"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Purnama lagi
Sebagian orang sedang menguburkan jasad nya Fira, sebagian lagi mendatangi rumah Rizal yang cukup bagus karena dia anak nya orang berada. hanya saja orang tua Rizal jarang ada di rumah, sebab mereka sering jualan kekota untuk mencari uang sehingga pemuda itu ada di rumah sendirian untuk mengurus kebun nya juga.
Sama seperti hari ini saat banyak warga yang datang, rumah Rizal terlihat sepi dan mereka sudah tau bahwa tidak ada orang tua nya Rizal di rumah. paling hanya ada pria berusia tiga puluh tahun lebih itu, di desa usia segitu sudah di bilang bujang tua dan memang benar bahwa mereka pasti bablas tidak akan menikah.
Sibuk para warga berusaha menggedor pintu rumah nya Rizal agar di buka kan atau pemuda itu mau keluar dari dalam rumah, namun hanya suara mereka saja yang terdengar karena Rizal sama sekali sudah tidak ada di rumah nya. entah kemana pergi nya dia, atau hanya sembunyi saja di dalam rumah akibat ketakutan.
Tapi bila dia memang pembunuh berantai, tidak mungkin punya rasa takut menghadapi para warga. sebab dia adalah orang yang berilmu sehingga pasti akan melawan, ini warga saja agak takut mau mendobrak pintu, takut nya nanti akan kena amuk dari Rizal yang di yakini sekarang adalah pembunuh.
Mereka sangat yakin karena Angga dan Bima bilang ada darah di tubuh pria itu, apa lagi kata apak Hombing malam minggi lapo tuak tidak ada antri sama sekali, hanya ada Rizal dan Samsul saja yang membeli. jadi sudah jelas bahwa alasan Rizal hanya kebohongan saja, pasti dia lama karena membunuh Arjun dan orang tua nya.
"Tolong keluar dari rumah, Rizal!" Pak Lurah mengetuk pintu.
"Kenapa ini tidak ada yang menjawab, apa mungkin Rizal pergi?" ujar Angga penasaran mengintip dari jendela.
"Pasti dia sembunyi di dalam, atau sudah kabur!" tebak Bima.
"Bahaya bila sampai kabur, kita bisa di incar karena sudah bilang pada warga." Angga mendadak cemas.
"Coba aku intip dari jendela yang sana." Bima juga berusaha untuk mengintip.
Usman dan yang lain mengintip dari pintu belakang rumah, barang kali saja dia ada di bagian belakang sana. namun bagian belakang juga tertutup rapat, entah kemana Rizal sekarang karena mereka memang tidak ada yang melihat dia.
"Apa harus kita dobrak pintu nya?" Usman bertanya pada Pak Lurah.
Saat mereka sedang rundingan harus bagai mana, sebuah mobil pick up memasuki halaman rumah. dia adalah orang tua Rizal yang baru pulang dari pasar kota sehabis berjualan, mereka heran karena rumah di penuhi banyak warga.
"Maaf menggangu kalian yang lelah habis jualan, tapi kami memang ingin bicara." Pak Lurah menyongsong kedatangan Pak Rusdi dan istri nya.
"Ah ya tidak apa apa, ini ada apa ya?" Pak Rusdi agak bingung dan menyuruh mereka masuk kedalam rumah.
Rumah memang kosong sama sekali tidak ada penghuni nya, membuat mereka yakin bahwa Rizal tidak ada di rumah. sekarang hanya tinggal bilang pada orang tua nya atas dugaan hal itu, entah bagai mana ini reaksi mereka.
"Tidak mungkin!" Bu Reni langsung berteriak kaget setelah mendengar penjelasan Pak Lurah.
"Apa saja bukti nya sehingga kalian bisa menuduh anak saya?" Pak Rusdi juga nampak tidak terima.
"Di leher Rizal malam itu ada darah nya, dan dia pergi sangat lama saat beli tuak! esok pagi ada yang meninggal, Arjun dan orang tua nya." jelas Angga.
"Bisa saja lapo tuak sedang antri, kalian ini teman nya kok malah asal nuduh saja!" Bu Reni tidak terima.
"Yang membeli tuak malam itu hanya Rizal dan Samsul, setelah itu tidak ada lagi." jelas Pak Hombing pula.
"Darah itu juga banyak, Bu! bentuk nya seperti sedang terciprat." Bima juga mulai buka suara.
Mendengar banyak nya fakta yang mengarah pada putra nya, membuat Bu Reni dan Pak Rusdi tidak bisa mengelak lagi sekarang. maka mereka pun mencari Rizal sampai kekamar juga, sayang nya pemuda itu memang tidak ada di dalam kamar.
"Dia pasti kabur karena merasa kita sudah mencium borok nya!" lirih Pak Lurah lemas sekali.
"Tapi aku yakin ini Purnama!" Mus malah menyalahkan Purnama pula.
"Kau ini bicara apa sih, Mus?! apa bukti nya yang bisa di tuduhkan pada Mbak Pur!" bentak Angga tak terima.
"Kita bicara dengan dia kemarin, bisa jadi sekarang dia menculik Rizal agar kita semua yakin bahwa Rizal adalah pelaku nya! dia orang pertama yang tau bahwa kita curiga pada Rizal." Mus memberikan pendapat nya.
Semua nya saling pandang karena malah ada dua tersangka sekarang, namun Pak Lurah yang awal nya curiga pada Purnama. kini yakin bahwa Rizal adalah pelaku, walau Purnama adalah orang yang banyak berurusan dengan hal ghaib, namun bukti nya banyak pada Rizal.
"Aku setuju dengan Mus, bisa saja Purnama memfitnah Rizal." Lubis sudah ada di pihak Mus sekarang.
"Iya, Purnama orang nya sangat misterius sekali." Usman juga setuju.
"Gila kalian! ini bukti semua nya pada Rizal, malah sekarang menuduh orang lain tanpa bukti." kesal Bima.
"Kau boleh percaya dengan dia, tapi kami tidak akan percaya!" geram Mus sudah yakin sekali.
Angga dan Bima membuang nafas kasar karena masalah makin melebar, kenapa orang orang tidak fokus saja mencari Rizal yang sekarang entah di mana. sekarang malah menuduh Purnama, sudah pasti ini akan kerumah Purnama untuk mengintrogasi wanita cantik berwajah antagonis tersebut.
"Kau lihat pria itu, aku malah mendukung pembunuh berantai untuk membunuh dia saja!" Xiela kesal sekali pada Mus.
"Iya, kenapa dia tidak di bunuh juga tadi malam!" Nilam juga kesal.
"Ini kok malah mendukung pembunuh sih!" kesal Maharani.
"Ya itu gara gara dia, enak sekali mulut nya menuduh Purnama loh." Xiela ingin menampar mulut Mus karena kesal.
"Bila dia makin menjadi menuduh Purnama, maka siap siap saja mendapat kan hukuman seperti Risman." ancam Maharani.
"Kasihan sekali ketua ku yang malah dapat tuduhan, padahal baru saja mau anteng dan tidak mengurus orang orang sialan ini." Xiela kesal sekali.
"Ku rasa tidak akan ada waktu untuk Purnama bersantai, karena memang dia di beri kekuatan untuk mengurus hal begini." lirih Nilam.
"Aku pun merasa begitu, maka nya kita jadi setan lagi juga ya." Maharani tersenyum kecut.
Tidak ada yang melihat bahwa tiga setan cantik itu rundingan segala macam, bahka Mus juga tidak menyadari bahwa dia bisa celaka akibat mulut nya yang tidak di jaga dan sembarangan saja menuduh Purnama, orang biasa tidak akan tau bahwa Purnama punya banya telinga yang mendengarkan gunjingan untuk nya.
atau jangan² ini ulahnya pak lurah lagi
dan yg pasti,slah 1 d antara mreka adlh plakunya...