Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hipnoterapi
Tadi dokter Kayla menelepon Bastian, untuk memberitahu bahwa Aleesya akan melakukan Hipnoterapi untuk membantu nya keluar dari depresi yang Aleesya alami dari kecil.
Hipnoterapi adalah tipe terapi yang menggunakan hipnosis, yaitu tindakan memasuki alam bawah sadar seseorang untuk memberikan sugesti tertentu. Pada kasus depresi, hipnoterapi bertujuan untuk membuat seseorang fokus dan rileks, sehingga perasaan dan emosi negatif di masa lalu bisa dikendalikan.
Bastian meminta tuannya untuk segera menghubungi dokter Kayla untuk terapi yang akan di jalani non Aleesya. Dengan cepat Alarich menghubungi dokter Kayla. Dia sudah mendapat penjelasan tentang pengobatan istrinya. Dokter Kayla juga sudah menjadwalkan terapi untuk Aleesya besok dengan dokter Inne seorang psikolog terkenal. Alarich juga mengenal nama itu.
"Kamu istrahat ya sayang. Aku di sini." Alarich menemani istrinya tidur di kasur.
"Mas, maafin aku yah. Enggak seharusnya aku merepotkan mas Al. Hiks hiks hiks... Maafin aku yang lemah. Mas berhak mendapatkan yang lebih ba__."
"Ssssttt STOP Aleesya! Sudah berapa kali aku bilang, aku mencintaimu, kamu dan anak kita adalah prioritasku. Aku akan mendampingimu sampai kamu sembuh. Kita akan bahagia, tidak ada lagi kesedihan kamu janji harus sembuh demi aku demi anak kita, paham?"
Ucap Alarich yang agak meninggikan suaranya dia pun segera beranjak dari kasurnya namun istrinya menahannya.
"Jangan pergi mas maafin aku." Aleesya terduduk dia menundukan kepalanya. Alarich menoleh ada rasa yang tak bisa diungkapkan ketika melihat penderitaan istrinya. Dia menarik istrinya dalam dekapannya yang erat.
"Aku mau mandi mas badanku gerah masih sore kan?" Tanya Aleesya sambil menoleh ke jendela kamar. "Masih sayang ayo kita mandi." Alarich langsung menggendong istrinya mereka mandi bersama.
-
-
POV Orangtua Alarich
DUGH DUGH DUGH
Dengan penuh amarah mamah Winda menggedor pintu rumah Mira. Kedua pengawal pun sudah siap dibelakang mereka jika terjadi sesuatu yaitu Kenny dan Jordan. Papah Arya juga sudah memasang muka garangnya dia juga geram atas tindakan Mira.
"MIRA KELUAR KAMU..!"
CEKLEK
"Maaf .. Oh pak Arya dan bu Winda mari masuk." Ucap Miko yang membuka kan pintu. "Mana Mira suruh dia kleuar sekarang." Sentak mamah Winda pada Miko.
Miko yang tida tahu apa-apa kaget di bentak seperti itu. "Tapi mamah tidak ada dirumah mamah belum pulang dari tadi." Jawab Miko.
"Kamu bohong kan?"
"Tidak, memang hanya saya dan bibi yang ada di rumah. Papah juga sedang keluar kota." Sahut Miko.
"Kalian geledah rumah ini." Titah mamah Winda pada Kenny dan Jordan. Mamah Winda dan pak Arya masuk kedalam. Kedua anak buah mereka mencari Mira.
"Maaf bu winda ini ada apa yah? Apa mamah saya membuat kesalahan?" Tanya Miko. "Sangat salah. Gara gara Mira, Aleesya pingsan apalagi Aleesya sekarang sedang hamil cucuku." Geram mamah Winda.
"Nyonya...tidak ada." Ucap Kenny dan Jordan.
"Ayo mah kita pulang dulu." pak Arya menarik istrinya keluar dari rumah itu. Miko sendiri masih tidak paham apa yang terjadi sebenarnya. Orangtua Alarich pergi dari rumah itu
"Kenapa mamah selalu membuatku malu? Sampai kapan mamah berhenti menyiksa Aleesya?" Lirih Miko yang masih di ambang pintu menatap mobil orang tua Alarich keluar gari gerbang rumahnya.
-
Orang tua Alarich sudah sampai dirumahnya lagi. Mamah Winda masih saja menggerutu. "Kemana lagi si Mira? Pasti dia takut tuh pah." Geram mamah Winda
"Biar papah yang bertindak mamah jangan marah marah nanti darah tinggi lagi." Ucap papah Arya menenangkan istrinya sambil mengelus punggung mamah Winda.
"Mamah mau lihat Aleesya dulu pah." Mamah Winda langsung ke atas menemui anak dan menantunya. Papah Arya ke kamarnya dulu untuk membersihkan diri setelah itu dia juga akan menyusul ke kamar anaknya.
TOK TOK TOK
"Al belum tidur kan? Mamah mau lihat Aleesya." Ucap mamah Winda yang mengetuk pintu kamar itu.
CEKLEK
Alarich membuka pintu untuk mamahnya. "Masuk mah, Aleesya udah agak mendingan. Ini juga Al nungguin si mbok bawain makanan."
Mamah Winda masuk dan menghampiri Aleesya yang sedang duduk di sofa. "Nak kamu gimana sekarang?" Tanya mamah Winda yang sangat khawatir.
"Alee sudah baikan mah, maafin Alee ya mah sudah merepotkan semuanya." Ucap Aleesya sambil menundukan kepalanya dia merasa malu karena semua orang di rumah itu harus melihat traumanya Aleesya. Mamah Winda mengelus kepala Aleesya dengan lembut.
Alarich tersenyum kecil melihat mamahnya yang sangat menyayangi istrinya. Si mbok juga datang membawa makanan dan cemilan untuk Aleesya. Alarich menyimpannya di meja. Dia juga duduk di sebelah Aleesya.
"Untuk apa minta maaf nak? Kalau mamah ada di posisi kamu, mamah juga pasti menderita nak. Kamu harus menjalani pengobatan yah, apalagi kamu sedang hamil kamu juga harus happy." Ucap mamah Winda dengan penuh kasih sayang.
Mamah Winda mengobrol sebentar di kamar anaknya. Lalu dia keluar membiarkan Aleesya makan dan beristirahat. Alarich menyuapi istrinya. Selesai makan Alarich dan istrinya tidur. Kejadian tadi pagi cukup menguras waktu dan tenaga apalagi untuk pebisnis seperti Alarich. Dia terpaksa membatalkan meetingnya demi istrinya.
-
-
Besokannya sesuai jadwal yang sudah di tentukan Aleesya akan menjalani Hipnoterapi. Dia di dampingi suaminya menuju ke psikolog yang sudah di rekomendasikan oleh dokter Kayla. "Pak Agus, nanti ke toko kue dulu yah sebentar." Ucap Alarich. Bastian yang di samping pak Agus sibuk dengan tabletnya.
Mereka sampai di toko kue milih Alarich. Bastian segera turun. "Bas tolong bawa beberapa kue dan roti ya untuk istri saya." Sahut Alarich. "Siap bos."
Alarich sengaja membeli kue dan cemilan dulu agar istrinya sedikit rileks. Tangan Aleesya berkeringat dingin dia gugup sekali. Ada rasa cemas dan takut dalam dirinya. Alarich yang melirik istrinya seketika langsung memeluk istrinya erat. "Jangan takut ada aku, percaya sama aku."
Sekitar 15 menit Bastian sudah berjalan lagi menuju mobil dia membawa 2 keresek sedang berisikan cemilan ringan, kue dan roti. Alarich mengambil roti tawar itu lalu dia menyuapi istrinya. "Mas juga makan masa aku aja!" Gerutu Aleesya.
"Iya sayang kita makan berdua yah! Anak-anakku harus makan yang banyak biar sehat."
-
-
Pasutri itu sudah sampai di tempat psikolog itu. Alarich dan Aleesya masuk ruangan itu. Bastian menunggu di luar ruangan.
"Halo tuan Alarich dan nona Aleesya, senang berjumpa dengan kalian. " Ucap Dokter Inne. Beliau berusia sekitar 55 tahun pengalamannya sudah banyak dalam mengangani kliennya.
"Jadi apa yang bisa saya bantu nona Aleesya?" Ucap Dokter Inne dengan lembut. Alarich menceritakan trauma yang di alami istrinya. Dokter Inne memperhatikan dengan seksama kata perkata yang keluar dari mulut Alarich. Aleesya sendiri diam menunggu instruksi selanjutnya.
"Baiklah ... Kita mulai terapinya, semoga bisa membantu meringankan trauma yang nona Aleesya alami. Lihat kesini yah, fokus pada jarum jam ini nanti anda akan tertidur ke alam bawah sadar yang paling dalam."
Dokter Inne menunjukan jarum jam detak arloji kalung itu ke matanya Aleeya. Dia menggoyangkan arloji itu semenit dua menit hingga 5 menit dan Aleesya tertidur.
Telapak tangan dokter Inne memegang kening Aleesya, beliau juga ikut memejamkan matanya. Beliau masuk ke dalam alam bawah sadar Aleesya.
Alarich memegang tangan istrinya. Awalnya tidak ada reaksi apa-apa tetapi lama kelamaan Aleesya ...
"Gelap"
"Maaf"
"Tolong aku"
"Mamah papah"
"Mati"
Rintihan yang keluar dari mulut Aleesya. Alarich makin khawatir melihat istrinya yang semakin mengigau. Tapi dia juga sudah mempercayakannya pada dokter Inne.
siapa alarich itu ..