuanya atas permintaannya sendiri.
Pukul 01.00 dini hari, Jun terbangun dari tidurnya. Ada sebuah mimpi yang membuatnya terbangun. Mimpi yang menunjukkan tentang sesuatu yang ada di balik ruangan yang Wibhawa sebut sebagai gudang.
Ia keluar dari kamar, menutup pintu secara perlahan agar tidak menimbulkan suara. Ia keluar dari rumah menuju rumah sebelah. Ia memperhatikan ada penjaga yang masih terjaga.
Ia mencari cara bagaimana bisa masuk tanpa ketahuan. Ia melangkah dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara. Bersembunyi di balik tiang kayu dengan tubuh kecilnya.
Saat itu pula, ada yang membuka pintu dan menghampiri kedua temannya yang berjaga, Jun mengambil kesempatan itu untuk segera masuk.
Di dalam tidak ada siapapun, mungkin mereka berada di ruangan lain mengerjakan sesuatu atau ada yang sudah tidur, mengingat ini sudah larut malam.
Jun segera mencari gudang yang Wibhawa maksud. Ia celingak-celinguk menatap lorong tamaram yang memang sebagai akses jalan menuju ruang-ruang lainnya. Hanya membutuhkan sedikit lebar 1 meter untuk jalan.
Dengan ragu Jun berdiri di depan pintu besi itu. Ada gembok yang terkunci di daun pintunya.
"Bagaimana cara membukanya ? gak ada kunci" gumam Jun
Sampai ia melihat kunci yang tergantung di dinding telat di belakangnya. "Ahh...itu pasti kuncinya, tapi itu sangat tinggi "
Jun kembali mencari cara untuk mengambilnya dan ternyata ada tiga buah tombak di sisi kiri ruangan. Yang mana ia tidak melihatnya jika hanya berdiri di dekat kunci itu, untungnya ia sedikit melangkah dan melihat tombak di lipatan dinding kecil.
Jun segera mengambilnya dan menggunakan tombak itu untuk mengambil kunci dengan cara ujung tombak ia tusukkan pada lubang kunci.
Setelah mendapatkannya, ia menyimpan tombak itu ke tempat semula, lalu segera membuka gemboknya.
"Yeyyy...berhasil" soraknya dengan sangat pelan.
Pintu itu terbuka dan menutupnya kembali agar tidak ada yang menyadari kalau ia berada di dalam. Ia mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Saat lampu menyala, ternyata masih ada pintu lagi di depannya. Jun jadi mendesah lelah.
"Ada pintu lagi" keluhnya. Ia memperhatikan pintu itu yang berbeda dari pintu biasnya.
"Ini gak pakai gembok lagi, tapi seperti pakai teknologi. Ada layar iPad di sini "
Sebenarnya itu bukan layar iPad, melainkan Biometric scanner. Alat untuk mendeteksi karakteristik mata. Jadi hanya seseorang yang korneo matanya yang telah terinput dalam alat tersebut.
"Kenapa harus ada 2 pintu sih? Kata Appa hanya gudang. Di rumah Dadda pintunya cuman satu" gerutunya.
Tok...tok..tok
"Ada orang di dalam?" Jun mengetuk-ngetuk pintu itu, karena ia sudah tidak bisa menemukan cara membuka pintu kedua.
"Sepertinya gak ada siapa-siapa. Mimpi itu salah" Jun akan berbalik dan ingin keluar, namun suara yang sangat pelan memanggil namanya.
"Ju...Ju...Jun " terdengar sangat lirih.
Deg....
Jun tersentak mendengarnya. "Suara itu......ada orang di dalam" ucapnya pelan.
"Ada orang ?" ucapnya lagi di dekat pintu.
"Di.... sini " sahut dari dalam.
"Siapa itu? kenapa kamu tahu nama ku?"
Pagi harinya
Keluarga kecil Wibhawa tengah sarapan bersama. Yuri dan Wibhawa sangat bahagia dengan kehadiran putra mereka. Sementara Jun hanya diam, terlihat kurang semangat.
"Haneul kenapa? Tidak suka sama makanannya?" tanya Yuri.
"Suka ko, Amma"
"Lalu kenapa kayak gak semangat gitu?"
"Aku masih mengantuk. Tadi malam susah tidur " alasan Jun .
"Hmm....Appa sudah bilang bukan, kalau kita tidur bertiga saja, karena kamu pasti masih merasa asing di sini" ucap Wibhawa .
"Enggak pa-pa. Aku harus belajar" ucap Jun bohong. Ia melempar senyum kecil ke arah Sang Appa.
"Habiskan makananmu kalau begitu ! Jangan buat Amma sedih karena kamu tidak memakan masakan buatannya " ucap Wibhawa. Jun hanya mengangguk dan menghabiskan makanannya dengan terpaksa.
...****************...
Di tempat berbeda, Elvin dan yang lainnya tengah berkumpul. Pagi ini mereka akan pergi ke desa Albinen. Duo Botak telah mendapatkan informasi tentang lokasi rumah dan seperti apa Wibhawa pada masyarakat sekitar.
"Berangkatlah lebih dulu ke sana. 30 menit setelah kalian pergi, baru kami menyusul" ucap Jasper.
"Baiklah. Ayo kita pergi paman !" ajak Elvin .
Owen dan Elvin keluar dari penginapan dan pergi menuju desa Albinen. Tempat penginapan dan desa Albinen sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya 8 menit. Namun rumah Wibhawa terbilang berada di ujung Desa sehingga lumayan jauh yang akan mereka tempuh, kurang lebih 1 jam.
Selama perjalanan menggunakan motor tidak ada percakapan apapun yang keduanya lakukan. Elvin yang tengah duduk di belakang hanya diam menatap sisi kiri. Entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat.
Ada rasa ingin segera sampai dan ada perasaan aneh ketika memasuki Desa Albinen. Ada rasa rindu, tapi takut juga. Ia mengusap dadanya yang masih berdetak cepat.
"Lancarkanlah hari ini Ya Allah. Aku serahkan semuanya pada Mu" batin Elvin
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di depan rumah yang besar, terbuat dari namun sangat rapi dan indah. Dengan langkah pasti keduanya masuk. Penjaga yang melihat kedatangan keduanya langsung membuka pagar tanpa bertanya.
Elvin dan Owen menyimpulkan kalau kedatangan mereka telah diketahui oleh Wibhawa. Apakah itu artinya mereka juga tahu tentang rombongan Jasper.
"Dadda " suara Jun memanggilnya membuat Elvin tersenyum. Ia berjongkok dan menyambut sang putra. Rindu? Tentu saja.
"Jun baik-baik saja di sini ?" tanya Elvin pelan dengan masih memeluk Jun .
"Aku baik-baik saja, Dad" Jun melepas pelukannya menatap mata Dadda dengan intens.
"Dadda baik-baik saja?" tanya Jun balik. Ia bisa merasakan keresahan yang Dadda rasakan.
"Ya...tentu saja. Jun baik-baik saja di sini sudah cukup buat Dadda merasa baik"
"Dadda harus kuat. Jun percaya pada Dadda. Nanti Jun harap Dadda gak terlalu menghawatirkan Jun disini. Di sini Jun di perlakukan baik sama mereka. Jun juga sudah tahu kalau mereka adalah orang tua kandung Jun, tapi Dadda dan Bunda tetap orang tua Jun yang paling Jun sayangi"
Mendengar perkataan Jun sebenarnya tidak membuat Elvin terlalu kaget, karena ia pun yakin Wibhawa pasti akan langsung mengatakannya pada Jun . Jun yang sudah besar, juga sudah mengerti dan pahami jika di jelaskan.
Jun berpindah memeluk Owen . "Kakek harus jaga diri, jangan sampai terluka hanya karena Jun" ucap Jun setelah melepaskan pelukannya.
Owen tahu perkataan Jun adalah sebuah petunjuk untuknya. Bahwa nanti bukan suatu yang mudah untuk mereka hadapi.
"Kakek akan melakukan apapun untuk Jun. Jun juga harus kuat, jangan cengeng, oke?"
"Oke" Jun mengangguk pasti. Ia memegang tangan keduanya dan membawanya masuk. Kedua orang tuanya telah menunggu kedatangan keduanya sejak tadi. Dan mereka memintanya meminta untuk menyambut kedatangan keduanya.
.
.
NEXT