Berpenampilan cupu dan kampungan membuat Viera selalu menjadi bahan bullyan teman-teman di sekolahnya. Tidak ada satu pun dari teman-teman di sekolahnya yang bersikap baik kepada dirinya. Dia dianggap rendah dan pantas untuk ditindas. Tapi tidak dengan Hiko, pria tampan yang selalu bersikap baik kepada dirinya dan menjadi satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Kedekatan Viera dan Hiko berhasil membuat para wanita di sekolah Viera semakin membenci Viera. Mereka terus membully Viera tanpa ampun. Viera hanya bisa diam dengan setiap perlakuan buruk yang dilakukan kepada dirinya. Hingga akhirnya suatu ketika, pertemuannya dengan ayah kandungnya yang ternyata seorang konglomerat membuat hidup Viera berubah drastis dan membutnya ingin membalas setiap perlakuan buruk teman-temannya kepada dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Tidak Berani Melawan
"Dasar cupu gak tahu malu!" Di dalam kelas, Putri terlihat memaki Viera karena merasa tidak terima setelah tadi melihat Viera bisa berfoto dengan Bapak Raffi Anggoro. Untuk melampiaskan rasa kesalnya pada Viera, wanita itu pun memarahi dan memaki Viera.
Viera yang tidak ingin berdebat memilih diam dengan kepala tertunduk.
"Sini kemarikan ponsel butut kamu itu!" Titah Putri. Dia berniat buruk untuk merusak ponsel baru milik Viera.
Viera dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan memberikan ponsel tersebut pada Putri karena ia tahu Putri akan berbuat buruk kepada ponselnya.
"Kalau aku bilang kemarikan, ya kemarikan!" Sembur Putri. Dia sungguh naik darah melihat Viera yang tidak mau menurut kepada dirinya.
"Aku tidak mau. Jangan memaksaku." Balas Viera pelan.
Kedua bola mata Putri melotot. Berani sekali Viera melawan perkataannya. "Oh, sudah berani kau rupanya!" Dengan gerakan cepat, Putri mendorong pundak Viera hingga membuat tubuh Viera mundur beberapa langkah.
Beberapa teman sekelas mereka yang melihat sikap Putri memilih diam dan menjadi penonton. Mereka tidak berniat melerai Putri dan Viera karena tidak memperdulikan nasib Viera.
"Cepat. Ambil ponsel di saku Viera!" Titah Putri pada kedua temannya.
Kedua teman Putri pun bergerak cepat hendak merampas ponsel milik Viera. Merasa dirinya dalam bahaya, Viera pun spontan berteriak meminta tolong berharap ada orang baik hati yang mau menolongnya.
Suara teriakan Viera akhirnya tertangkap oleh pendengaran Hiko yang sedang berbicara dengan sekretaris osis di luar kelas. Tanpa membuang waktu lama, pria tampan itu segera masuk ke dalam kelas dan melayangkan tatapan tajam pada Putri yang terlihat tengah menarik rambut Viera.
"Putri hentikan!" Sentak Hiko yang berhasil membuat pegangan tangan Putri di rambut Viera terlepas.
Viera menunduk sambil menahan tangis akibat merasakan sakit di kepala dan tangannya.
Langkah kaki Hiko semakin lebar mendekati Viera dan akhirnya sudah berada di hadapan Viera.
"Apa lagi yang kau lakukan pada Viera? Apa kau merasa tidak puas terus menyakitinya!" Sentak Hiko.
Putri tergugu. Setiap kali berhadapan dengan Hiko, dia selalu saja kalah.
"Viera, apa yang Putri lakukan kepadamu?" Tanya Hiko lembut pada Viera.
Viera menggeleng. Lagi-lagi dia tidak berani mengadu tentang kejahatan Putri pada siapa saja termasuk pada Hiko.
"Ayo jawab, Viera. Kamu gak perlu takut." Lanjut Hiko.
"Di-dia ingin merebut ponselku." Cicit Viera akhirnya jujur juga.
Tatapan mata Hiko kembali tertuju pada Putri. "Apa hak dirimu ingin merebut ponsel Viera? Apa kau yang membelikan ponsel untuknya? Atau kau adalah seorang guru yang sedang merazia muridnya yang membawa ponsel?" Maki Hiko.
"A-aku..." Putri terbata.
"Berani kamu merampas ponsel milik Viera, maka aku tidak akan tinggal diam lagi. Aku akan melaporkan setiap kejahatan kamu pada donatur besar di sekolah ini!" Ancam Hiko.
Putri tentu saja takut mendengar ancaman Hiko. Walau dia adalah keponakan dari kepala sekolah, namun tetap saja derajat tantenya itu jauh lebih rendah dari pada donatur di sekolah mereka. Dan akan sangat bahaya jika kejahatannya itu sampai di telinga Bapak Raffi Anggoro sebagai donatur terbesar di sekolah mereka.
Viera akhirnya bisa bernapas lega setelah Putri dan kedua temannya pergi meninggalkan mejanya.
Hiko yang kini memusatkan pandangan pada Viera pun menghela napas dalam-dalam. "Apa kau tidak pandai melawan mereka di saat kau merasa ditindas?" Tanya Hiko.
Viera menggeleng. "A-aku tidak berani. Aku takut dikeluarkan dari sekolah ini jika berani melawan mereka. Lagi pula, siapalah aku yang bisa melawan orang berkuasa seperti mereka." Lirih Viera menjawab pertanyaan Hiko.
***
Selamat datang di karya shy teman-teman tersayang. Jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih🤗🤗