Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terluka Dan Terhina
Rasa lelah membuat Nayla tertidur hingga malam tiba. Namun, rasa lapar membuatnya terbangun kembali. Tubuhnya terasa lelah dan lemas. Bekas luka tembak di pergelangan tangannya terasa sakit luar biasa. Rangan yang di tempatinya begitu gelap. Lampunya tidak di nyalakan. Sedikitpun tidak ada cahaya. Nayla tergeletak tidak berdaya dalam kegelapan, di penuhi rasa sakit yang menyiksa.
Tuan Alex sedang makan malam bersama Andan. Andan makan sedikit lahap dari biasanya. Rasanya sangat senang bisa makan bersama tuan Alex. Lagian menu malam ini juga terasa lezat di lidahnya. Sesekali tuan Alex melirik Andan makan dengan semangat, sedikit menjengkelkan sih bagi tuan Alex. Tuan Alex berhenti mengunyah makanan dan tangangannya juga berhenti menyendok. Ia melirik Andan yang sedang melahap makanannya di piring.
"Sekarang para tahanan di bawah tanah di beri makan berapa kali sehari?" Tuan Alex bertanya. Andan mengunyah makanan di mulutnya dengan cepat lalu meneguk air.
"Sekarang sekali dua hari tuan!"
"Antarkan makanan untuk gadis yang baru di tangkap itu, lalu fikirkan di penjara mana yang cocok untuknya. Tapi ingat! Jangan di bawah tanah."
"Baik tuan!"
Andan berdiri dari kursinya meninggalkan makanannya yang belum habis, lalu menyendok nasi beserta lauknya ke piring dan segera menuju ruangan di mana Nayla berada. Andan membuka pintu, menyalakan lampunya. Terlihat olehnya gadis berantakan itu di sudut ruangan. Tangannya masih terikat ke belakang. Kerudungnya berantakan hampir menutup seluruh wajahnya. Andan menghampirinya lalu berjongkok menghadap gadis itu. Perlahan menarik kerudung gadis itu ke belakang agar tidak menutup wajahnya.
Andan menutup hidungnya, bau tak sedap terasa mengganggu. Tentu saja itu berasal dari diri Nayla. Bagaimana tidak? Bajunya penuh dengan cipratan darah, bajunya juga kotor ketika dirinya di seret paksa oleh orang-orang yang menculiknya ini. Semua aroma itu bercampur keringat karna bajunya hampir dua hari tidak di ganti. Bahkan dirinya kini merasa kebelet ingin ke kamar mandi.
"Makanlah! Kamu sungguh sangat bau."
Andan menumpahkan nasi dari piring ke lantai dengan senyum mengembang menghiasi wajahnya. Untuk beberapa saat Nayla memandangi nasi itu. Rasa lapar begitu melilit di perutnya. Kemudian matanya beralih ke wajah Andan, memandanginya dengan penuh luka dan sakit di hati. Matanya berkaca-kaca. Perlahan air bening hangat menglir deras jatuh ke lantai. Ia merasa di perlakukan seperti binatang. Bahkan orang di depannya ini sedikitpun tidak merasa bersalah. Mungkinkah orang ini sudah mati hatinya? Apa salahnya sehingga orang ini begitu benci dan hina melihatnya? Bagaimana pun Nayla berfikir ia tidak merasa pernah berurusan dengan orang-orang ini.
"Kenapa? Apa yang salah?" Andan memandangi wajah gadis itu. Rasanya ia sangat puas melihatnya menitikkan air mata tidak berdaya dan terluka. Bahkan tidak ada sedikitpun perlawanan dan pandangan menantang dari gadis itu. Andan melanjutkan kalimatnya lagi.
"Aku melihat dalamnya pandangan mu pasti kamu merasa sakit dan terluka. Jika begitu, aku merasa sedikit lega."
Andan menghela nafas lega. Kemudian berdiri hendak pergi. Sebelum membalikkan badannya untuk pergi Andan memandangi gadis itu sekali lagi.
"Jadi makanlah seperti binatang, arahkan mulut mu langsung ke lantai, itu cocok untuk mu."
Nayla menahan semua gejolak dalam hatinya. Rasa lapar dan rasa sakit bahkan kalah oleh sesuatu yang mendesaknya ingin ke kamar mandi. Ia ingin pipis sudah lama di tahannya. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang tersisa Nayla mencoba untuk bicara.
"Tuan! Ku mohon ijinkan aku ke kamar mandi.
Nayla memohon dengan suara bergetar, Andan yang sudah melangkah menuju pintu menghentikan langkahnya dan berbalik lagi."
"Ulangi sekali lagi." Perintahnya.
"Tuan! Ku mohon ijinkan aku ke kamar mandi."
"Nayla mengulanginya lagi. Suaranya masih bergetar seperti tadi.
"Ingin buang air besar dan ingin pipis? Lakukan di tempat mu. Para tahanan lain juga melakukan hal yang sama."
Gumam Andan bergegas pergi. Namun, langkahnya terhenti lagi. Ia baru sadar bahwa gadis ini menempati sebuah ruanga di rumah tuan Alex bukan di bawah tanah. Jangan-jangan dirinyalah nanti yang harus mengurusi tawanan menyebalkan ini. Andan kembali lagi dan berjongkok.
"Baiklah! Aku akan mengijinkan mu ke kamar mandi, tapi makanlah dulu di hadapan ku, aku ingin melihat mu seperti binatang." Gumamnya kemudian.
"Baiklah!" Gumam Nayla gemetaran.
Nayla mulai mengarahkan mulutnya ke arah nasi yang terletak di lantai. Andan senang sekali melihat Nayla makan seperti binatang. Air mata Nayla tidak berhenti jatuh. Andai bisa memilih ingin rasanya ia mati saat ini. Kejadian ini seperti mimpi, tidak pernah terbayang olehnya akan mengalami hal seperti ini. Bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa ada hal seperti ini dalam kehidupan nyata. Ia fikir kejadian mengerikan yang di alaminya ini hanya ada dalam novel-novel dan film action saja. Namun sekarang, ia sungguh mengalaminya.
Tuan Alex meminum air setelah merasa kenyang. Ia sedikit terganggu kenapa Andan begitu lama. Padahal hanya mengantar nasi saja kenapa begitu lama? Tuan Alex merasa gelisah. Ia berdiri dari kursi, para pelayan membungkuk hormat.
Tuan Alex bergegas menuju ke ruangan di mana Nayla di kurung. Lelaki itu membuka pintu, lalu masuk ke dalam, namun tidak ada orang.
"Apa Andan membawanya ke ruang bawah tanah?" Gumam tuan Alex memperhatikan seluruh sudut ruangan. Tidak lama berdiri bingung, tiba-tiba dari arah pintu seorang terjatuh ke lantai. Secepat kilat tuan Alex menoleh. Ternyata Nayla. Andan menendangnya agar segera masuk ke dalan ruangan. Tuan Alex menghampiri.
"Apa yang kamu lakukan?" Tuan Alex menoleh ke arah Andan sedikit geram. Andan menghampiri tuan Alex lalu membungkuk hormat.
"Maaf tuan! Namun, jika harus jatuh cinta ku harap jangan pada musuh. Itu merupakan ke gagalan mu balas dendam dan akan menghancurkan mu tuan!' Bisik Andan.
"Keluar!' Tuan Alex menekan suaranya menahan marahnya. Andan membungkuk lagi lalu keluar.
Tuan Alex keluar setelah Andan keluar. Bagaimanapun betul juga apa yang di katakan Andan, ia tidak boleh sepertu ini. Namun, ia tidak bisa, rasanya tidak tega memperlakukan gadis itu sekejam itu.
"Tidurlah! Jangan melakukan apapun pada gadis ini tanpa sepengetahuan ku." Gumam tuan Alex pada Andan
"Baik tuan! Maaf atas kelancangan ku." Gumam Andan membungkuk, lalu pergi. Kemudian beberapa saat kemudian ia kembali.
"Tuan!" Andan kembali menghampiri tuan Alex.
"Hm..."
"Soal tawanan tadi, ku rasa lebih baik mengurungnya di atas menara, tuan bisa memanfaatkan dia jika ingin, atau menyiksanya jika ingin." Gumam Andan kemudian.
"Sungguh menurut mu aku harus mengurungnya di sana?"
"Benar tuan! Jika tuan menyukainya apa salahnya menjadikannya pelayan hati tuan. Tuan bisa memperlakukannya sesuka hati. Namun, saran ku jangan membuatnya bahagia, itu saja tuan."
"Kalau begitu urus gadis itu dan kurung dia di salah satu ruangan di menara itu."
"Baik tuan!" Andan bergegas kembali ke ruangannya Nayla.