Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Annisa tidur terlentang menatap langit - langit kamar nya , perutnya sudah kenyang , ia juga bahagia dan nyaman berada disini, teman - teman sekamar nya sudah tertidur lelap , jam sudah menunjukan pukul 11 : 30 , namun Annisa masih belum bisa memejamkan matanya.
Sebelum nya , Annisa sudah diberitahu agar segera tidur ,karena esok ,ia harus bangun dini hari untuk salat tahajud dan dilanjutkan dengan khotbah sampai subuh ,jika Annisa tak tidur pasti Annisa akan mengantuk saat kegiatan besok.
Annisa melirik Maulida yang tidur di samping nya , dikamar ini hanya ada tiga kasur saja , setiap orang berbagi kasur kecuali Wirda yang menguasai kasur nya sendiri ,karena paling tua dan berbadan cukup berisi Wirda akhir nya menguasai kasur sendirian agar bisa tidur lebih nyaman dan tidak mengganggu yang lain.
Annisa melihat Maulida yang sudah terlelap disamping nya , iri dengan Maulida yang bisa tidur dengan mudah Annisa berdecik kesal, ia memutuskan untuk beranjak dari kasur.
Annisa melihat - lihat kamar nya ini , kamar yang cukup luas dengan satu kamar mandi , jika siang hari , kasur akan di angkat, jadi kamar ini akan terasa lebih luas, pandangan Annisa tertuju keluar jendela yang lupa untuk ditutup tirai nya, Annisa memperhatikan seseorang yang tengah duduk di bawah pohon jambu di depan kamar nya.
"Ngapain bu Ustadzah Halimah kok dia belum tidur yah" Annisa yang tertarik berniat untuk keluar ,tapi untung saja Annisa ingat peraturan yang dijelaskan teman nya sebelumnya, semua santriwati harus sudah tidur jam 11 : 00 dan tidak diperbolehkan untuk keluar lagi.
Annisa memutuskan untuk mengintip apa yang dilakukan ustadzah Halimah, dari jarak sekitar lima meter Annisa bisa melihat wajah Ustadzah Halimah dengan jelas , Ustadzah Halimah membuka jilbab nya berniat untuk membetulkan dalaman jilbab nya yang lepas, karena disana juga tak ada siapa - siapa jadi Ustadzah Halimah tak khawatir akan ada yang melihat , toh cctv juga dia sendiri yang mengawasi.
Annisa yang melihat itu merasa kan perasaan yang sedikit aneh , seperti rasa rindu yang tak pernah Annisa rasakan, Annisa masih melihat keluar , sadar ada yang memperhatikan nya Ustadzah Halimah hanya tersenyum ,melihat Annisa yang mengintip nya dari jendela kamar.
Annisa belum tersadar aksinya dilihat Ustadzah Halimah , Annisa memutuskan untuk kembali ke tempat tidur dan menutup tirai jendela.
Annisa ingat , Ustadzah Halimah menyuruh nya untuk ke kantor besok setelah sarapan, Annisa penasaran apa yang akan disampaikan Ustadzah Halimah kepadanya.
"papa , Ica kangen"
Annisa memeluk guling nya dan mulai memejamkan mata , Annisa merindukan papa nya yang selalu memperlakukan Annisa dengan dingin itu.
..
Andi masih di bandara , menunggu jadwal penerbangan nya tiba , Anton dan Aris sedari tadi bertanya tentang perjalanan Andi dan Annisa , Andi sudah menjawab telepon mereka dan meminta Anton menjemputnya dibandara setibanya Andi di Jakarta nanti.
Andi mengeluarkan ponsel Annisa dari tas nya, ponsel dengan case pink itu Andi nyalakan ,tak ada nya kata sandi ,memudahkan Andi untuk membuka ponsel Annisa ,dilihat nya beberapa pesan masuk dari teman Annisa yang mengucapkan salam perpisahan yang belum sempat Annisa balas , Andi dengan inisiatif nya mebalas satu persatu pesan dari teman - teman Annisa.
Namun ,ada satu yang menarik perhatian Andi , Andi melihat pesan dari Farhan,andi mulai membaca pesan itu , membuka privasi putri bungsu yang dia benci itu,setelah membaca beberapa pesan dari Farhan Andi sudah mengerti kemana uang satu Milyar nya pergi ,namun Andi tak marah karena Annisa melakukan nya untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
"Semoga kamu betah di pondok pesantren Annisa ,jadi setelah lulus sekolah pun kamu tetap disana " ucap Andi ,berbicara pada foto Annisa yang dipasang sebagai wallpaper oleh Annisa di ponsel nya.
Andi masih belum bisa menerima Annisa , semakin hari semakin sulit untuk Andi ,apalagi setelah kepergian buk Sari , Andi semakin sulit melihat Annisa di rumah, Andi ingin Annisa pergi , cara terbaik yang dilakukan Andi adalah dengan mengirim Annisa ke pondok pesantren.
..
"Ica bangun!" Wirda mencoba membangun kan Annisa , yang lain sudah mengambil wudhu dan bersiap pergi ke masjid utama untuk salat tahajud bersama.
"aduh dia capek mungkin yah" Maulida juga mencoba memukul - mukul pelan pipi Annisa berharap Annisa segera bangun.
Ustadzah Halimah melihat kamar itu , belum ada satupun yang keluar dan terlihat tengah membangunkan seseorang , Ustadzah Halimah pun menghampiri kamar mereka.
"kenapa ini? kok belum pada jalan ? ketinggalan loh nanti" teriak Ustadzah Halimah dari kejauhan mencoba memanggil mereka untuk segera pergi.
"buk Ustadzah , Annisa masih tidur buk " jawab Arina
"yasudah biarkan saja ,dia pasti masih capek perjalanan kemarin kita beri keringanan sekali ini kalau besok dia gak bangun lagi baru kita tegasin yah , sekarang kalian ayo cepat ke masjid yah" ajak Ustadzah Halimah karena waktu sudah mulai telat.
merekapun bergegas mengikuti Ustadzah Halimah, meninggalkan Annisa yang masih tertidur pulas.
..
"eunghh..!"
Satu jam kemudian , Annisa mulai terbangun, Annisa yang masih terpejam meregangkan tubuh nya yang masih terasa pegal setelah perjalanan panjang kemarin , tangan Annisa menepuk - nepuk kasur , menyadari Maulida yang tak ada disana , Annisa membuka matanya dan tak melihat seorang pun di kamar, buru - buru Annisa melihat jam dan akhir nya ia sadar , semua orang tengah menunggu waktu subuh, Annisa melewatkan salat tahajud nya , berharap masih ada waktu untuk berjamaah salat subuh, Annisa terburu - buru mengambil air wudhu dan memakai mukena nya.
Annisa pergi ke masjid utama untuk menyusul teman - teman nya , beruntung Annisa masih punya banyak waktu, khotbah masih berlangsung Annisa segera mendudukan diri nya di barisan paling belakang bersama santriwati yang tak dikenal nya, lampu yang redup membuat orang - orang tak sadar dengan kehadiran Annisa.
Teman - teman sekamar nya berada di depan , Annisa mengenali teman - teman nya dari mukena yang mereka pakai, namun Annisa tak bisa menghampiri mereka , Annisa pasrah berada di barisan paling belakang dan paling ujung.
khotbah dan salat subuh berjamaah telah di laksanakan, karena masih hari libur sekolah para santriwati di bebaskan sejenak ,mereka hanya akan sarapan dan membersihkan kamar ,sehabis itu mereka dibebaskan untuk bermain atau pun mengobrol dan bersantai atau pun tidur, yang penting tugas bebersih mereka sudah selesai.
"khotbah nya tadi lama banget yah jadi ngantuk nih" keluh Ningsih , di ikuti anggukan dari Arina dan Wirda , sementara Maulida hanya tersenyum menanggapi keluhan Ningsih itu.
mereka telah sampai dikamar dan membuka pintu kamar,namun tak menemukan Annisa , mereka yang masih mengantuk tak fokus saat bersalaman seusai salat subuh tadi Annisa berada di paling ujung bahkan mereka menyalaminya satu persatu, sementara Annisa yang iseng sengaja membiarkan teman - teman nya.
"Ica kemana ?" tanya Maulida bingung , karena Annisa tak ada dimana - mana ,dikamar mandi pun tak ada.
"aduh , apa dia kabur?" Arina yang selalu overthinking mulai berulah , membuat teman - teman nya malas menanggapi Arina.
"buk Ustadzah ! Annisa gak ada" Maulida yang melihat Ustadzah Halimah lewat segera melaporkan nya.
"lah Itu siapa?" ustadzah Halimah tersenyum seraya menunjuk Annisa yang tengah berjalan menghampiri mereka.